Share

Bab 7

Author: Darrel Gilvano
Melihat situasi itu, semua orang terbelalak dengan mulut menganga. Beberapa bahkan mengucek mata dengan kuat. Mereka seolah tidak memercayai penglihatan mereka.

Para anak buah Keluarga Bahrani dikalahkan Jimmy hanya dalam beberapa gerakan? Bukannya mereka seharusnya adalah petarung yang kejam? Mengapa seorang satpam kecil pun tidak bisa mereka tundukkan?

Kepala Jimmy juga berdengung. Apa teknik bela diri yang dipelajarinya di perusahaan sedemikian hebat? Apa memang anak buah Felix yang tidak berguna?

Melihat para anak buahnya terkapar di tanah, amarah Felix meledak. Mereka sudah menang dalam jumlah, tetapi masih kalah oleh seorang satpam? Jika dia tidak segera membalikkan keadaan, mau taruh di mana harga dirinya? Amarah memenuhi pikiran Felix.

"Kubunuh kamu!" geram Felix. Disambarnya sebuah botol anggur kosong untuk dia hantam ke kepala Jimmy.

Jimmy yang terkejut langsung menendang tanpa pikir panjang.

Brak! Felix terpental beberapa meter jauhnya, lalu terbanting ke tanah. Rasa sakit yang hebat membuatnya meringis.

Orang-orang seketika gempar. Satpam ini tidak hanya telah menghajar anak buah Felix, tetapi juga menendang Felix di depan umum. Tamatlah! Bocah itu sudah pasti mati!

"Orang-orang Keluarga Sucipto benar-benar punya nyali. Kalian tunggu saja pembalasanku!" raung Felix yang terbaring di tanah dengan wajah beringas.

Laura luar biasa panik. Sambil tersedu-sedu, dia berucap dengan tergagap, "Felix, kami ... kami nggak bermaksud begitu, kami ...."

"Ayo pergi! Nggak ada gunanya bicara. Apa dia terlihat seperti orang yang mau berunding baik-baik?" seru Jimmy sambil menarik Laura yang panik pergi.

Meski ingatannya masih tersegel, sebagian naluri Jimmy masih bekerja. Saat situasi sudah seburuk ini, apa gunanya lagi bicara? Jika tidak ada pilihan lain, dia akan menjadikan Yasmin sebagai tameng!

Melihat Jimmy dan Laura pergi, Rafael dan yang lainnya akhirnya tersadar. Mereka pun buru-buru kabur dengan panik.

Jimmy dan Laura sudah pergi. Jika mereka tidak segera angkat kaki juga, amarah Felix pasti akan dilampiaskan pada mereka.

Begitu masuk ke mobil, Laura langsung berseru marah pada Jimmy, "Kamu gila? Kamu sudah menimbulkan bencana besar!"

Felix lagi-lagi dipermalukan. Ini namanya menambah minyak ke dalam api! Kali ini, bukan hanya gagal berdamai dengan Felix, mereka malah kembali menyinggungnya.

Wajah Jimmy berubah muram, tidak habis pikir karena disalahkan oleh Laura. Katanya, "Kamu kira untuk siapa aku melakukan itu?"

Jimmy sendiri juga kesal. Kalau bukan untuk menyelamatkan Laura, dia tidak akan terlibat dengan Felix dan menjadi musuhnya!

Selain itu, Jimmy sudah memberi tahu Laura berulang kali tentang anggur palsu itu. Sekarang begitu terjadi masalah, wanita itu malah menyalahkannya? Ini saja saja orang sembelit menyalahkan gaya gravitasi!

Laura terdiam. Setelah membisu cukup lama, akhirnya dia menyalakan mesin mobil dengan gemetar. Keduanya tidak berbicara satu sama lain sepanjang perjalanan.

Tiba di rumah, baru saja Jimmy mengikuti Laura masuk, Ervina langsung menyambutnya dengan raut masam.

