Beranda / Urban / Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal / Bab 4 - Topeng Kemunafikan

Share

Bab 4 - Topeng Kemunafikan

Penulis: Rianoir
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-12 10:48:27

Klein menatap Rudy dengan pandangan dingin, mengingat kembali semua kebaikan palsu yang pernah diterimanya dari pria itu di kehidupan sebelumnya. 

Sebagai manajer dan atasan langsung Klein, Rudy selalu bersikap baik dan penuh perhatian. Bahkan saat pernikahan Klein dan Windy, Rudy memberi hadiah pernikahan yang sangat mewah: bulan madu keliling Eropa.

Tentu saja, Rudy juga ikut dalam perjalanan itu. Klein ingat betapa bahagianya dia saat itu, merasa beruntung memiliki atasan dan kawan sebaik Rudy. Namun kini, setelah mengetahui pengkhianatan Rudy dan Windy, Klein akhirnya sadar. Semua kebaikan itu hanyalah topeng, sebuah sandiwara licik untuk membuat Klein bersedia menikahi Windy yang telah mengandung anak Rudy.

Lamunan Klein buyar saat mendengar suara mengejek Jack Thompson. Pria bertubuh tegap dengan rambut pirang itu berdiri angkuh di hadapannya, sementara pasangannya, Lisa Moore—wanita berambut merah dengan tubuh langsing—berdiri di sampingnya dengan senyum mencemooh.

“Windy, calon suamimu sepertinya lebih kaya dari yang kita bayangkan,” ujar Jack dengan nada sinis. "Dia bahkan berani makan di tempat semewah ini saat di bulan depan seharusnya mengeluarkan uang lagi untuk pernikahan."

Lisa menimpali dengan tawa mengejek, "Kaya? Aku lebih percaya kalau dia memeras Chester untuk mentraktirnya makan di sini!"

Chester yang duduk di samping Klein menautkan alis dan cepat-cepat menunjuk Lisa. "Jangan sembarangan, Lisa! Klein yang mengajakku ke sini untuk mentraktirku."

Mendengar pengakuan Chester, Jack dan Lisa terbelalak. Kemudian, keduanya saling memandang sebelum akhirnya tertawa dengan keras.

“Ha ha ha! Astaga, Windy! Suamimu hebat sekali!" ucap Lisa dengan nada mencemooh. “Merayakan pernikahan saja masih meminjam ruang aula kantor, tapi berani mentraktir temannya di hotel bintang lima?! Gila!"

Mendengar ejekan temannya, Windy hanya bisa menunduk malu. Matanya menatap Klein penuh kebencian, seolah menyalahkan pria itu atas rasa malu yang dirasakannya.

Melihat hal ini, Rudy diam-diam tersenyum, merasa sangat terhibur. 

Sebelumnya, Rudy dan Klein berasal dari universitas yang sama. Walau Klein tidak sepopuler dirinya karena wajah pria itu yang buruk rupa, tapi Klein tetap terkenal di kalangan para guru dan murid akibat kecerdasannya, membuat Rudy yang merupakan anak keempat dari keluarga Lee sering kali berada di bawah bayang-bayangnya.

Demikian, saat sekarang bisa melihat Klein dihina-hina, rasanya sangat memuaskan untuk Rudy!

Namun, walau isi hatinya seperti itu, tapi sebagai bos yang ‘bijak’ Rudy berkata, "Sudah, sudah. Berhenti menghina Klein seperti itu." Dia menoleh ke arah Klein. "Klein, bagaimana kalau kita makan bersama saja? Aku yang akan menanggungnya. Jangan menghamburkan uang, ingat kau akan segera berumah tangga. Berhematlah."

Cara Rudy menasihati Klein terdengar sangat berwibawa dan ramah, tapi sebenarnya ada makna ejekan di baliknya, membuat Jack dan Lisa kembali terkikik geli.

