Главная / Fantasi / Kebangkitan Sang Putri Terbuang / Bab 5_Bahaya dari dalam hutan terlarang

Share

Bab 5_Bahaya dari dalam hutan terlarang

Aвтор: Lilis
last update Последнее обновление: 2025-08-07 18:53:24

Hutan itu sunyi, namun menyimpan kengerian yang samar. Pepohonan menjulang tinggi dengan batang sebesar tubuh dua pria dewasa. Suara-suara aneh menggema dari segala arah—mungkin burung, mungkin binatang buas. Lin Yue melangkah perlahan, mengikuti Qingyan yang menggenggam tangannya erat.

Langkah mereka hati-hati. Setiap gerakan sekecil apapun bisa mengundang bahaya.

Lin Yue mendengus pelan. “Bisakah kau lepaskan tanganku? Aku bukan anak kecil,” gumamnya kesal.

Qingyan menoleh, tersenyum seolah bisa membaca pikirannya.

“Nona, hutan ini bukan tempat main-main. Ini adalah Hutan Terlarang—rumah bagi para binatang iblis tingkat menengah dan atas. Bahkan kultivator tingkat menengah pun enggan masuk ke sini, apalagi yang masih pemula.”

“Lalu kenapa kau masuk?” tanya Lin Yue curiga.

“Karena… aku sudah terbiasa. Mungkin.” Qingyan mengangkat bahu, pura-pura santai.

Mereka melanjutkan perjalanan, namun tiba-tiba langkah Lin Yue terhenti. Matanya berbinar menatap pohon dengan buah-buah merah yang menggantung lebat. Dengan cepat, ia melepaskan genggaman Qingyan dan berlari ke arah pohon itu.

“Nona! Tunggu—!” seru Qingyan panik.

“Qingyan! Buah ini manis sekali!” seru Lin Yue sambil menggigit buah itu dengan riang. “Enak sekali!”

Qingyan mendekat sambil menghela napas. “Nona, jangan sembarangan. Itu buah iblis. Biasanya jadi santapan para iblis penghuni hutan ini.”

Lin Yue terdiam sejenak, wajahnya berubah tegang. “Kau serius?”

Qingyan tersenyum. “Tenang saja. Selama belum waktunya mereka keluar, buah ini aman. Bahkan, katanya buah ini mengandung vitamin yang bagus untuk kulit.”

“Oh begitu? Lumayan.” Lin Yue kembali memakan buah itu tanpa ragu.

Setelah istirahat sejenak, Lin Yue bertanya, “Untuk makan malam, kita akan cari apa?”

Qingyan menjawab ringan, “Mungkin berburu...”

“Rusa?” Lin Yue menatap ke dalam hutan dengan semangat.

“Selain rusa, nona...” Qingyan tertawa pelan sambil menggandeng tangan Lin Yue lagi.

Lin Yue mendecak kesal dalam hati. Ia merasa diperlakukan seperti anak kecil. Tapi... mungkin ini bentuk perhatian Qingyan padanya.

Saat Qingyan sibuk memasang perangkap, Lin Yue memandang ke arah semak yang bergerak. Rasa penasaran mengalahkan akalnya. Ia menyelinap tanpa sepengetahuan Qingyan, lalu—BRAK!—melompat dan menangkap seekor ayam hutan.

“Aku dapat! Aku dapat!” teriaknya penuh kemenangan.

Namun jeritannya justru menarik perhatian makhluk lain. Dari balik semak, seekor serigala iblis raksasa muncul, matanya menyala merah, cakarnya siap menerkam.

Qingyan membelalak. “NONA!!”

Tanpa pikir panjang, Qingyan mengangkat tangan dan melontarkan bola angin, mencoba menghalau serangan. Tapi jaraknya terlalu jauh.

Lin Yue yang baru menyadari bahaya menoleh—

“Ah—”

CRASH!

Serigala itu menyabet bahunya, membuat Lin Yue terhuyung dan darah mengucur deras. Ia menjerit dan terjatuh.

Tepat waktu, Qingyan menerjang dan menarik tubuh Lin Yue menjauh. Mereka berlari, mencari perlindungan. Di antara akar pepohonan besar, Qingyan menemukan sebuah gua kecil.