"Pergi kamu!" seru Ervina sambil menunjuk ke pintu. "Jangan kotori lantai rumahku!"

Usai berkata begitu, Ervina mengambil cangkir teh di meja, lalu melemparnya dengan kuat ke arah Jimmy.

Jimmy beruntung bisa menghindar tepat waktu. Cangkir itu jatuh, hancur berkeping-keping di lantai.

"Apa yang kamu lakukan!" Andra buru-buru menahan istrinya sambil berkata, "Ayahlah yang memaksa Jimmy menikahi Laura. Kamu boleh marah, tapi jangan lampiaskan pada Jimmy."

Andra masih cukup rasional. Alasan Jimmy setuju menikahi putrinya tidak lain adalah menenangkan hati ayahnya.

"Kalau nggak kulampiaskan padanya, lalu pada siapa? Padamu?" Ervina masih ingin marah-marah, tetapi ketika melihat Laura yang acak-acakan, amarahnya langsung terlupakan. Dia buru-buru menghampiri putrinya dan bertanya, "Laura, apa yang terjadi? Kenapa kamu seperti ini? Apa bajingan itu melakukan sesuatu padamu?"

Sambil melontarkan rentetan pertanyaan itu, Ervina melayangkan tatapan tajam ke arah Jimmy.

Laura segera menggeleng, lalu menceritakan segala yang terjadi tadi sambil menangis terisak-isak. Setelah mendengar semua itu, wajah Ervina langsung memucat.

Marah sekaligus panik, Ervina pun menunjuk Jimmy dan mulai mengumpat kasar, "Pembawa sial! Kamu benar-benar pembawa sial! Kenapa kamu nggak mati saja? Apa gunanya pembawa sial sepertimu hidup di dunia ini?"

"Gimana ini bisa jadi salah Jimmy? Seharusnya Rafael yang disalahkan karena membawa anggur palsu." Andra mendelik tajam pada istrinya dan berucap dengan tidak sabar, "Tanpa bantuan Jimmy, siapa yang tahu apa Laura bisa pulang dalam keadaan utuh malam ini!"

"Siapa yang butuh bantuannya?" Ervina sama sekali tidak menghargai bantuan Jimmy. Dia berseru lagi dengan air mata menggenang, "Kembali ke sana dan bersujudlah minta ampun pada Felix! Sekalipun dia memukulmu sampai mati, kamu harus pastikan amarahnya mereda ...."

Awalnya Felix sudah enggan berdamai dengan Keluarga Sucipto. Sekarang, peluang untuk berdamai bertambah mustahil. Bahkan, boleh jadi Broto akan turun tangan secara pribadi untuk mengambil tindakan terhadap Keluarga Sucipto.

Broto Bahrani lho! Dia Broto, sosok yang bahkan dihormati Tiga Keluarga Besar!

Jimmy hanya diam melihat amukan histeris Ervina. Setelah membisu cukup lama, dia mendongak dan berkata pada Laura, "Kita lihat dulu apa ayah Rafael bisa membantu. Kalau benaran nggak bisa, aku akan minta bantuan seseorang menangani masalah ini."

Sekarang, ini bukan hanya masalah Keluarga Sucipto, tetapi juga masalah bagi Jimmy sendiri. Felix tidak akan mungkin mengampuninya begitu saja. Dia pasti akan membuat perhitungan!

Jika ayah Rafael tidak bisa diandalkan, Jimmy harus menggunakan caranya sendiri. Bukankah Yasmin berkata dia berutang padanya? Jika benar-benar tidak ada pilihan lain, dia akan meminta bantuan wanita itu. Orang seperti Yasmin seharusnya adalah orang yang tepat janji, bukan?

"Solusi apa yang bisa pecundang sepertimu berikan? Pergi, biarkan Felix menghajarmu sampai mati. Biarkan dia meredakan amarahnya dan masalah kami pun selesai!" sergah Ervina sambil menunjuk Jimmy lagi.

