Share

Bagian 4

Hari sudah mulai gelap ketika Yuu tiba di depan gerbang permukiman para budak. Pemuda itu jelas siap untuk menerima segala bentuk hukuman lantaran telah berani meninggalkan area tersebut tanpa izin. Hanya saja, Yuu terkejut ketika penjaga memberitahu bahwa dia dan ayahnya telah ditebus. Dalam artian, seseorang telah membeli mereka.

Langkah Yuu bergerak lebih cepat. Satu-satunya tujuannya hanyalah rumah dan berharap dapat menemukan ayahnya di sana. Lalu ketika kepanikan melanda pemuda itu, berpikir ayahnya telah dibawa pergi oleh si Pembeli, namun ketegangan yang semula menerpanya mendadak terurai. Yuu mendapati seorang pria paruh baya tengah mengumpulkan kayu bakar di samping rumah dan tersenyum ke arahnya.

Pria itu melangkah mendekati Yuu. Tanpa sadar menjatuhkan potongan-potongan kayu bakar di tangan, tatkala tubuhnya bergerak cepat merengkuh puteranya.

"Oh, Yuu, aku pikir kau tidak akan kembali setelah pertandingan ini." Pria itu menangis keras. "Syukurlah, kau selamat."

Yuu tersenyum, balas memeluk dengan erat. "Aku tidak akan mungkin pergi, Ayah." Daripada itu, Yuu mulai memikirkan hal lain. Benar, siapa yang telah menebus mereka? Menatap ayahnya, pemuda itu bertanya, "apa Ayah tahu siapa yang telah menebus kita? Apakah dia bangsawan jahat yang semena-mena?"

"Tidak. Mereka adalah orang yang baik." Memperlihatkan pakaian yang dia kenakan sementara Yuu baru menyadari ayahnya memakai sesuatu yang baru. "Mereka memberikan baju bagus ini," katanya, sumringah.

Yuu terkejut. "Ayah, siapa mereka yang kau maksud?"

"Seorang gadis manis dan pria tampan. Hanya itu yang Ayah tahu, mereka berdua tidak mengungkap identitasnya."

Firasat Yuu mendadak buruk. Tidak mungkin! batinnya. Isi kepala serta pikirannya seketika mengerucut hanya kepada satu arah. Ya, dua orang aneh yang beberapa waktu lalu dia temui di penginapan kota Kerajaan Ernes. Hanya mereka yang dapat Yuu bayangkan untuk saat ini, dan dia berharap bukan keduanya.

Toh, bagaimana mungkin Yuu dapat kembali setelah dengan sombong mengecam bualan mengerikan mereka. Sangat tidak masuk akal bila dirinya adalah penerus sah Kerajaan Eros. Terlebih, gadis itu mengaku sebagai puteri. Normalnya, puteri mana yang ingin orang lain mengambil takhta ayahnya sendiri. Gila! Benar-benar tidak masuk akal.

"Kau pikir aku akan percaya! Persetan dengan Kerajaan Eros dan kalian! Berhentilah menggangguku!" Yuu mendadak teringat perkataannya sebelum meninggalkan dua orang itu tanpa berbalik.

Yuu menelan ludah kasar. Meraih bahu ayahnya lalu mencengkramnya kuat. "Ayah, karena kita telah bebas, jadi sebelum kedua orang itu datang kembali, malam ini juga kita akan meninggalkan tempat ini. Kita akan mencari tempat baru."

"Tetapi, Yuu—"

Pemuda itu mengeraskan suara. "Ayah! Tidak ada waktu, kita harus bergerak!"

Yuu sungguh tidak main-main. Malam ini juga dia berkemas meski tidak banyak barang berharga yang dia miliki. Dia telah memutuskan untuk bergerak ketika penjaga berganti tepat di pertengahan malam. Kemungkinan, para penjaga akan membiarkannya lantaran statusnya sebagai budak telah lepas. Hanya saja, Yuu tidak berharap orang lain tahu pelariannya termasuk penjaga. Mereka jelas bukan sesuatu yang dapat dipercaya.

Pemuda itu tidak ingin mengambil risiko.

"Ayah, sekarang!"

Yuu tidak punya pilihan selain mendorong ayahnya berjalan lebih cepat ketika mereka hendak meninggalkan pekarangan. Para penjaga mulai berganti shift, sementara malam benar-benar gelap. Hanya ada obor sebagai penerang dan selebihnya sinar bulan yang tidak begitu terang.

Tetapi, Yuu tidak mengira bila sesuatu dari arah atap rumah di sisi kiri tiba-tiba menyerang ke arahnya.

BRAKK!!

DUAR!!

Ledakan keras tidak terelakkan. Andai Yuu tidak memiliki refleks yang bagus, kemungkinan besar tubuhnya telah hancur lebur setelah terkena ledakan sebesar itu. Pekarangan benar-benar hancur, bahkan beberapa bagian depan rumah kecil mereka rusak dan terbakar.

"Yuu, apa yang—"

"Shtt!"

Tubuh Yuu berguling ke arah samping. Menyeret tubuh ayahnya untuk ikut bersamanya, bersembunyi di balik tumpukan kayu milik tetangga.

Di saat yang sama, orang-orang mulai keluar dari dalam rumah, bersamaan dengan penjaga yang menghambur panik menghampiri ledakan.

"Apa yang terjadi? Bukankah ini rumah Ervan dan Yuu?"