"Haduh, beruntung sekali si miskin ini. Lagi-lagi dibantu oleh Pak Rudy!" ujar Lisa sembari menatap Klein merendahkan.

Windy yang sudah naik pitam langsung menghampiri Klein dan menyentuh pundaknya sambil berkata, “Kenapa diam saja? Cepat berterima kasih pada Pak Ru–”

PLAK!

Tangan Windy yang ditepis kasar diikuti dengan suara Klein yang berkata, "Tidak perlu." Dia menatap Windy dingin sebelum berakhir mengalihkan pandangan pada Rudy. "Aku tidak nyaman menggunakan uang orang lain untuk mentraktir teman baikku."

Semua orang langsung terkejut, termasuk Windy dan Rudy yang menautkan alis erat. 

Apakah Klein baru saja menyebut Rudy sebagai ‘orang lain’? Walau keduanya memiliki kedudukan berbeda di kantor, tapi Klein dan Rudy sudah kenal dekat sejak kuliah! Kenapa dia tiba-tiba bersikap dingin kepada Rudy sekarang?!

“Klein, kenapa kau jadi seperti ini, kawan? Biasa juga aku sering memberikanmu–”

"Daripada menyibukkan diri dengan urusanku, sebaiknya kalian segera duduk,” potong Klein tanpa menatap keempat orang itu lagi. “Kalian menarik perhatian yang tidak diinginkan dan mengganggu tamu lain."

Melihat Klein bukan hanya menolak, tapi juga mengecap mereka sebagai pengganggu, Jack merasa tidak terima. "Hei, kau pikir kau siapa mengatakan itu pada kami?!" bentak pria itu dengan wajah memerah karena marah. "Sudah miskin, tapi masih begitu sombong!"

“Ada apa ini?” 

Pertanyaan itu menghentikan makian Jack, membuatnya mengalihkan pandangan kepada seorang pelayan dengan lencana perak, menunjukkan dirinya adalah salah satu pelayan senior hotel tersebut.

Jack pun gegas menjelaskan, "Seharusnya kalian tidak sembarangan membiarkan orang masuk! Lihat orang ini!” Dia menunjuk Klein dan Chester. “Terlihat dari pesanan mereka yang hanya air saja, sudah kentara kalau mereka tidak mampu bayar makan di tempat ini. Lalu, kenapa kalian masih membiarkan mereka tetap di sini dan mengotori pemandangan?!”

Tidak puas, Jack menambahkan lagi, “Seakan tidak cukup buruk, dia berani juga menghina Pak Rudy. Kamu mungkin tidak tahu, tapi Pak Rudy adalah anak keempat dari keluarga Lee, pemilik Heaven Group yang ternama! Menyinggungnya sama saja dengan bunuh diri!”

Mendengar hal tersebut, pelayan tersebut langsung terbelalak. Dia berpaling kepada Klein serta Chester, memerhatikan penampilan keduanya.

Saat melihat pakaian dua orang itu begitu biasa dan berkualitas rendah, ditambah dengan pesanan mereka yang memang hanya air, pelayan tersebut yakin kalau memang kedua orang ini hanya orang dari kalangan biasa yang tidak bisa melakukan apa-apa jika memang ditendang keluar olehnya.

Antara putra orang kaya dan orang dengan latar belakang tidak jelas, tentu saja pelayan itu akan lebih memilih untuk menyinggung yang kedua!

"Atas laporan yang saya terima, silakan Anda berdua pergi dari tempat ini!" ujar pelayan itu dengan nada tegas. "Kami tidak mentolerir pengunjung yang membuat keributan."

Klein menautkan alis. “Tanpa menanyakan detail duduk masalah, kau mengusir kami?”

Pelayan pria itu melipat kedua tangan dan mendengus. “Penjelasan apa lagi yang diperlukan? Tuan Rudy Lee adalah orang dari latar belakang terhormat, tentu saja ucapannya lebih bisa dipercaya dibandingkan orang tidak jelas sepertimu.”

