Share

Bab 7

Author: Kavery
Helen tersenyum manis tampak tidak berbahaya, tetapi sorot matanya jelas terlihat menantang. Amanda segera menolak dengan tenang, "Nggak usah, kami sudah ada rencana lain."

Helen berpura-pura kecewa dan mengentakkan kakinya ringan, lalu berkata dengan nada seolah tersinggung, "Kamu jadi dendam ya karena insiden waktu itu antara Adele dan Fiona? Sebenarnya waktu itu memang Fiona yang salah. Aku mewakili dia minta maaf. Kenapa harus perhitungan sama anak kecil?"

Kemudian, dia menoleh ke Arga dan berbicara seolah menyalahkan diri sendiri. "Salahku juga, sih. Aku pulang terlalu mendadak. Fiona belum terbiasa, jadi gampang bentrok sama teman-teman."

Arga langsung menarik Helen ke dalam pelukannya dengan penuh kasih sayang dan berusaha menenangkannya. Kemudian, dia menatap Amanda dengan dingin. "Ulang tahun mereka di hari yang sama. Kenapa nggak rayakan bareng saja? Apa salahnya?"

Amanda ingin menjawab bahwa dua hal itu sangat berbeda, tapi Adele sudah lebih dulu menarik ujung bajunya. Dengan mata masih memerah, Adele berbisik, "Nggak apa-apa, Ma."

Adele juga ingin tahu ... seperti apa anak yang disukai papanya.

Di usia lima tahun, Adele belum bisa memahami arti pilih kasih. Dia hanya mengira, dirinya kurang baik, kurang pintar, dan kurang pantas. Oleh karena itu, ayahnya tidak pernah menyukainya.

Mereka pun tiba di ruang pesta.

Dekorasinya megah seperti dunia dongeng. Dinding-dinding dipenuhi warna pastel dan lampu gantung berbentuk kristal. Semua orang yang datang, memuji betapa meriahnya pesta ulang tahun Fiona.

Fiona berjalan di depan dengan penuh kebanggaan dan menerima semua pujian bak putri kecil. Sementara Adele hanya berdiri di belakang menahan tangisan dan menatap sekeliling dengan hati yang pedih.

Tiba-tiba, Helen melangkah ke sisi Amanda. Dia mendekat ke telinganya, lalu berbisik, "Aku tahu hubunganmu dengan Arga."

Langkah Amanda terhenti seketika.

Sebenarnya, dia tidak terlalu terkejut. Sejak pertama kali bertemu Helen di taman kanak-kanak, Amanda sudah curiga wanita itu tahu siapa dirinya. Reaksi Helen barusan makin menguatkan keyakinan itu.

Namun, Amanda tetap tidak tahu apa tujuan sebenarnya. Dia menatap Helen dan bertanya datar, "Apa maksudmu?"

Helen tersenyum sambil menggoyang-goyangkan gelas di tangannya. Suaranya terdengar ringan dan penuh sindiran. "Aku cuma penasaran, apa hebatnya wanita yang bisa menggantikan posisiku selama sepuluh tahun?"

"Sekarang setelah kulihat langsung, ternyata kamu nggak ada apa-apanya. Arga bahkan nggak pernah menganggapmu ada."

Ucapan Helen terasa seperti jarum yang menusuk langsung ke dalam hati Amanda. Dia tersenyum getir. "Iya ... aku memang bukan siapa-siapa di hati Arga."

Karena itulah, dia tidak ingin lagi memperjuangkannya. Setelah hari ini, dia akan pergi membawa Adele jauh dari semua ini.

Mata Helen memancarkan kepuasan. Dia tiba-tiba melambai pada Arga, "Arga, musik untuk tarian kita sepertinya bermasalah. Katanya Bu Amanda pandai main piano, bagaimana kalau kita minta dia mengiringi?"

Amanda menoleh cepat menatap Helen dengan ekspresi tak percaya. Mereka berdua akan berdansa ... dan dia yang harus mengiringi dengan piano?

Sorot kemenangan kembali terlihat jelas di mata Helen, lalu dia melirik ke arah Arga. Arga tidak mengatakan sepatah kata pun, tapi diamnya itu sudah cukup menunjukkan sebagai persetujuan.

Amanda benar-benar tidak ingin menyaksikan mereka bermesraan di depan matanya. Dia hendak menolak tawaran itu, tetapi Helen malah menambahkan, "Kalau Bu Amanda nggak mau, mungkin Adele saja yang main. Kudengar dia juga jago bermain piano, suaranya sangat indah."

