Share

Bagian 6

"Yuu, sejak awal kau bukanlah Puteraku. Kau adalah Pangeran Kerajaan Eros yang sah seperti yang dikatakan oleh mereka berdua. Dan aku, Ervan, diperintahkan langsung oleh Raja Ryuu untuk menyelamatkanmu." Yuu tercengang ketika menyaksikan Ervan mendadak berlutut di hadapannya. "Yang Mulia, sepertinya, memang sudah saatnya Anda kembali ke tempat asal Anda," ujarnya formal, terdengar asing di telinga Yuu.

Sementara kini, duduk di kamar dengan wajah pias, Yuu masih tidak habis pikir ketika kalimat itu terngiang kembali di kepalanya. Bagai terkena serangan kejut yang lebih mengejutkan ketimbang berhadapan dengan sosok pembunuh seperti Drake, pikirnya. Tidak ada dugaan sedikitpun bahwa pria yang selama ini dia anggap ayah, bukanlah benar apa yang dia harapkan.

Rasanya, ini lebih menakutkan.

Meremas rambut dengan kuat, Yuu mengerang dengan wajah kesal.

"Kau terlihat sangat frustasi."

Yuu menghela napas, sesaat setelah mendengar suara Ash yang nyatanya telah berdiri sembari bersandar di kusen pintu masuk. Wajah pemuda itu lantas terlihat lebih keruh. Ash sontak terkekeh.

Yuu berbalik, hendak menyembunyikan raut wajahnya. "Kau sepertinya tidak punya aturan. Tidakkah kau diberitahu bahwa masuk ke dalam kamar orang lain seenaknya itu tidak diperbolehkan?!" sindir Yuu, menambahkan emosi dalam kalimatnya.

Alih-alih membalas, Ash justru terbahak seolah sengaja mengejek. Dia kemudian berjalan masuk tanpa beban bahkan jika kini sepasang netra Yuu melotot ke arahnya. Ash mengangkat tangan, hendak memperlihatkan bahwa dirinya tidak berbahaya, dalam artian tidak akan menyerang.

"Hei, Pangeran baru," panggilnya, lalu duduk di sebelah Yuu. Tidak peduli bagaimana risihnya pemuda itu ketika Ash merangkul bahunya seolah mereka adalah teman akrab. Ash berbisik, "sejujurnya, aku tidak peduli bila kau benar adalah penguasa Eros yang sah. Sebab bagiku, aku hanya melayani Ameera dan sampai kapanpun itu tidak akan berubah."

Yuu menghempaskan lengan Ash di pundaknya. Berbalik menyerang pria tampan itu dengan pelototan yang jauh lebih menakutkan. Kilat di balik sepasang netra Yuu menunjukkan kesan permusuhan yang jelas.

Yuu mendesis, "Aku juga tidak membutuhkan orang sepertimu!"

Ash menyeringai. "Kalau begitu bagus, tetapi untuk sekarang aku hanya menjalankan perintah Ameera untuk menjaga Pangeran lemah sepertimu." Ash sengaja menambah keruh suasana. "Jadi, tenang saja bila sosok semacam Drake akan datang kembali. Aku ini sangat kuat, kau bisa bergantung padaku."

Tersulut, tanpa peringatan, Yuu menerjang jatuh sosok Ash hingga terbaring terlentang di atas kasur sementara Yuu menguncinya dari atas. Maniknya berkilat lebih merah dari yang biasanya. Ash sampai terkesima untuk beberapa saat sebelum akhirnya tertawa mengejek.

Yuu mendesis sinis, "Aku akan membunuhmu juga!" Hanya saja ....

Prang!!

"Oh, tidak! Apa yang kalian lakukan!"

Dalam hitungan detik, Ash membalik keadaan menyadari kelengahan pemuda itu. Yuu sendiri tidak berpikir bahwa Ameera akan muncul dan menjatuhkan nampan berisi bubur di sana. Wajah gadis itu terlihat pias, perpaduan antara pucat dan syok.

Dengan tangan gemetar, Ameera membekap mulut sembari berkata, "Mungkinkah kalian—"

"Apa yang kaupikirkan, Bodoh!" suara Ash melengking lebih keras. Cepat-cepat menyingkirkan tubuh Yuu di sekitarnya. "Jangan coba-coba memikirkan hal menjijikkan!" tambahnya, mendadak bergidik.

"Apa kalian selalu seperti ini? Masuk tanpa izin ke kamar orang lain," sinisme itu berasal dari Yuu sementara maniknya menyorot Ameera penuh permusuhan.

Ameera membuang napas. "Baiklah, aku minta maaf sekaligus mewakili Ash yang tidak akan mungkin mengatakan kalimat semacam itu. Namun, saat ini kau perlu makan sebab kita akan membahas sesuatu yang penting setelahnya."

"Dia tidak akan mendengarkanmu," celetuk Ash sementara wajahnya terlihat acuh. Ameera lekas melotot ke arah pria itu.

Yuu berpaling. "Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi. Aku sudah cukup mendengar kenyataan ini tetapi selebihnya tidak lagi. Aku tidak ingin mendengar apapun. Aku tidak peduli jika ini benar."

Ash bersiul. "Benarkan, dia tidak akan mendengarkan."

Ameera sontak terdiam.

Jauh-jauh hari, setelah berhasil menafsirkan semua potongan mimpi yang dia dapatkan dan mengaitkannya dengan fakta yang ada, Ameera telah menduga bahwa tidak akan mudah membujuk Yuu.

Seperti yang diharapkan, Yuu cukup keras kepala dan bahkan bersikap acuh tak acuh. Ameera telah menerka kemungkinan ini, hanya saja dia tidak akan menyerah semudah itu dan berakhir sia-sia. Ameera sudah memutuskan dan tidak akan ada yang dapat mengubahnya.

Bagaimanapun, dia harus mengembalikan takhta Kerajaan Eros kepada pemilik yang sebenarnya, atau jika tidak, ayahnya akan semakin bertingkah semena-mena dan membuat rakyat yang tidak bersalah terus terpuruk dalam penderitaan.

Ameera tidak menginginkannya!

Ya, masa depan yang suram itu tidak boleh terjadi di Eros!

Sampai akhirnya, tidak hanya Ash yang tercengang, namun bahkan Yuu yang sedang tidak dalam suasana hati yang baik mendadak membeku. Tepat di hadapan mereka, Ameera bersimpuh, seolah memaksa Yuu untuk melihat ke arahnya. Ash nyaris mengamuk melihat hal tersebut, namun gerakannya terhenti begitu mendengar suara gadis penakut itu bergetar dalam keyakinan.

"Sejujurnya, kau membuatku sedih dengan berkata demikian seolah Kerajaan Eros bukanlah apa-apa. Hanya saja, sebagai orang yang tahu masa depan kerajaan, tentu aku tidak bisa tinggal diam. Jadi, tolong pertimbangkan kembali hal ini. Kerajaan Eros sedang tidak baik-baik saja, mereka membutuhkan penguasa yang sebenarnya."

Sempat tercengang menyaksikan gadis itu berlutut, tetapi pada dasarnya Yuu tidak berniat menunjukkan simpati.

Yuu berkata dingin, "Aku berterima kasih kepada kalian yang telah menyelamatkan bahkan membebaskan kami dari perbudakan." Dia mengeraskan rahang. "Akan tetapi, aku tetap pada pendirianku! Aku dan Ayahku akan meninggalkan Ernes dan memulai kehidupan yang lebih damai." Mengepalkan tangan, Yuu menambahkan, "kami tidak ingin menderita lagi."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status