Jimmy mengernyit, diam-diam memaki Ervina gila dalam hati. Kemudian, dia berbalik dan berjalan pergi.

Andra buru-buru mengejar sambil berkata, "Jimmy, suasana hati ibu Laura lagi kurang baik, kata-katanya jangan kamu masukkan ke hati. Aku tahu kamu melakukan semua itu untuk menyelamatkan Laura. Kamu melakukan hal yang benar."

Jimmy mengangguk dan tersenyum kecil, tetapi dia tetap mempercepat langkahnya pergi.

Andra ingin menghentikan Jimmy, tetapi setelah ragu-ragu cukup lama, akhirnya dia mengurungkan niatnya.

Lebih baik membiarkan Jimmy pergi terlebih dahulu. Jika tidak, entah sampai kapan kegaduhan di rumahnya akan berlanjut.

Di kegelapan malam, Jimmy berjalan sendirian menuju asrama perusahaan. Sesekali, dia menggeleng dan tersenyum getir.

Sialan, ini benar-benar kacau! Andai Jimmy tahu bahwa menikahi Laura akan mendatangkan begitu banyak masalah, dia tidak akan pernah setuju. Bahkan sebelum dia sempat mencari tahu apa pun tentang masa lalunya dari Yahya, dia sudah ketiban sial. Satu-satunya hal yang menghibur adalah ayah mertuanya cukup baik.

Dengan berbagai pikiran di benaknya, Jimmy berjalan ke pasar malam. Keributan di kelab membuatnya tidak sempat makan banyak.

Usai mengisi perut di pasar malam, Jimmy melanjutkan perjalanan ke perusahaan. Meski sudah pasti terlambat untuk sif malamnya, dia tidak terburu-buru. Sebaliknya, dia berjalan pelan-pelan sembari mencerna makanan.

Di tengah perjalanan, perut Jimmy tiba-tiba mengeluarkan bunyi tidak sedap. Berengsek! Dia pasti sakit perut karena minum anggur palsu. Semua gara-gara Rafael berengsek itu!

Jimmy memaki-maki Rafael dalam hati, lalu memandang sekeliling. Terdapat lokasi konstruksi terbengkalai beberapa puluh meter darinya. Sambil menjepit erat bokongnya, dia berlari kecil ke tempat itu.

Begitu memasuki lokasi konstruksi terbengkalai itu, Jimmy segera melepas celana dan berjongkok. Isi perutnya keluar seperti air bah. Lega telah mendapat pelepasan, dia kembali mengumpati Rafael dan seluruh keluarganya.

Setelah berjongkok belasan menit, Jimmy akhirnya selesai.

Tepat ketika Jimmy hendak pergi, dia tiba-tiba mendengar suara perkelahian. Sebelum dia pergi menghampiri, suara-suara itu terdengar kian dekat.

Di bawah keremangan lampu jalan, tampak dua orang bertarung sengit. Keduanya bertukar jurus cepat dan mematikan, persis seperti adegan film bela diri.

Melihat pertarungan keduanya, pikiran Jimmy sedikit melayang. Adegan seperti ini ... sepertinya sedikit familier.

Saat Jimmy tengah melamun, salah satu di antara kedua orang itu melihatnya. Setelah memaksa lawannya mundur dengan satu gerakan, orang itu mengubah targetnya dan memelesat cepat ke arah Jimmy.

"Gawat!" Merasakan situasi memburuk, Yasmin segera berteriak pada Jimmy yang masih linglung, "Cepat lari!"

Yasmin tahu Serigala Darah ingin menyandera pria yang muncul tiba-tiba itu.

Mendengar teriakannya, Jimmy akhirnya tersadar. Namun ketika dia hendak kabur, Serigala Darah sudah tiba di dekatnya.

Serigala Darah mengulurkan tangan untuk menangkap targetnya. Saat itu, barulah dia melihat wajah Jimmy dengan jelas.

