Home / Urban / Kebangkitan Sang Raja Teknologi / Bab 11. Direnggut Dari Kebebasan

Share

Bab 11. Direnggut Dari Kebebasan

Author: KiraYume
last update Last Updated: 2025-08-02 10:00:32

 “Okay guys, jelas kita belum bisa bekerja sekarang,” kata Raven, berdiri di tengah ruangan dengan telapak tangan terbuka. 

“Jadi, apa yang kalian butuhkan?” Suaranya netral, tapi tatapannya menyapu seluruh tim. Ia tidak sekadar bertanya. Ia sedang membangun kepercayaan, bahwa suara mereka akan didengar.

Leo melangkah pelan, menyusuri tepi ruangan, gerakannya seperti predator yang memeriksa sarangnya. Setiap retak di dinding, setiap sudut gelap, bahkan ventilasi di langit-langit, diperhatikannya satu per satu. 

“Seperti yang dikatakan mama Clara tadi,” gumamnya, suaranya rendah. “Tempat ini adalah mimpi buruk dari sisi keamanan. Dua pintu masuk, tanpa sistem penguncian otomatis, jendela yang terlalu besar, jaringan listrik terbuka, dan … terlalu panas&r

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 12. Oleh Celah Pada Tuntutan

    “Kalau mereka takut... terus kenapa?” suara Leo akhirnya pecah. “Mereka bisa menyeret kita ke pengadilan sampai kita kehabisan napas. Uang dari investormu itu ada batasnya, Rave. Dan jelas bukan buat bayar pengacara tiap hari. Lo tahu kan, Noire Advocates itu... bukan kelas abal-abal.”Raven hendak menjawab, tapi langkah Clara lebih cepat. Dia maju ke tengah ruangan, mematikan tablet di tangannya, lalu membaca ulang surat somasi di ponsel. Tatapannya berubah. Ini bukan ekspresi waspada. Bukan pula marah. Wajahnya tajam, kalkulatif.Dia membacanya dengan saksama, bolak-balik halaman. Hening. Bahkan Freya yang biasanya tak sabar pun memilih diam.Setelah beberapa menit, Clara akhirnya menatap mereka. Pandangannya berhenti di Raven, lalu ke Leo. Ada senyum tipis yang lebih mirip tantangan daripa

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 11. Direnggut Dari Kebebasan

    “Okay guys, jelas kita belum bisa bekerja sekarang,” kata Raven, berdiri di tengah ruangan dengan telapak tangan terbuka.“Jadi, apa yang kalian butuhkan?” Suaranya netral, tapi tatapannya menyapu seluruh tim. Ia tidak sekadar bertanya. Ia sedang membangun kepercayaan, bahwa suara mereka akan didengar.Leo melangkah pelan, menyusuri tepi ruangan, gerakannya seperti predator yang memeriksa sarangnya. Setiap retak di dinding, setiap sudut gelap, bahkan ventilasi di langit-langit, diperhatikannya satu per satu.“Seperti yang dikatakan mama Clara tadi,” gumamnya, suaranya rendah. “Tempat ini adalah mimpi buruk dari sisi keamanan. Dua pintu masuk, tanpa sistem penguncian otomatis, jendela yang terlalu besar, jaringan listrik terbuka, dan … terlalu panas&r

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 10. Dia Bernama Quantix

    Langit di luar masih berwarna baja kusam ketika pintu loteng terbuka. Udara pagi yang dingin menyusup masuk lewat celah jendela tinggi yang belum tertutup tirai. Loteng ini adalah milik seorang teman lama Raven yang kini bekerja di Eropa, dan dengan satu panggilan singkat, kunci dan akses diberikan tanpa banyak tanya. Ia menyukai ruang ini. Cukup besar, sempurna untuk membangun sesuatu dari awal.Di tengah ruangan, Raven berdiri dengan satu tangan di saku, secangkir kopi hitam mengepul di tangan satunya. Kalimat terakhir Ezio malam itu terus bergema dalam benaknya."Organisasi gelap bernama dominion juga menginginkan NexusCore.”Beberapa menit kemudian, suara-suara ramai terdengar dari tangga. Tirta muncul lebih dulu, membawa seikat blueprint gu

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 9. Melindunginya Dari Lawan Yang Salah

    “Raven Adyatama,” ucap Ezio, menyebut namanya dengan pelan, seolah menimbang tiap suku kata. “Aku sudah menunggumu. Lumayan butuh waktu lama ya… sejak kau menemukan USB itu?”Napas Raven terpotong sejenak. Tenggorokannya kering. “Kau… kenal aku?”Ezio tidak menjawab langsung. Ia hanya menundukkan kepala sedikit.“Duduklah, Raven,” katanya kemudian. Tidak ada jabat tangan, tidak ada sapaan hangat. Hanya satu gerakan dagu, cukup untuk menunjukkan posisi kekuasaan yang tidak perlu dibuktikan lagi.Raven duduk, perlahan, mencoba menenangkan jantungnya yang berdetak cepat. Matanya mencari-cari celah pada wajah Ezio, ekspresi yang mungkin memberi petunjuk tentang apa sebenarnya yang sedang ia hadapi. Tapi yang ia lihat hanya ketenangan mutlak.

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 8. Gagal Adalah Kunci

    Empat Puluh Delapan Jam Sebelumnya.Kamar hotel itu masih sama pengap dan sempitnya. Raven duduk di kursi plastik yang keras, tubuhnya membungkuk ke arah laptop yang sudah panas di meja. Kipas pendingin berputar terengah, ikut gelisah. Di layar, diagram arsitektur sistem NexusCore memenuhi sebagian besar jendela kerja. Ratusan garis koneksi digital menyilang, menghubungkan protokol, subnet, dan lapisan-lapisan keamanan yang saling menindih.Raven mengetik beberapa baris kode, lalu berhenti. Sebuah firewall di tengah arsitektur itu menolak semua perintahnya. Proteksinya tidak hanya menahan, tapi bereaksi. Ia sudah mencoba tiga metode penetrasi dalam dua jam terakhir, tapi semua gagal. Yang menghalanginya bukan sistem biasa. Ini buatan tangan yang sangat lihai. Terlalu tangguh untuk dibebankan pada laptopnya.Pandangan Raven jatuh ke meja

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 7. Sistem, Penilaian, dan Pertukaran

    Raven duduk dengan punggung tegak di dalam sebuah jazz club, telapak tangan bertaut di atas meja, menunggu seseorang. Kali ini bukan pertemuan untuk membangun kembali persahabatan. Ini adalah diplomasi, dengan musuh yang masih membawa bendera lawan.Clara datang dengan anggun. Penampilannya memang selalu sempurna. Gaun hitamnya sederhana namun mengiris pandangan, rambutnya terikat rapi. Tidak ada tanda bahwa ia baru saja keluar dari kubangan krisis. Tidak satu kerut pun di wajahnya. Dia kemudian duduk tanpa basa-basi, meletakkan clutch-nya di samping dan memanggil pelayan. “Teh hijau, tidak terlalu panas.”Matanya langsung menusuk Raven. “Kau mengambil risiko besar dengan menghubungiku Raven. Kau pikir aku tak akan membocorkan semuanya ke Radja?”“Benar. Tapi kau tak akan melakukannya. Lagipula risiko terbesar adalah hanya berdiam diri dan tidak bertindak,” jawab Raven, matanya tidak berkedip. “Aku tahu apa yang terjadi di dalam CyberShield. Aku tahu dia sedang dalam masalah. Dan aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status