Hati Amanda terasa sesak.

Lalu, Arga pun menimpali, "Cuma main piano. Adele saja bisa melakukannya. Masa kamu nggak bisa?"

Amanda menatapnya, lalu tersenyum menyedihkan. "Baik. Aku yang akan main." Dia tidak akan membiarkan Adele menghadapi semua ini.

Amanda tidak akan membiarkan putrinya melihat dengan mata kepala sendiri, bagaimana ayahnya bermesraan dengan orang lain. Lebih baik dia yang menanggung semuanya.

Amanda pun berjalan menuruni tangga, menuju sudut aula tempat piano diletakkan. Dia duduk dan membuka penutup tuts piano.

Dengan wajah puas, Helen berdiri di samping Arga. Kemudian, dia berkata dengan senyum manis, "Silakan, Bu Amanda. Mainkan apa saja, kami nggak pilih-pilih."

Sambil berbicara, Helen mengulurkan tangannya untuk bersandar di tubuh Arga dengan alami. Hati Amanda sudah mati rasa karena terlalu sering disakiti. Dia melihat adegan di hadapannya sambil menyunggingkan senyuman.

Kalau mereka sebahagia itu, biarlah dia mempersembahkan sebuah lagu "Dream Wedding" kepada mereka.

Setelah tangannya diletakkan di atas tuts piano, alunan lagu mulai menggema. Gerakan Arga terhenti seketika.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 26

    Begitu keluar dari vila, para polisi yang berjaga langsung menyerbu masuk dan menahan Arga. Orang tua Amanda memandangnya dengan perasaan masih dipenuhi rasa takut.Amanda menyerahkan Adele kepada ibunya, lalu menoleh sekali lagi ke arah Arga yang sedang digiring pergi. "Dia seharusnya akan segera dideportasi kembali ke negara asal."Ibu Amanda menatap Arga dengan penuh kemarahan. Wanita yang biasanya penuh sopan santun itu sampai mengumpat saking marahnya. "Bagus kalau dipulangkan! Semoga dia seumur hidup nggak pernah muncul lagi di depan kita."Apa yang terjadi hari ini benar-benar terlalu menegangkan.Melihat wajah Amanda yang masih tampak pucat, Hiro lalu menyerahkan sebotol air kepadanya. "Kamu nggak apa-apa?"Amanda menggeleng dengan getir. Meski tampak tenang, sebenarnya hatinya kacau.Obsesi dan kegilaan Arga masih membekas di pikirannya. Sikap memohon damai yang ditunjukkan pria itu malah membuat Amanda terus teringat pada semua kenangan pahit yang lalu.Dengan senyum pahit, A

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 25

    Hidangan di atas meja semuanya dimasak oleh Arga sendiri. Selama sepuluh tahun mengenalnya, ini pertama kalinya Amanda tahu bahwa Arga bisa memasak.Melihat steik dan pasta yang tersaji dengan indah di depannya, Amanda sama sekali tidak punya selera makan. Dia hanya menyeringai sinis. "Kamu belajar masak ini demi Helen, 'kan?"Arga menunduk, tidak menyangkal. Cintanya dulu pada Helen memang sangat mendalam.Waktu telah memperindah segalanya, bahkan sampai membuatnya terharu sendiri. Baru sekarang dia sadar betapa salahnya dirinya dulu.Dengan suara serak, Arga memaksakan senyum. "Mulai sekarang, aku hanya akan memasak untukmu, ya?"Kehidupan sederhana dan hangat seperti dulu, sudah lama tidak dia rasakan. Dulu, dia menjalani setiap hari dengan datar, bahkan terasa membosankan. Namun setelah kehilangan, dia baru sadar betapa berharganya semua itu.Arga menarik napas dalam-dalam. "Amanda, aku tahu kemarin kamu lakukan semua itu supaya aku menyerah."Dia memang cukup mengenal Amanda. Dia

