Beranda / Fantasi / Kebangkitan Sang Putri Terbuang / Bab 1_Kematian seorang iblis

Share

Kebangkitan Sang Putri Terbuang
Kebangkitan Sang Putri Terbuang
Penulis: Lilis

Bab 1_Kematian seorang iblis

Penulis: Lilis
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-07 18:32:18

Hujan mengguyur kota malam itu, membasahi atap gedung tua tempat Lin Yue berada. Petir sesekali menyambar langit, memantulkan bayangan samar tubuh wanita berpakaian hitam ketat, dengan sniper terpasang di tangannya.

Mata tajamnya tak berkedip menatap ke kejauhan. Di balik lensa sniper, ia mengamati seorang pria tinggi berjas, dikelilingi anak buah bersenjata.

Lu Zemin.

Penguasa pasar gelap, gembong narkoba, dan targetnya malam ini.

"Bergerak sedikit lagi... Dan selesai," bisiknya pelan.

Jari telunjuknya menekan pelatuk.

Dor!

Peluru melesat cepat menembus kegelapan malam.

Namun, detik berikutnya—

BOOM!

Ledakan hebat mengguncang lantai tempatnya berpijak. Semuanya terjadi begitu cepat. Tubuh Lin Yue terhempas keras, menghantam dinding beton, lalu jatuh menghantam genangan air yang bercampur darah.

“Apa... ini jebakan?!”

Kepalanya berdarah, suara berdengung, penglihatannya mulai kabur.

Ia mencoba bangkit, tapi tubuhnya terlalu lemah. Asap dan api menjilat udara di sekitarnya. Matanya berusaha menatap ke arah gedung yang kini runtuh.

Lu Zemin menghilang.

Dan ia... tertinggal di sini sendirian.

"Aku tidak pernah gagal... tidak mungkin aku salah perhitungan..."

Itu bukan kesalahan strategi. Ini pengkhianatan.

Wajah-wajah rekan satu timnya terlintas di benaknya. Mereka seharusnya bersamanya. Melindunginya. Tapi saat ia hampir meraih kemenangan—mereka menghilang.

Tangannya bergetar. Darah mengalir deras dari pelipis hingga lehernya. Tapi yang paling menyakitkan bukan luka fisik...

Tapi dikhianati.

"Haha... lucu sekali."

Lin Yue menatap langit yang diguyur hujan. Hawa dingin mulai menusuk tulangnya, kesadarannya memudar.

"Begini... caraku mati?"

Dengan senyum getir, ia membiarkan matanya tertutup. Dunia di sekitarnya pun lenyap dalam gelap.

---

Ruang Antara Hidup dan Mati

Gelap.

Sunyi.

Tak ada waktu, tak ada arah.

Lin Yue membuka mata, tapi tak melihat apa pun. Ia hanya merasakan kehampaan. Udara tak terasa. Kaki melangkah, tapi tanah seperti tak ada. Ia seperti terbang di ruang kosong.

“Di mana ini...?”

Suara teredam keluar dari mulutnya. Ia mencoba berjalan, tapi tak ada ujung. Ia menjerit, berlari, menendang... tapi semua sia-sia.

“Aku mati... Ini neraka, ya?”

Tangis perlahan membasahi pipinya. Untuk pertama kalinya, Lin Yue—mafia wanita paling ditakuti—menangis seperti anak kecil.

"Aku... benar-benar bodoh..."

Lalu suara itu muncul. Lembut tapi menekan, seakan berbicara langsung ke dalam pikirannya.

“Kau mati dalam pengkhianatan, Lin Yue. Tapi ini belum akhirmu.”

Mata Lin Yue membelalak. Ia berdiri cepat, memutar tubuhnya.

"Siapa kamu?!"

“Tidak penting siapa aku. Yang penting, kau punya pilihan. Kembali hidup... dengan membayar harga.”

"Harga apa?"

“Aku tawarkan kau tubuh baru. Tapi bukan sembarang tubuh.”

Suara itu terus berbicara, menjelaskan tentang seorang gadis muda—putri dari keluarga bangsawan—yang disiksa, diracun, dan dibuang oleh keluarganya ke hutan.

“Gadis ini sekarat. Jiwanya sudah menyerah. Jika kau mau, tubuh itu akan menjadi milikmu. Sebagai imbalan... kau harus membalaskan dendamnya.”