“Masuk ke dalam! Jangan keluar sampai aku bilang!” serunya tegas.

Lin Yue menggeleng, wajahnya pucat. “Jangan! Serigala itu besar, kau bisa mati!”

Qingyan menatap matanya dalam. “Aku akan baik-baik saja.”

Tanpa menunggu persetujuan, Qingyan melompat keluar dan menghadang serigala itu. Pertarungan sengit tak terelakkan. Angin berputar, cakaran dan sihir bertabrakan. Suara auman menggema di seluruh penjuru hutan.

Lin Yue hanya bisa meringkuk di dalam gua, memegangi bahunya yang terluka. Rasa nyeri menyengat, tapi ketakutan lebih besar menguasainya.

Kalau Qingyan tidak datang tepat waktu… mungkin kepalaku sudah tak ada…

Tubuhnya gemetar. Dalam diam, Lin Yue menyadari satu hal—dunia ini jauh lebih kejam dari yang ia bayangkan.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 21

    “TIDAAK...!!!” Teriakan Qingyan memecah keheningan malam, menggema menyayat langit yang gelap.Panah itu melesat cepat—cepat sekali—dan menancap tepat di dada Lin Yue. Tepat di atas jantungnya.Darah merah pekat menyembur deras, membasahi kain putih di tubuhnya. Setetes demi setetes jatuh di lantai kayu yang bersih, menciptakan irama kematian yang menakutkan. Aroma bunga lili yang semula memenuhi ruangan, kini tergantikan bau anyir darah yang menyengat.Putri Ronghua berdiri dengan tawa lepas, tubuhnya sedikit gemetar karena euforia kemenangan. “HAHAA! KAU AKAN MATI! INI AKHIRMU, LIN YUEXI!”Namun, Lin Yue tidak mengindahkan suara itu. Matanya tetap menatap ke arah jendela, mencari siluet bertudung yang telah menembakkan panah dan langsung menghilang di kegelapan.Dengan suara setipis bisikan tapi setegas perintah raja, ia berkata pada Fenghuang yang melayang di dekat pundaknya, “Kejar dia... cari tahu siapa dia. Dan... siapa yang membayarnya.”Fenghuang langsung mengepakkan sayap, me

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang    Bab 20

    Bab: Warisan Sang IbuAroma bunga lili menyeruak lembut saat Lin Yue melangkah masuk ke dalam paviliun yang dulu menjadi tempat tinggal ibunya. Waktu boleh bergulir, namun kehangatan ruangan itu tetap abadi—menyelimuti hati dengan damai yang membuat dada sesak oleh rindu. Tirai sutra bergoyang pelan ditiup angin malam, membawa harum manis yang seketika menghidupkan kembali memori pelukan sang ibu—hangat, menenangkan, dan penuh cinta.Langkahnya perlahan, seolah takut mengusik kenangan yang tertinggal. Jemarinya menyusuri dinding kayu, berhenti di sebuah lukisan besar di dekat meja rias. Sosok perempuan dalam lukisan itu menatapnya dengan mata teduh—anggun, lembut, tapi menyimpan kekuatan yang tak terbantahkan.Lin Yue menatapnya lama, senyum samar mengembang, namun di balik senyum itu, matanya menyimpan luka. Luka lama... yang kini menjadi bara kecil dalam hatinya."Ini... Ibu Putri Lin Yuexi," bisiknya, nyaris tak terdengar.Tangannya menyentuh kanvas. Lembut, terawat. Aroma khas itu

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 19

    Di dalam aula istana—Kaisar duduk kaku di atas singgasananya. Udara di ruangan itu terasa berat, seolah menanti badai yang tak terelakkan. Para pejabat menunduk dalam diam, namun lirikan mereka sesekali tertuju pada sang putri yang berdiri tegak di sisi aula—penuh percaya diri, seolah istana ini sudah kembali berada dalam genggamannya.Suara Kaisar akhirnya memecah keheningan. Dalam satu kalimat, ia menjatuhkan petir:> “Mulai hari ini, Selir Agung harus angkat kaki dari Paviliun Angin Timur. Paviliun itu secara hukum adalah milik Putri Lin Yue.”Wajah Selir Agung langsung menegang. Matanya melebar, dadanya naik-turun menahan gejolak. Ia melirik ke arah Lin Yue, seolah hendak menerkam. Tapi yang ia dapati hanyalah senyuman tipis yang penuh ejekan.Lin Yue melangkah maju, langkahnya mantap, matanya tak berkedip. Suaranya dingin, nyaring, dan tajam bagai cambuk. “Selir Agung, telingamu masih sehat, bukan? Maka tak perlu ku ulang perintah Kaisar. Angkat kakimu dari paviliun ku. Sekaran