"Di mana Ervan?"

Kerumunan mulai berisik. Saling melempar argumen mengenai kemungkinan yang terjadi, menambah pelik suasana hingga penjaga harus turun tangan mengatasi keributan tersebut.

"Jangan ada yang keluar! Pergi! Masuklah ke dalam rumah kalian!"

"Dasar budak sialan!" maki salah seorang penjaga.

"Mereka benar-benar sulit diatur!"

Keadaan kembali sunyi dan hanya menyisakan lima orang penjaga yang bertugas. Kemudian, salah seorang dari mereka bergerak maju lebih dekat dengan ledakan. Obor di tangan diarahkan tepat pada titik ledakan dan betapa tercengangnya dia mengetahui ada lubang menganga di sana.

Wajahnya seketika pias. "Astaga, apa yang baru saja terjadi di sini?!" serunya, panik.

"Ada apa?"

Yang lain berjalan mendekat, namun langkah mereka mendadak terhenti ketika sesosok berjubah gelap tahu-tahu datang entah dari mana, berdiri menghadang tepat di hadapan mereka.

"S-siapa kau? Apa kau yang melakukan ini?" Tidak tahu mengapa tetapi petugas itu gemetar ketakutan.

"Pergi!" Sosok itu memberi peringatan. Suaranya dingin dan rendah.

"Bunuh saja dia!" kata salah satu penjaga, sembari bergerak menghunuskan pistol.

Sementara Yuu di balik persembunyian, membeku ketika dalam hitungan detik mendapati kepala petugas yang hendak menyerang tahu-tahu meledak lalu kemudian ambruk. Hening sesaat. Tidak ada pergerakan tambahan dari petugas yang tersisa selain raut wajah syok bertabur ketakutan. Detik berikutnya, jeritan mereka terdengar hingga memekakkan suramnya malam bersama kepala yang meledak satu persatu.

Keadaan kembali tenang. Yuu sendiri tidak mengerti begitu sadar lututnya gemetar, jelas, bahwa sosok abnormal itu tampaknya tengah mengincar dirinya. Tetapi mengapa?

Sampai akhirnya, suara berat itu kembali terdengar.

"Keluarlah sebelum aku yang mengeluarkanmu," titahnya.

Tangan Yuu kian kuat merengkuh ayahnya yang sama gemetarnya. Mati-matian menahan diri agar tidak bersuara. Tetapi, Yuu sadar cepat atau lambat mereka akan ketahuan.

Yuu menggerakkan tangan memberi kode, seolah berkata kepada ayahnya, 'Aku akan keluar dan memancingnya, sementara Ayah pergi dari sini.'

Ervan tentu menggeleng. Bagaimana mungkin dia meninggalkan Yuu seorang diri untuk menghadapi makhluk mengerikan tersebut. Jelas-jelas sosok itu bukan manusia biasa, tetapi Yuu bersikeras dan Ervan sama sekali tidak berkutik.

"Aku di sini!"

Yuu mengangkat tangan waspada sembari berjalan perlahan mendekati sosok itu. Meski demikian, maniknya berusaha mencuri kesempatan untuk menemukan keberadaan ayahnya.

"Sepertinya kau mengincarku." Yuu menerka dan tampaknya itu benar adanya. Kendati demikian, dia sedikit lega menyadari ayahnya telah berada di tempat aman.

Yuu tahu bahwa dia cukup kuat, tetapi lawan di hadapannya jelas berbeda, sama sekali tidak bisa disamakan dengan mereka di perbudakan. Levelnya terlalu jauh dan Yuu bisa merasakannya hanya dengan berdiri di pijakan yang sama dalam jarak kurang dari dua meter. Ini mengingatkannya pada Ash ketika pria itu mengamuk.

Benar, aura sosok misterius tersebut mirip dengan aura membunuh milik Ash.

Apa-apaan ini? Apa mereka sejenis? pikir Yuu.

"Aku memang datang untukmu, jadi bersiaplah untuk mati!"

Yuu melebarkan mata ketika kilatan aneh mendadak muncul dari ujung jari musuh, bergerak cepat menghantam kepalanya kalau saja dia tidak segera membuang diri ke arah samping. Napas Yuu mulai naik turun. Keringat membasahi dahi serta pelipis tetapi sorot matanya terlalu tajam mengawasi.

Namun, serangan berikutnya sungguh di luar dugaan. Kilatan bagai listrik itu tahu-tahu menyerang dari arah belakang sementara Yuu belum siap menghindar sepenuhnya. Refleks, Yuu masih kalah cepat.

"ARGH!!" Yuu berteriak keras.

Pemuda itu terduduk di atas tanah, memegangi bahunya yang terbakar kemudian melepuh. Aroma daging gosong kontan merebak tercium menyiksa hidung. Yuu sendiri mendadak mual, kepalanya benar-benar pusing.

"ARGH!!"

Sekali lagi, teriakan Yuu menggema. Tanpa belas kasih sosok itu menginjak luka di bahunya seolah tidak peduli seberapa menderitanya pemuda itu kini.

"Aku berbelas kasih untuk membunuhmu lebih cepat!" katanya, angkuh.

Yuu jelas panik. Keringat di wajahnya kian deras mengalir saat mengetahui kilatan petir di ujung jari itu akan segera meledakkan kepalanya dalam hitungan detik.

Dan ....

DUAR!!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status