Mata Lin Yue menyipit.

“Kenapa aku?”

“Karena kau punya api yang sama seperti gadis itu. Kau tahu rasanya dikhianati. Kau tahu rasanya tidak diinginkan.”

Lin Yue terdiam. Tangannya mengepal.

"Baik. Aku terima. Tapi setelah dendamnya selesai... tubuh itu milikku."

“Disepakati.”

Cahaya menyilaukan muncul tiba-tiba, menelan Lin Yue. Tubuhnya melayang, lalu terjatuh... ke dalam tubuh lain.

Saat membuka mata, Lin Yue menggigil. Tubuhnya penuh luka, bibirnya pecah-pecah, dan racun mengalir di nadinya. Ia berada di tengah hutan, dalam gelap, ditemani suara serangga dan dinginnya angin malam.

Tapi kali ini...

Ia tidak lemah.

“Siapa pun yang membuang gadis ini... akan aku buat menyesal telah membiarkannya hidup.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 94

    Sedangkan di sisi lain, Lin Yue sedang mencari nama yang pas untuk mereka. Para budak itu tidak memiliki nama setelah dibeli oleh majikannya, jadi Lin Yue harus berpikir keras bagaimana cara memanggil mereka dengan mudah. Setelah berpikir keras, akhirnya dia memiliki satu ide, yaitu membagi mereka menjadi beberapa kelompok. Di halaman latihan yang luas, tanah berdebu bergetar oleh suara ratusan kaki yang berbaris serentak. Dua ratus lima puluh budak yang selama ini hanyalah bayangan di istana, kini berdiri tegak di hadapan Lin Yue. Mata mereka menatap ke depan, campuran antara gugup dan haus akan arah baru. Lin Yue melangkah maju. Angin sore menyingkap jubah hitamnya, memberikan wibawa yang tak bisa dipungkiri. Suaranya tegas, menembus udara yang hening. “Mulai hari ini, kalian bukan lagi budak. Kalian adalah pasukan elit Lin Yue. Kalian akan ditempa hingga baja, sampai nama kalian cukup untuk mengguncang istana dan dunia luar.” Bisikan kecil terdengar, tapi seketika terhenti ket

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 93

    Ruang emas megah bermandikan cahaya mentari yang menembus jendela-jendela tinggi. Pilar-pilar berlapis emas berkilauan, memantulkan cahaya ke seluruh ruangan, sementara permadani merah membentang di lantai, seolah menegaskan kekuasaan yang tak tergoyahkan. Di tengah ruangan, Lin Yuexi berdiri tegak di hadapan singgasana Kaisar. Punggungnya lurus, matanya menatap tajam Kaisar Lin, yang duduk dengan tenang di belakang meja marmernya. Keheningan memenuhi ruangan, hanya dipecah oleh detak jam pasir dan napas teratur Lin Yuexi. Kaisar menatapnya dengan senyum tipis yang misterius, seolah sudah mengetahui maksud kedatangannya. "Lin Yuexi," suara Kaisar memecah keheningan, lembut namun setajam pedang, "kudengar kabar tentang Pangeran Mo. Aku ingin kau memohon agar pernikahan ini dibatalkan." Lin Yuexi menarik napas dalam, namun tetap tenang. Matanya tetap dingin, penuh kendali. Ia melangkah maju, tatapannya menembus setiap pikiran Kaisar. "Memohon, Yang Mulia?" suara Lin Yuexi tenang

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 92

    Tubuh Qingyan merosot, napasnya tersengal, seolah lilin kecil yang kehabisan sumbu. Lin Yue dengan sigap meraih botol penawar, meneteskan cairan bening ke bibir pelayannya yang pucat. Namun, racun itu begitu ganas, menjalar terlalu cepat untuk dihentikan hanya dengan penawar biasa."Tidak cukup," desis Lin Yue, wajahnya memutih, namun matanya berapi-api penuh tekad. "Aku harus memaksa racun itu keluar."Ia memejamkan mata sejenak, mengumpulkan energi jiwanya. Dengan telapak tangan yang gemetar, ia menekan dada Qingyan, lalu jarum perak berkilauan menusuk titik-titik vital dengan presisi seorang ahli. Uap kehijauan merembes keluar dari pori-pori Qingyan, tipis namun mematikan. Aroma menusuknya membakar tenggorokan Lin Yue, membuat matanya berair, namun ia tak bergeming."Bertahanlah, Qingyan," bisiknya, suaranya tercekat. "Jangan berani meninggalkanku!"Tangan mungil itu bergetar hebat, namun ia terus menyalurkan energi. Tiba-tiba, tubuh Qingyan tersentak, wajahnya memerah sebelum kemb