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 18

    Qingyan mondar-mandir gelisah di depan pintu, memeluk kedua tangannya yang dingin diterpa angin malam. Langit telah menggantungkan bintang-bintangnya, namun sang nona belum juga kembali. Jantungnya berdegup tak karuan."Nona... cepatlah kembali. Jika ketahuan kau keluar malam-malam begini, habislah aku... nyawaku taruhannya," gumamnya sambil menatap langit dengan resah.Tiba-tiba terdengar suara dari luar.“Qingyan.”Suara tenang itu membuat Qingyan tersentak. Ia segera membuka pintu dan mendapati Lin Yue berdiri di ambang. Pakaiannya berdebu, namun sorot matanya setajam pedang yang baru diasah.“Nona! Dari mana saja?! Putri Ronghua tadi datang mencarimu! Ia murka bukan main!”“Untuk apa dia datang kemari?” tanya Lin Yue dingin.“Seperti biasa... mencaci, memaki, lalu pergi setelah puas mempermalukan nona.”“Kau bilang aku pergi keluar?”“Tidak! Aku bilang nona sedang sakit parah... tak bisa diganggu siapa pun.”Lin Yue mengangguk puas. "Bagus."Ia menyerahkan bungkusan makanan, lalu

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 17

    Malam yang MencobaKedai tua itu ramai oleh suara tawa, obrolan, dan dentingan gelas. Namun di sudut paling tenang, Lin Yue duduk santai, menikmati teh hangat yang mengepul di cangkir tanah liat. Matanya menatap kosong ke luar jendela, tapi telinganya tajam menangkap obrolan para pengunjung di belakangnya."Kompetisi antar kultivator akan digelar minggu depan," kata seorang pria paruh baya. "Kali ini terbuka untuk umum. Hadiahnya besar."Lin Yue menoleh pelan, mengangkat satu alis. Ia menyeka uap teh yang menempel di bibir cangkir."Kompetisi, ya...? Cocok untuk menguji seberapa jauh aku berkembang..." batinnya. Suara pria itu memudar seiring pikirannya melayang ke latihan panjang di hutan, ke rasa sakit saat tulangnya retak karena tekanan Qi, dan ke senyum khawatir Qingyan setiap kali ia jatuh pingsan karena memaksakan diri.Tehnya habis. Seolah menjawab pikirannya, seorang pelayan mendekat sambil membawa nampan besar.“Tuanku, ini makanannya. Apakah sudah sesuai?”Lin Yue mengangguk

  • Kebangkitan Sang Putri Terbuang   Bab 16

    Sebentar lagi ulang tahun Putri Ronghua akan diselenggarakan dengan meriah. Istana dipenuhi kesibukan—para pelayan berlari-lari kecil membawa baki perhiasan, kasim sibuk menyampaikan perintah, dan para selir berlomba-lomba mempersiapkan penampilan serta hadiah terbaik demi menyenangkan sang Putri dan tentu saja, menarik perhatian Kaisar.Namun, di satu sudut istana yang dingin dan sepi, suasananya kontras. Kediaman Putri Lin Yuexi tetap sunyi, tenang, dan tidak tersentuh euforia pesta. Tidak ada pelayan yang sibuk menyiapkan pakaian, tidak ada kasim yang mengatur jadwal latihan tari atau pilihan perhiasan. Hanya suara angin yang sesekali meniup tirai tipis, menggesek lantai batu dengan lembut.Di dalam ruangan, Lin Yuexi duduk santai sambil menyeruput teh hangat, ditemani Qingyan yang berdiri setia di sampingnya. Sesekali mereka tertawa kecil membahas hal remeh, hingga langkah cepat seorang kasim memecah ketenangan.“Putri Lin Yuexi… Anda diundang untuk memeriahkan pesta ulang tahun P

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status