Duar! Seperti ada petir yang tiba-tiba menyambar kepala Serigala Darah. Dia berdiri terpaku, seolah benar-benar tersambar petir. Dia membeku dengan tangan terentang ke arah Jimmy dan raut ketakutan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 50

    Setengah jam kemudian, Jimmy yang menaiki taksi sampai di Rumah Sakit Diloam. Kala ini, keluarga Andra dan Marcus sudah menunggu di depan pintu rumah sakit.Begitu Jimmy turun dari taksi, Zisel yang tidak puas mengeluh kepada Laura, "Suamimu ini benar-benar sombong, padahal dia itu cuma satpam! Masa kita semua harus menunggunya di sini?"Marcus menimpali sembari mengangguk, "Benar! Kak Jimmy, nanti kamu harus tegur menantumu. Dia nggak punya keahilan apa-apa, tapi suka sok hebat! Apa dia kira Jenderal Yasmin masih berutang budi padanya?"Mendengar ucapan Marcus dan Zisel, ekspresi Ervina menjadi muram. Dia memandang Jimmy dengan geram. Sebelum Ervina sempat marah-marah, Andra sudah memelototinya.Andra malas berdebat dengan mereka. Dia hanya memperingatkan, "Tutup mulut kalian! Aku tegaskan lagi, kita akan segera bertemu dengan Ayah. Mungkin Ayah malas gerak kalau aku memintanya pukul kalian. Tapi, kalau Jimmy yang suruh Ayah pukul kalian, aku rasa dia akan berjuang mati-matian untuk m

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 49

    Jimmy menolak tanpa ragu sedikit pun, "Aku nggak tertarik! Terserah kalau kamu mau menunggu, tapi berdiri di samping. Jangan halangi pintu dan jangan pengaruhi citra perusahaan kami!"Dua puluh juta? Jimmy bahkan menolak uang 2 miliar yang diberikan Laura, mana mungkin dia tertarik pada uang 20 juta yang diberikan Rafael?"Kamu ...," ucap Rafael. Dia tertegun sejenak, lalu berteriak dengan geram, "Jangan keterlaluan!"Jimmy memandang Rafael dengan ekspresi muram dan mengancam, "Jangan macam-macam! Kamu mau berdiri di samping atau kami pakai kekerasan?"Rafael menggertakkan giginya saking kesalnya, tetapi dia tidak berani membuat onar. Rafael hanya bisa menahan amarahnya seraya berjalan ke samping. Jika tidak boleh masuk, Rafael terpaksa menunggu Abizar di sini.Melihat Rafael tahu diri, Jimmy baru mengecas skuter listriknya. Kemudian, dia mulai menyusuri tembok perusahaan untuk melakukan pemeriksaan. Jimmy ingin memastikan tidak ada masalah keamanan di perusahaan.Saat sedang melakukan

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 48

    Sesudah kembali ke vila, Jimmy terus duduk di halaman. Jantungnya mulai berdegup kencang saat memikirkan momen dia membunuh orang tadi.Jimmy bukan takut, melainkan antusias. Bahkan dia makin antusias setiap memikirkannya, seakan-akan naluri membunuh yang sudah tidur sangat lama kembali dibangkitkan.Perlahan-lahan, Jimmy merasakan sebuah kekuatan tiba-tiba masuk ke dalam tubuhnya. Kekuatan yang muncul mendadak ini membuat tubuhnya yang disegel lima tahun sedikit tidak terbiasa. Jimmy ingin meluapkan kekuatan ini.Bam! Jimmy yang gusar memukul meja batu di depan dengan kuat.Bruk! Seiring dengan suara yang keras, meja batu langsung terbelah dua dan hancur. Jimmy segera mundur dan melihat telapak tangannya yang tidak terluka sedikit pun dengan ekspresi kaget.Apa ... kekuatan Jimmy memang tiba-tiba meningkat pesat? Apa dia langsung menjadi ahli bela diri dalam legenda?Syamsul dan Burhan menggeleng sambil tersenyum getir ketika melihat Jimmy melamun. Tidak disangka, pembunuhan biasa itu

