Home / Urban / Kebangkitan Sang Raja Teknologi / Bab 52. Monster Tak Selalu Terlihat Mengerikan

Share

Bab 52. Monster Tak Selalu Terlihat Mengerikan

Author: KiraYume
last update Huling Na-update: 2025-08-19 15:56:42

Clara menatap Raven, kaget sekaligus resah. “Kau… kau akan bertaruh pada idealismenya? Bagaimana kalau dia justru menggunakan ini untuk melawan kita? Menganggap kita sebagai pihak yang melakukan peretasan ilegal untuk mendapatkan bukti ini?”

“Itu risikonya,” jawab Raven mantap. Ia menatap Clara, seolah kalimatnya tak bisa digoyahkan.

“Tapi berdasarkan risetmu sendiri, Clara, Kinar adalah orang yang pernah dikhianati oleh sistem korup. Jika ada orang yang akan marah melihat bukti ini, dialah orangnya. Kalau dipikir-pikir, kalau dia melawan kita, itu sama saja seperti menangkap orang yang melaporkan maling. Benar kan? Tidak ada alasan buat dia untuk menuntut kita.”

Tim terdiam. Setiap kata Raven bergema di kepala mereka. Strategi itu terdengar gila, tapi juga indah dalam kesederhanaannya. Ini bukan tentang memeras, bukan tentang mengotori tangan mereka, melainkan tentang memicu badai hanya dengan satu kepakan kupu-kupu.

“Oke,” akhirnya Tirta membuka suara, nadanya berat. “Sekarang masa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 93. Satu Rintangan Terlewati

    Raven melangkah keluar dari gedung mewah itu, udara malam kota menyambutnya dengan dingin yang jujur. Lampu-lampu jalan dan riuh kendaraan di kejauhan terasa jauh lebih nyata dibanding percakapan penuh racun yang baru saja ia tinggalkan. Ia menarik napas panjang, membiarkan paru-parunya dipenuhi oleh dunia luar, mencoba meluruhkan ketegangan yang masih menempel di tubuhnya.Di seberang jalan, sebuah van hitam yang nyaris tak mencolok menunggu dengan mesin menyala. Raven melangkah cepat, membuka pintu gesernya, lalu masuk. Aroma kopi instan dan peralatan elektronik memenuhi ruang sempit itu. Leo sedang duduk, earphone menempel di telinga, matanya terpaku pada layar-layar monitor kecil yang menampilkan feed kamera tersembunyi.Begitu Raven menutup pintu, Leo buru-buru melepas earphone-nya dan menoleh. Wajahnya memancarkan kelegaan bercampur sisa ketegangan. “Gila, bro,” katanya sambil menghembuskan napas panjang. “Itu tadi tegang banget gue. Jujur aja, sempet ngira lo bakal luluh sama p

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 92. Dibersihkan dari Kesalahan Masa Lalu

    Valeria mengulurkan tangannya, menutupi jemari Raven dengan kedua tangannya yang hangat dan gemetar. Ia menatap dalam, seakan ingin menembus lapisan pertahanan yang selama ini dijaga Raven mati-matian. “Kita bisa menjadi tak terkalahkan, Rave,” bisiknya, suaranya penuh getaran emosi yang dibuat begitu meyakinkan. “Seperti yang seharusnya. Seperti yang seharusnya kebahagiaan kita terjadi. Tolong, lupakan masa lalu. Pikirkan masa depan.”Raven menatap tangan itu, merasakan kilatan memori menyeruak, memori tentang masa ketika mereka berdua bermimpi di ruang kantor kecil, menulis visi yang sama di papan tulis butut, tentang dunia digital yang aman bagi semua orang. Tapi kemudian tatapannya bergeser ke mata Valeria. Ada sesuatu di sana, obsesi yang dibungkus dengan air mata. Entah untuknya atau hanya untuk sesuatu yang bisa ia berikan.“Rave, jangan…” suara Clara pecah di telinga Raven, sedikit lebih keras dari biasanya. Ia panik, hingga nadanya sedikit bocor keluar dari earpiece Raven.