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 24

    Amanda langsung berdiri dengan gugup. "Ada apa? Bukannya kamu yang selama ini mengurusnya?"Suara pelayan itu terdengar panik, "A ... aku juga nggak tahu. Tadi aku ke sekolah, tapi nggak lihat Adele. Aku tanya ke sana-sini, semua bilang nggak tahu ke mana dia pergi."Hati Amanda langsung terasa seperti jatuh ke jurang!"Ada apa?" Melihat wajah Amanda berubah pucat, Hiro bertanya dengan sopan.Amanda hanya menjawab singkat, "Adele hilang," lalu langsung lari keluar tanpa peduli apa pun lagi.Hiro menyusul, "Dengan kondisimu sekarang, kamu nggak boleh nyetir. Biar aku antar. Kebetulan aku juga punya kenalan di sini, mungkin bisa bantu cari anakmu." Ucapan lembut dan tenang itu sedikit menyadarkan Amanda.Begitu sampai di sekolah, yang dia lihat adalah pelayan dan para guru yang gelisah dan panik. Tak ada satu pun yang tahu ke mana perginya Adele.Rekaman CCTV sekolah menunjukkan bahwa Adele pergi ke lapangan rumput untuk membaca buku sore tadi, lalu tak pernah kembali.Amanda menatap rek

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 23

    Hari itu, Arga berlutut di depan rumah keluarga Amanda selama empat jam. Namun, orang tua Amanda tetap tidak luluh. Amanda pun sama sekali tidak muncul.Barulah saat malam semakin larut, Arga pulang ke hotel dalam keadaan kacau. Dia tampak seperti seorang penjudi yang kehilangan segalanya. Dia membeli sekantong besar minuman keras, lalu mabuk berat di dalam kamar hotel.Ketika Santi datang, yang dia lihat adalah putranya dalam kondisi hampir tidak sadarkan diri. Karena marah dan kecewa, dia menampar Arga keras-keras."Lihat dirimu sekarang! Masih pantas disebut anak Keluarga Adhitama?"Arga tidak membalas, melainkan hanya menunduk lesu dengan tatapan kosong. Dia mencibir pada dirinya sendiri. "Ibu, ini semua salahku sendiri, 'kan?"Santi memandangnya, antara sakit hati dan kesal. "Dulu waktu kamu bersama Amanda, kamu malah menyia-nyiakannya. Sekarang dia sudah punya kehidupan sendiri, kamu malah jadi begini. Kamu pikir dengan cara seperti ini dia akan balik padamu?"Kata-kata itu menus

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 22

    Melihat Helen dalam keadaan seperti itu, seberkas rasa sakit melintas di mata Arga.Helen buru-buru melanjutkan permohonannya, "Asal kamu mau melepaskanku, aku janji nggak akan pernah muncul lagi di hadapanmu. Aku nggak akan ganggu hidupmu.""Aku masih punya anak. Kumohon, demi Fiona, lepaskan aku."Mendengar itu, Arga hanya bisa mendorongnya perlahan dengan berat hati. Dia tahu, wanita yang kini berlutut di depannya, sudah bukan lagi sosok yang pernah dia kagumi. Yang lebih menyedihkan lagi, dirinya dulu rela mengorbankan seseorang yang menunggunya selama 10 tahun hanya demi bayangan semu seperti Helen.Betapa bodohnya dirinya.Dengan suara dingin dan mantap, dia memberi perintah kepada pengawalnya, "Bawa dia ke kantor polisi.""Mengenai Fiona, aku akan minta seseorang menjaganya. Kamu nggak perlu khawatir."Setelah itu, Arga kembali ke rumah sakit, ingin menjenguk Amanda.Namun saat sampai di depan ruang rawat, dia melihat perawat sedang membereskan tempat tidur. Dari sana dia baru t

  • Kebersamaan Tanpa Cinta   Bab 21

    "Ah!"Helen yang berada di pinggir jalan langsung terkejut. Dia awalnya hanya ingin memberi Amanda sedikit pelajaran, tak disangka perbuatannya malah menyebabkan kecelakaan serius seperti itu.Tanpa memedulikan Amanda yang tergeletak di jalan, Helen langsung berbalik dan melarikan diri terbirit-birit.Sementara itu, Amanda hanya merasa tubuhnya terguling beberapa kali. Dunia di sekelilingnya semakin gelap dan sunyi. Dia bahkan tidak tahu kapan dia dibawa ke rumah sakit.Saat tersadar, yang pertama dia lihat adalah orang tuanya, serta Adele yang berdiri di sisi tempat tidur. "Kamu sudah sadar. Gimana rasanya?"Amanda memegang kepala yang dibalut perban tebal. Rasa sakit yang luar biasa langsung menghantam.Ibu Amanda buru-buru membantu membaringkannya kembali. "Dokter bilang kamu mengalami gegar otak. Untung saja nggak sampai lebih parah, Ibu hampir jantungan, tahu nggak.""Kenapa bisa kecelakaan? Kamu tadi baik-baik saja, kenapa bisa tiba-tiba tertabrak mobil?"Amanda langsung teringat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status