“Apa yang kalian berdua lakukan di perbatasan malam-malam begini? Pestanya ada di sebelah sana,” kata salah satu prajurit dengan nada menegaskan, tatapannya tajam dan penuh kewaspadaan.Yuan dan Fengyin berdiri membeku, terjebak dalam situasi yang berbahaya. Setiap langkah yang salah bisa berarti kematian bagi mereka.“Tunggu sebentar, apakah kalian warga Wuyan?”“Iya, benar!” jawab Fengyin tanpa berpikir panjang.“Tapi, pakaian kalian? Jorok sekali. Kenapa terlihat begitu compang-camping?”“Ma-maaf, kami adalah anak yatim yang hidup di jalanan. Hanya ini pakaian yang bisa kami kenakan saat ini,” Fengyin menjelaskan dengan suara bergetar.“Bohong! Kami baru saja membebaskan kerajaan ini dari para pengkhianat. Tak mungkin gelandangan dari Wuyan bisa sampai sini. Kalian pasti warga kerajaan Qingce yang selamat dari penyerangan!”“Cepat tangkap mereka berdua!”Tanpa pilihan lain, Yuan melepaskan aura gelap yang mengancam dari tubuhnya. Kedua prajurit itu terdiam, tampak ketakutan dan tida
Yuan, Fengyin, dan seorang wanita asing dari Ner’iatu terpojok di tengah hutan yang gelap. Tanpa senjata atau bantuan, mereka berdiri di hadapan sekelompok prajurit yang mengancam. Tubuh mereka semua gemetar ketakutan, hanya Yuan yang berpikir keras untuk melawan.“Kalian punya dua pilihan,” kata prajurit berbadan paling besar dengan suara mengancam, “ikut kami dengan sukarela atau dengan paksa.”“Fengyin, bersiaplah,” kata Yuan, matanya bersinar tajam. “Kita hanya bisa melawan sampai titik darah penghabisan.”Brak!Sebuah pisau hitam dari Ner’iatu menyusup ke zirah prajurit berbadan besar itu dari belakang.“Argh!” Pria itu terhuyung dan jatuh ke depan, tak bisa bergerak.“Hongli! Doanghai!” seru Fengyin penuh syukur.Menyaksikan kematian temannya dalam sekejap, dua prajurit lainnya segera berbalik menyerang Hongli dan Doanghai. Suara logam bertemu logam menggema nyaring di malam yang tenang.Pisau hitam itu dengan mudah menembus perisai prajurit Wuyan. Baju zirah yang terbuat dari b
“Apa?” Fengyin dan Yuan menganga tak percaya dengan apa yang baru saja diungkapkan Hongli.“Kami baru saja diterima di sini. Aku sampai harus membunuh Gao di dalam duel, apa itu tidak ada artinya?” Yuan komplain merasa tak dihargai sama sekali.“Bunda Ketua menganggap kalian, terutama kau Yuan, adalah pembawa masalah bagi Ner’iatu.”“Tapi bukankah kau sendiri bilang kalau aku ini orang yang diramalkan? Bagaimana jika itu benar tapi aku malah meninggalkan kalian?”“Aku tadi sempat menyinggung soal itu. Tapi melihat dari apa yang telah terjadi selama satu hari ini, dia mulai ragu apakah kau orang yang memang ditakdirkan menjadi Saniyala atau bukan.”“Bagaimana denganmu, apakah kau percaya?”“Dengan segenap jiwa ragaku, aku percaya kalau kau adalah seorang utusan yang diramalkan.”“Kalau begitu, apakah tidak ada cara lain untuk meyakinkan Bunda Ketua?”“Aku sempat membuat kesepakatan dengannya.”“Kesepakatan?”“Satu minggu, dia memberimu waktu satu minggu untuk bisa membuktikan kalau kau
Hongli bertepuk tangan singkat melihat perkembangan Yuan yang cukup memuaskan. Setelah mencoba tiga kali gerakan milik Gao, dia seperti sudah menguasainya.“Bagus sekali, kecepatanmu hampir mirip dengan Gao.”“Apa ini berarti aku sudah menguasai teknik bertarung Ner’iatu.”“Itu baru satu teknik. Masih ada teknik lainnya yang perlu kau pelajari. Tapi untuk sekarang, kita istirahat sebentar,” jawab Hongli sambil tersenyum.Yuan mengambil bajunya dan memasangnya kembali. Di sudut, Fengyin masih sibuk dengan dunianya sendiri. Dengan serulingnya, ia melodi yang lembut di atas batu, terhanyut dalam kesibukan yang tampaknya tak berarti bagi orang lain.“Yuan, kulihat anak itu terus memandangimu dari jauh,” kata Fengyin, menunjuk ke arah seorang anak lelaki yang berdiri di kejauhan, terlihat seusia mereka berdua.“Hmm?” Yuan menoleh, melihat anak tersebut melambai dari jauh dengan senyum lebar dan deretan gigi yang rapi. Anak itu memegang sebuah keranjang berisi sayuran.“Siapa itu, Hongli?” t