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 91. Mulai Kembali

    “Langsung saja ke intinya, Val. Apa maumu?” suara Raven terdengar tenang, tapi di baliknya ada tebing curam yang tak terlihat. Ia tak ingin membuang waktu dengan basa-basi.Valeria tersenyum simpul, sedikit miring, lalu tertawa kecil. “Raven, oh Raven. Kau tak berubah ya, Sejak dulu kau selalu tidak sabaran, selalu ingin tahu isi permainan sebelum gilirannya dimulai.” Tawa itu ringan, hampir menggoda.Namun Raven tidak membalas. Tatapannya dingin, tidak bergeming. Keheningan itu cukup untuk membuat senyum Valeria perlahan pudar. Ia menarik napas, lalu merubah ekspresinya. Kini wajahnya tampak lebih tenang, bahkan serius.“Oke,” katanya akhirnya, suaranya menurun beberapa oktaf. “Pertama-tama, aku ingin meminta maaf. Untuk segalanya.” Jemarinya menggenggam gelas anggur yang belum disentuh, seakan mencari pegangan. “Aku nggak tahu kenapa waktu itu aku mengkhianatimu. Aku… aku buta. Ambisi, ketakutan, semuanya bercampur. Tapi sekarang aku sadar. Itu salah.”Matanya mulai berkaca-kaca. Ca

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 90. Ini Dia Valeria

    Di tengah penemuan yang mengguncang itu, kemenangan mereka atas Radja terasa hambar. Biasanya, berita tumbangnya seorang lawan besar akan menyalakan sorak atau tawa lepas, tapi kini tak seorang pun di ruang bunker itu mengeluarkan suara. Mereka sadar, yang mereka kalahkan hanyalah pion dalam papan catur yang jauh lebih luas. Kemenangan ini ternyata sekadar jeda kecil dalam perang yang lebih gelap, lebih tua, dan lebih berbahaya dari yang pernah mereka bayangkan.Ponsel Raven bergetar di atas meja. Bunyi itu memecah hening seperti retakan kecil di dinding. Sebuah pesan singkat diterima dari Valeria. "Sudah selesai. Kapan kita bertemu?"Raven menatap layar ponsel itu cukup lama, seakan mencoba menembus huruf-huruf digital di hadapannya. Di layar lain, laporan dari Dominion masih terbuka, dengan nama Ezio yang kini terasa menatap balik padanya. Dua ular berbeda, satu berwajah Valeria dengan senyum manis penuh racun, satu lagi Dominion dengan mata tak terlihat yang sudah lama mengawasi. D

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 89. Target Kembar

    Halaman pertama file itu terbuka dengan gambar yang sederhana, tapi justru paling menghantam Raven. Foto dirinya saat wisuda S1, bertahun-tahun lalu. Wajah muda dengan senyum tipis, toga hitam yang tampak kebesaran, dan tatapan penuh harapan tentang masa depan. Saat itu, ia sama sekali belum tahu bahwa ada lensa asing yang mengabadikannya, bukan sebagai kenangan, tapi sebagai data.Freya menahan napas, jarinya terus menggulir halaman demi halaman. Muncul deretan teks yang tersusun rapi. Transkrip percakapan telepon. Ada yang dengan sahabat lamanya, ada pula yang dengan seorang dosen pembimbing. Beberapa di antaranya begitu pribadi, dengan Radja, dengan Valeria, termasuk pembicaraan tentang mimpinya mendirikan perusahaan sendiri, dan rencana awal membangun CyberShield dari nol.Clara mencondongkan tubuh, suaranya bergetar. “Mereka tahu… sampai sedetail ini? Nggak ada yang terlewat.”Laporan lain menyusul. Catatan pergerakan Raven selama tahun-tahun awal berdirinya CyberShield. Detail j

  • Kebangkitan Sang Raja Teknologi   Bab 88. Efisien

    Kantor Radja yang biasanya penuh wibawa malam itu terasa sesak. Telepon di mejanya berdering keras, memecah keheningan. Begitu ia mengangkat, suara marah langsung membanjiri ruangannya.“Apa-apaan ini, Radja?!” seru suara pria tua yang marah, salah satu anggota dewan, menggema di seberang. “Kau menjual aset di belakang kami?! Divisi R&D? Tanpa persetujuan rapat dewan? Apa kau sudah gila?!”Radja menegang, keringat dingin membasahi pelipisnya. “Tunggu dulu, kalian salah paham,” katanya terbata. “Aku tidak benar-benar menjual. Itu hanya… langkah antisipasi. Rencana cadangan kalau…”“Jangan berani-beraninya berbohong pada kami!” suara lain, seorang perempuan dari dewan, memotong kasar. “Kami mendengar rekaman suaramu dengan jelas. Kau mengakui niat menjual aset vital tanpa restu dewan. Apa kau tahu apa arti ini? Kau sudah melanggar konstitusi perusahaan.”Radja berdiri dari kursinya, berjalan mondar-mandir dengan tangan gemetar. “Itu… itu tidak sepenuhnya benar! Rekaman itu bisa saja dim

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status