Mendengar itu, Klein mendengus dingin. Luar biasa sekali pelayan ini!

Chester yang ketakutan langsung menarik lengan pakaian Klein. “Klein, sudah kita pergi saja!”

“Tidak,” balas Klein seraya menekan Chester untuk kembali duduk. “Kita tidak salah, jadi kita tidak akan pergi.”

Melihat Klein yang tidak bergeming, pelayan itu mulai kehilangan kesabaran. “Keamanan!” Dia memanggil dua sekuriti dan menuding Klein. “Seret dua pengganggu ini keluar!”

Karena pelayan restoran itu senior, dua sekuriti itu pun hanya bisa menuruti perintah dan langsung menghampiri Klein serta Chester. “Kami hanya menjalankan perintah, mohon dua Tuan tidak menyalahkan!”

Ketika tangan sekuriti itu baru menyentuh ujung pakaian Klein, tiba-tiba sebuah suara menggelegar terdengar berseru, "APA YANG KALIAN PIKIR SEDANG KALIAN LAKUKAN!?"

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 167 - Epilog

    Di ruang pengantin wanita, Rina tampak cantik luar biasa dalam gaun putih yang dihiasi ribuan kristal kecil. Wajahnya berseri-seri, pancaran kebahagiaan terpancar jelas dari matanya. Musik orchestra mulai mengalun lembut saat Klein melangkah ke altar. Para tamu berdiri, menanti kedatangan pengantin wanita. Saat Rina muncul, dipimpin oleh ayahnya, seluruh hadirin terpesona oleh kecantikannya. Upacara pernikahan berlangsung dengan khidmat di bawah kanopi bunga mawar putih yang menaungi altar. Ratusan tamu undangan menahan napas saat Klein dan Rina berdiri berhadapan, tangan mereka saling menggenggam. Klein, meski wajahnya tetap tenang, menatap Rina dengan intensitas yang belum pernah dilihat siapapun sebelumnya. Matanya yang biasanya dingin kini menyiratkan kehangatan dan kasih sayang yang dalam. Rina, dengan mata berkaca-kaca, membalas tatapan Klein dengan senyum lembut. Pendeta memulai prosesi dengan suara yang jernih, "Klein Lionheart, bersediakah engkau menerima Rina Lee seb

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 166 - Menikah

    Satu hari telah berlalu sejak penyerangan keluarga Xie ke Paviliun Lionheart. Pagi itu, Klein berdiri di balkon kamarnya, matanya yang tajam memandang ke arah kota Riverdale yang mulai sibuk. Wajahnya tetap tanpa ekspresi, namun ada kilatan tekad yang kuat di matanya.Paviliun Lionheart masih dalam proses perbaikan. Bekas-bekas pertempuran masih terlihat jelas di beberapa bagian bangunan dan halaman. Para pekerja sibuk mondar-mandir, memperbaiki kerusakan yang ditimbulkan oleh serangan keluarga Xie.Klein mendengar suara langkah kaki mendekat. Ia tidak perlu berbalik untuk tahu siapa yang datang."Bagaimana keadaanmu, Klein?" tanya Cornelius, berdiri di samping cucunya."Baik-baik saja, Kek," jawab Klein singkat, matanya tetap memandang ke kejauhan.Cornelius mengangguk. "Baguslah. Kau tahu, kita beruntung Kakek Buyutmu, Ryan datang tepat waktu. Jika tidak..."Klein hanya mengangguk pelan. Ia tahu betul bahwa tanpa campur tangan Ryan, mungkin mereka tidak akan selamat dari serangan

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 165 - Musnahnya Keluarga Xie