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 91

    Di tengah hiruk pikuk pasar, aroma tanah basah bercampur dengan wangi rempah kering. Dua pedagang sayur berbisik-bisik, suara mereka nyaris tenggelam oleh tawa dan teriakan orang-orang yang menawar harga. Tangan mereka sibuk menimbang timun, namun tatapan mata tidak pernah benar-benar tertuju pada jarum timbangan. "Eh, dengar tidak?" bisik Pedagang A, matanya melirik gelisah ke sekeliling, memastikan tak ada telinga asing yang menangkap kata-katanya. "Putri Lin Yuexi… katanya akan dinikahkan dengan pangeran Mo yang katanya gila dari negeri seberang." Tangan Pedagang B yang memegang timbangan refleks terhentak. Beberapa timun menggelinding jatuh ke tanah. "Apa? Benarkah? Putri sah itu? Bukankah dia sudah lama diasingkan?" "Justru karena itu!" sahut Pedagang A cepat, suaranya merendah hingga nyaris tak terdengar. "Kaisar ingin lepas tangan. Siapa lagi yang mau dengan pangeran gila itu kalau bukan dia?" Beberapa orang yang lewat menoleh. Langkah mereka melambat, telinga menajam. Tak

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 90

    Balairung Naga Emas dipenuhi cahaya obor, namun hawa dingin menusuk membuat setiap bisikan terdengar seperti ejekan tajam. Semua tatapan tertuju pada Lin Yuexi—merendahkan, menilai, bahkan menunggu kejatuhannya. “Cukup!” Suara Kaisar Lin meledak, bergema di pilar-pilar emas. Seketika, selir dan pejabat yang tadinya berbisik menundukkan kepala. Sorot mata Kaisar tajam, tapi tak sepenuhnya berpihak. “Ingat, dia adalah darah sah dari Permaisuri Lin Yulan. Siapa pun yang berani menistakannya… berarti menistakan keluarga kerajaan.” Bisik-bisik terputus, tawa kecut hilang. Bukan pembelaan penuh, tapi cukup untuk menahan mereka dari tertawa terang-terangan. Lalu, tanpa memberi waktu, Kaisar menambahkan“Bulan depan, istana akan mengadakan pernikahan kerajaan. Putri Lin Yuexi akan dipersatukan dengan Pangeran Mo.” Sejenak hening. Kemudian balairung meledak dalam riuh rendah tawa. “Hahaha! Dengan pangeran gila itu?” “Kasihan sekali, dijodohkan dengan orang yang berbicara dengan

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab. 89

    Pagi itu, kondisi Lin Yue jauh membaik. Ramuan dari Qingyan dan perawatan Yueya berhasil meredakan luka dalamnya. Meski masih terasa perih di dada, wajahnya tidak lagi pucat. Dengan tatapan mantap, ia bangkit dari ranjang. Belum sempat ia menghela napas lega, suara kasim terdengar dari luar paviliun. "Putri Lin Yue, Yang Mulia Kaisar memanggil Anda ke aula utama." Qingyan menoleh cemas, "Nona, tubuhmu belum sepenuhnya pulih. Bagaimana jika kita menunda—" Lin Yue tersenyum tipis, sorot matanya tajam, "Aku sudah cukup kuat, dan inilah saatnya menghadapi mereka." Ia melangkah keluar. Pakaian putihnya berkilau diterpa cahaya pagi. Yueya, dalam wujud kucing putih keperakan, berjalan anggun di sampingnya, ekornya bergoyang perlahan. Aula utama dipenuhi orang. Para menteri duduk dengan wajah serius, para selir berkumpul dengan tatapan licik, sementara para pangeran dan putri kerajaan duduk angkuh di kursi mereka. Begitu Lin Yue masuk, suasana ruangan terasa berat. Tatapan iri, takut, d

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status