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 47

    Melihat sosok Jimmy yang menghilang dari pandangannya, Sabrina merasa penasaran. Jelas-jelas Jimmy adalah orang hebat, kenapa dia berpura-pura lemah? Apa tujuan Jimmy berbuat seperti itu?Orang suruhan Sabrina sangat profesional. Mereka membawa mayat-mayat itu pergi dengan cepat, bahkan noda darah di lokasi kejadian juga dibersihkan dengan teliti.Setelah meninggalkan beberapa orang untuk membersihkan lokasi kejadian, Sabrina menyuruh orang lain mengantarnya ke rumah Argani.Argani mengernyit begitu mendengar laporan Sabrina. Dia merenung sejenak, lalu memandang Sabrina dan bertanya, "Siapa yang kamu curigai?"Sabrina mengerjap. Dia menghela napas dan bertanya balik, "Bukannya Pak Argani sudah tahu jawabannya?"Argani mendesah, lalu menyahut, "Sepertinya pemikiran kita sama. Kelihatannya mereka masih nggak percaya padaku."Sabrina mengangguk. Kemudian, dia bertanya seraya mengernyit, "Tapi, aku nggak paham. Apa tujuan mereka menangkapku?""Mungkin mereka ingin tahu detail kondisiku dar

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 46

    Apa Sabrina benar-benar orangnya Argani? Ternyata Argani yang menyuruh Sabrina untuk mencari Jimmy?Jimmy memandang Sabrina dengan ekspresi terkejut dan bertanya, "Untuk apa dia menyuruhmu mencariku?""Tunggu sebentar, aku telepon dulu," ucap Sabrina. Kemudian, dia mengeluarkan ponsel dan menelepon seseorang, "Bawa beberapa orang kemari ...."Sabrina segera menyuruh orang untuk membereskan kekacauan di sini. Semua mayat ini harus dibereskan.Melihat mayat dua pembunuh, Sabrina menggeleng dan tersenyum getir. Dia berujar, "Alangkah baiknya kalau tadi Pak Jimmy membiarkan salah satu dari mereka hidup ...."Tindakan Jimmy terlalu cepat. Sebelum Sabrina sempat memperingatkannya, Jimmy sudah menghabisi kedua pria itu.Mendengar ucapan Sabrina, ekspresi Jimmy menjadi muram. Dia membalas, "Nyawaku sendiri sudah terancam. Mana mungkin aku masih sempat mempertimbangkan untuk membiarkan mereka hidup?"Sabrina tidak bisa berkata-kata, tetapi dia mengkritik Jimmy di dalam hati. Kenapa Jimmy terus

  • Kebangkitan Pendekar Amnesia   Bab 45

    Wanita itu mengenal Jimmy? Dia ragu untuk menyelamatkan wanita itu. Belakangan ini kemampuan bertarung Jimmy memang makin kuat, tetapi bagaimana kalau dia tidak mampu melawan kedua pria itu? Takutnya Jimmy akan kehilangan nyawanya.Akhirnya, Jimmy membuat keputusan. Dia tidak ingin sok menjadi pahlawan. Lagi pula, Jimmy merasa suara wanita itu tidak familier. Seharusnya dia tidak mengenal wanita itu.Begitu memikirkan hal ini, Jimmy segera memutar balik dan hendak kabur dengan mengendarai skuter listriknya.Melihat Jimmy tidak ingin ikut campur, wanita itu langsung berteriak panik, "Aku ini orangnya Pak Argani!"Orangnya Argani? Jimmy langsung menghentikan skuternya. Jika dia tidak menyelamatkan wanita itu, bagaimana dia menjelaskan kepada Argani?Setelah ragu-ragu sesaat, Jimmy langsung menghentikan skuternya dan melompat turun dari skuter. Pada saat yang sama, kedua pria itu hendak menerjang Jimmy dengan niat membunuh yang intens.Salah satu pria berseru, "Kita harus bertindak cepat!

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status