    "Apa yang terjadi?" tanya salah satu tetua, wajahnya pucat pasi.Belum sempat ada yang menjawab, sebuah portal dimensi terbuka di tengah halaman utama. Dari dalamnya, muncul sosok Ryan Pendragon dengan senyum lebar di wajahnya."Halo, keluarga Xie!" serunya riang. "Maaf mengganggu pesta kecil kalian. Tapi kurasa sudah waktunya kita bermain-main sedikit!"Para anggota keluarga Xie langsung bersiaga. Puluhan praktisi bela diri tingkat tinggi mengepung Ryan, siap menyerang.Ryan tertawa. "Oh, ayolah! Kalian pikir jumlah bisa mengalahkan kualitas? Baiklah, biar kutunjukkan pada kalian apa arti kekuatan sejati!"Dengan satu gerakan tangan, Ryan melepaskan gelombang energi Qi yang luar biasa kuat. Gelombang ini menghempaskan sebagi

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 164 - Terlalu Kuat

    Wajah Xie Wei memerah, campuran antara malu dan marah. "Omong kosong! Tidak mungkin kau lebih tua dariku! Aku tidak akan tertipu oleh kebohonganmu!""Tertipu?" Ryan mengangkat alisnya, senyum mengejek masih terpasang di wajahnya. "Oh, bocah tua. Kau benar-benar masih hijau dalam hal ini."Merasa terhina, Xie Wei tidak bisa menahan amarahnya lagi. "Cukup omong kosongmu! Akan kubuat kau menyesali kata-katamu!"Xie Wei melesat maju, tangannya diselimuti energi Qi putih kebiruan yang membentuk cakar harimau. Namun, sebelum serangannya mencapai Ryan, pria itu sudah menghilang dari pandangan.Tanpa peringatan, Ryan muncul di belakang Xie Wei, bergerak dengan kecepatan yang bahkan melampaui Xie Wei. Energi Qi merah keemasan menyelimuti tubuhnya, membentuk aura matahari yang menyilaukan."Terlalu lambat, bocah," ejek Ryan. "Biar kutunjukkan padamu apa itu kekuatan sejati. Teknik Matahari Surgawi: Sembilan Matahari Membakar Surga!"Xie Wei berusaha menangkis serangan itu, tapi kekuatan di bali

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 163 - Leluhur Lionheart

    Klein memulai serangan pertamanya dengan pukulan lurus yang diselimuti energi Qi merah keemasan. "Tinju Matahari Membara!" teriaknya, suaranya dipenuhi amarah yang tak terbendung. Pukulannya menciptakan gelombang panas yang menghantam pertahanan Xie Wei, udara di sekitar tinjunya berpendar bagai bara api.Xie Wei berhasil menangkis serangan ini, tapi ia terdorong beberapa langkah ke belakang, tangannya terasa terbakar. "Hoh, rupanya bocah Lionheart punya nyali juga," ejeknya, senyum kejam tersungging di bibirnya.Tak memberi kesempatan Xie Wei untuk bernapas, Klein melanjutkan dengan tendangan berputar. Kakinya yang diselimuti energi Qi membentuk busur api, menciptakan jejak merah menyala di udara. "Tendangan Korona Matahari!" Serangan ini nyaris mengenai kepala Xie Wei, yang berhasil menghindar pada detik-detik terakhir, rambut di pelipisnya terbakar sedikit.Klein terus melancarkan kombinasi pukulan dan tendangan dalam ritme yang cepat dan tak terduga. Setiap serangannya dipenuhi a

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 162 - Kemarahan Klein

    Pertarungan sengit pun pecah. Xie Wei dan sosok tua itu bergerak dengan kecepatan luar biasa, menciptakan gelombang kejut energi setiap kali serangan mereka beradu. Tanah retak, pohon-pohon tumbang, dan udara bergetar hebat akibat pertarungan dahsyat ini.Xie Wei mengerahkan seluruh kekuatannya, mengaktifkan jurus rahasia keluarga Xie. "Jurus Rahasia: Sembilan Roh Harimau Putih!" teriaknya.Seketika, udara di sekitar Xie Wei bergetar hebat. Energi Qi putih kebiruan meledak dari tubuhnya, membentuk sembilan sosok harimau putih raksasa yang mengelilinginya. Mata harimau-harimau itu berkilat ganas, taring dan cakar mereka tampak siap mencabik apa pun yang menghalangi.Sosok tua itu, meski powerful, tampak terkejut melihat jurus ini. "Jurus legendaris keluarga Xie," gumamnya. "Tak kusangka masih ada yang bisa menguasainya."Xie Wei tidak memberi kesempatan pada sosok tua itu untuk mempersiapkan diri. Dengan satu gerakan tangan, ia mengarahkan kesembilan harimau itu untuk menyerang. Har