Hantaman tongkat kayu berderak di tengah ruangan berdinding batu. Seorang anak muda dan pria berbadan besar melancarkan serangan demi serangan untuk melumpuhkan satu sama lain. Keringat membasahi tubuh mereka berdua dalam kedinginan udara bawah tanah.Yuan dan Hongli terengah-engah kehabisan napas.“Baiklah, kurasa latihannya cukup sampai di sini. Sebaiknya kau istirahat, Yuan.”“Aku belum lelah,” anak itu masih menunjukkan ekspresi penuh semangat.“Bukan kau, tapi aku yang lelah. Kita bisa lanjutkan latihannya esok hari.”Yuan kembali meneguk minuman dari cangkir bambunya. Setelah membersihkan badannya sebentar, dia menoleh ke bawah kaki dan melihat benda hitam berkilau di lantai. Itu adalah seruling milik Fengyin. Dia mengambilnya dengan hati-hati dan mencoba memainkannya sebentar. Suara yang keluar dari seruling itu hampir tak terdengar—seperti anjing yang sedang bersin—jauh berbeda dari melodi merdu yang biasanya diciptakan Fengyin.“Bagaimana dia bisa membuat bunyi yang merdu deng
Hongli memutuskan untuk menyuruh Yuan istirahat malam ini dan melanjutkan latihan esok pagi. Dia juga ingin bertanya langsung kepada Yenn mengenai rencananya yang sebenarnya.Yuan dan Fengyin kembali ke ruangan tempat Yuan pingsan sebelumnya, ruangan dengan batu Gogonit yang banyak. Secara tak resmi, tempat itu adalah rumah bagi Saniyala dan kekasihnya. Yuan terkulai lemas di meja batu hijau, sementara Fengyin memutuskan untuk memeriksa keadaan mereka yang sakit.“Sepertinya kau lelah. Tidurlah, dan simpan tenagamu untuk besok,” kata Fengyin sambil memainkan musik lembut untuk menenangkan Yuan.“Kau belum mau tidur?”“Aku masih ingin melihat-lihat keadaan mereka yang sakit. Mungkin saja aku bisa berbuat sesuatu.”Fengyin memainkan lantunan musik bernada rendah untuk mengantar Yuan menuju tidurnya. Setelah memastikan Yuan tidur, Fengyin diam-diam pergi untuk membantu Enlai mengolah tanaman obat yang baru mereka kumpulkan.Dalam tidurnya, Yuan ternyata tidak bisa dibiarkan tenang.Suara-
“Apa aku tidak salah dengar?” Yuan gemetar mendengar ucapan Hongli. Suaranya terdengar penuh kebingungan dan ketidakpercayaan.“Aku juga tidak tahu apa-apa soal ini. Apa yang terjadi, Hongli?” Doanghai menimpali, terlihat cemas.“Aku terpaksa mengambil keputusan ini. Bunda Ketua memutuskan untuk mengusirmu jika aku tidak segera bertindak. Dia mengira kalau kau, Yuan Qiancheng, lebih banyak membawa petaka daripada berkah ke dalam suku ini. Ini tidak sesuai dengan ramalan yang terdengar. Atau seperti itulah yang dia katakan. Aku tidak berani mengatakan ini padanya, tapi aku rasa Bunda Ketua takut kepadamu.”“Takut kepadaku?” Yuan tidak bisa menahan rasa herannya. “Itu tidak masuk akal. Kenapa dia harus takut?”“Dia mungkin takut akan kekuatanmu yang begitu besar, Yuan.”“Tapi itu bukan alasan yang tepat untuk membuatku saling bunuh denganmu. Berarti latihan yang kita lakukan dari kemarin … kau sengaja menyiapkan aku untuk membunuhmu.”Hongli terdiam sejenak, menggaruk kepalanya dengan c
Yuan dan Fengyin bergerak hati-hati, mengintai sosok wanita tinggi bernama Yenn di depan mereka. Yenn tampak mencurigakan sejak pertemuan mereka di permukaan kemarin malam. Dari jauh, Enlai terlihat membawa keranjang penuh sayur-sayuran, memperhatikan gerak-gerik kedua orang yang mengendap-endap seperti pencuri.“Apa yang sedang mereka lakukan?” batin Enlai penuh rasa penasaran.Pangeran Yuan dan kekasihnya Fengyin bersandar pada dinding di samping pintu masuk goa. Mereka menatap ke arah anak tangga yang menanjak, namun Yenn sudah menghilang dari pandangan mereka.“Apa yang kalian lakukan?”Fengyin melompat kaget, “Enlai! Kau membuatku terkejut!”“Maaf, aku tidak bermaksud. Kalian sedang mengamati apa?”“Kami mengikuti Yenn,” jawab Yuan. “Sepertinya dia pergi ke permukaan lagi.”“Lagi? Apa yang dia lakukan di luar sana?”“Tidak tahu. Itulah sebabnya kami mengikuti dia.”Mereka bertiga sepakat untuk naik anak tangga menuju permukaan. Pintu masuk goa sedikit terbuka, menunjukkan bahwa se