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 161 - Sosok Tua

    Cahaya merah menyilaukan memancar dari kalung giok naga yang dikenakan Klein, menerangi area pertempuran dengan aura mistis. Raungan naga yang menggelegar seolah membelah langit malam, membuat semua pihak yang terlibat dalam pertarungan terdiam sejenak.Dari dalam kalung tersebut, muncul sosok semi-transparan seorang pria tua. Rambutnya yang panjang dan janggut putihnya bergerak pelan seolah tertiup angin yang tak kasat mata. Matanya yang tajam memindai area sekitar sebelum akhirnya terpaku pada Klein."Ah, jadi kau pemilik baru makam pedang ini," ujar sosok itu, suaranya berat dan dalam. "Kau mengingatkanku pada pemilik sebelumnya. Sama-sama keras kepala dan selalu terlihat tenang."Klein menatap sosok itu dengan ekspresi datar, meski ada kilatan kebingungan di matanya. ‘Makam Pedang? Apa maksudnya? Dan siapa dia sebenarnya?’Ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi, tapi instingnya mengatakan bahwa sosok ini bukanlah ancaman baginya.Sosok tua itu mengalihkan pandangannya, mengama

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 160 - Pertarungan Sengit (II)

    Situasi pertarungan antara Klein dan Xie Hu semakin tidak menguntungkan bagi Klein. Meski ia berhasil menangkis sebagian besar serangan, beberapa pukulan Xie Hu berhasil menembus pertahanannya.Klein merasakan tulang rusuknya retak saat pukulan Xie Hu mengenai dadanya telak. Ia terhuyung ke belakang, darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Namun, berkat kemampuan regenerasinya, luka-luka itu mulai pulih dengan cepat."Menarik," komentar Xie Hu, matanya menyipit melihat luka-luka Klein yang sembuh dengan cepat. "Kau punya kemampuan regenerasi yang luar biasa. Tapi itu tidak akan cukup untuk menyelamatkanmu."Klein tidak menjawab. Ia menggunakan jeda ini untuk mengatur napasnya dan memfokuskan Qi-nya. Matanya yang tajam memindai area di sekitarnya, mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk mengubah situasi.Tiba-tiba, Klein mendengar suara jeritan familiar. Matanya melebar saat melihat Bella dan Ella ditangkap oleh dua orang penyerbu keluarga Xie."Kak Klein!" teriak Ella, air mata

  • Kebangkitan Sang Pewaris Tunggal   Bab 159 - Pertarungan Sengit

    Klein bergerak dengan cepat, mengandalkan set tinju yang telah ia latih intensif. Setiap pukulannya diperkuat oleh Teknik Matahari Surgawi, menciptakan gelombang energi yang menghempaskan para penyerang."Kau jelas hanya seorang Master Bela Diri, tapi kau sanggup mengalahkan beberapa anggota keluarga Xie sekaligus, impresif…" Xie Hu berjalan maju sambil bertepuk tangan.Dia lalu memberi aba-aba pada anggota keluarga Xie lainnya untuk tidak menyerang Klein dan mencari target lainnya.“Nah, sekarang hanya tinggal kita berdua. Klein …" Xie Hu dengan santai menggerakkan telapak tangannya, mengundang Klein untuk maju. "Tunjukkan kemampuanmu."Tanpa membalas ucapan Xie Hu, Klein melesat maju, tinju kanannya berkilau dengan energi panas yang inte

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status