Share

Bab 6. Pelayan Julid

Author: El Hawra
last update Last Updated: 2024-07-23 17:57:35

Tampak sekali Mario masih  ragu dan bingung dengan rencana tuannya itu, namun Diego tersenyum sebagai reaksi atas kebimbangan dari orang kepercayaannya itu.

“Aku percaya, Elena pasti bisa. Asal kamu mau membimbingnya dengan sabar dan sungguh-sungguh.”

Diego berkata dengan kesungguhan di wajahnya, ia juga menatap Mario dengan tatapan yang penuh keyakinan.

“Baiklah, Tuan. Saya akan mengerahkan segenap kemampuan saya untuk menangani hal ini. Saya permisi, untuk segera mencatatkan pernikahan Anda dan nona Elena.”

Diego mengangguk, Mario segera berbalik dan keluar dari ruangan sang bos. Hari itu kediaman Rodriguez cukup sibuk, Mia mengerahka para pelayan untuk bekerja ekstra. Sejak pagi-pagi buta kesibukan di kediaman mewah itu sudah terlihat, terutama sekali di bagian dapur. Beberapa pelayan yang biasanya mengerjakan bagian lain turut diperbantukan ke dapur.

“Sebenarnya mau ada acara apa sih? Kok sibuk sekali, apa tuan akan mengadakan jamuan besar?” tanya Dona, salah seorang pelayan wanita yang bekerja di bagian dapur.

“Benar, nanti malam akan ada jamuan besar,” jawab pelayan yang lain, mereka berbisik-bisik disela kesibukan.

“Iya jamuan besar dalam rangka apa? Apakah jamuan keluarga?” tanya Dona penasaran.

“Mana aku tahu, tanya aja sana Mia. Tugasku hanya bantu-bantu di sini.”

“Kalian bisik-bisik apa? Jangan ngerumpi! Cepat selesaikan, masih banyak kerjaan lain yang menunggu.”

Seorang pria mengenakan seragam juru masak mengingatkan pelayan-pelayan lain yang sedang bekerja sesuai arahannya. Dia adalah Jose, juru masak andalan di kediaman Rodriguez.

“Maaf Jose, aku izin ke kamarku sebentar, kepalaku agak pusing.”

Dona mendekati Jose sambil memegangi kepalanya. Jose terdiam sejenak sambil mengamati wanita di hadapannya.

“Kamu beneran sakit, Dona? Awas kalau aku tahu kamu berpura-pura.”

“Ya ampun Jose, buat apa pura-pura sakit. Kepalaku beneran sangat pusing, sepertinya aku akan demam.”

“Ya sudah, kamu temui Mia untuk minta obat sekalian minta izin untuk istirahat, tolong bilang Mia agar dikirim satu pelayan lagi ke dapur.”

“Baik Jose, gracias. Kamu memang koki andalan sejagat raya.”

Dona tersenyum, lalu melangkah meninggalkan ruang dapur. Jose hanya menghela napas sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia sudah cukup lama bekerja di kediaman Rodriguez, tidak berselang lama dengan Mia. Namun kecintaannya memasak, membuatnya memilih untuk tetap bertahan sebagai juru masak, dibanding menjadi kepala pelayan. Itu sebabnya ia menyerahkan tugas menjadi pimpinan pelayan kepada Mia, karena ia sendiri tidak mempunyai cukup kesabaran menghadapi para pelayan culas, seperti Dona.  

Dona berjalan dengan mengedarkan seluruh pandangannya, hampir semua sudut ruangan dihias dengan dekorasi bunga-bunga yang cantik.

“Ada apa sebenarnya? Seperti mau ada pesta,” gumam Dona. Ia mencoba bertanya kepada beberapa orang yang sedang membuat dekorasi, namun mereka hanya menggeleng.

Dona melangkah tanpa memperhatikan sekeliling, tatapnnya terpaku pada dekorasi - dekorasi yang belum selesai itu hingga tanpa sadar ia menabrak pelayan lain yang membawa tumpukan pakaian di tangannya.

“Argh!”

Seorang wanita muda yang ditubruk Dona berteriak, tumpukan pakaian yang dibawanya pun ikut jatuh berantakan.

“Oops! Maaf. Aku nggak sengaja,” ujar Dona yang juga jatuh terduduk.

“Bisa gak sih kamu hati-hati jalannya. Kalau gaun nyonya kotor, aku bisa kena marah Mia.”

Pelayan muda itu menggerutu sambil membereskan kembali pakaian yang dibawanya. Ia tidak menyadari jika Dona terbelalak mendengar ucapannya.

“Oh, aku ... Kepalaku agak pusing makanya tidak fokus. Aku sedang mencari Mia untuk meminta obat dan izin. Apa kamu melihat Mia?”

“Mia sedang menemui tuan di kamar utama, kamu tunggu saja jika ada perlu dengannya.”

Pelayan muda itu segera bangkit dan bergegas melangkah, namun Dona mengejar dan menghentikannya.

“Tunggu-tunggu ....”

“Kamu mau apa? Kenapa menahan jalanku? Bukankah kamu mencari Mia?” tanya pelayan muda itu keheranan dengan sikap Dona.

“I-iya ... Tapi tadi kamu bilang itu pakaian-pakaian nyonya? Maksudmu Nyonya ....”

“Nyonya Rodriguez lah, memang nyonya apa? Ini kan kediaman Rodriguez, masa nyonya Carlos.”

Belen berseloroh sambil tertawa kecil. Ia adalah pelayan muda yang ditempatkan di bagian laundry, mengurus pakaian tuan mereka adalah tugasnya. Belen bukan tidak tahu jika Dona adalah pelayan dari bagian dapur, dan sudah menjadi rahasia umum dikalangan para pelayan, kalau pelayan-pelayan dapur suka sekali bergosip.

Dona tertegun, ‘nyonya Rodriguez? Apa maksudnya nyonya Emma Rodriguez? Apa nyonya Emma akan tinggal di sini lagi?’

Dona menoleh ke kanan dan ke kiri, setelah merasa aman ia segera menyelinap ke sebuah ruang kosong yang sepi. Wanita itu segera mengeluarkan ponselnya dan mendial nomor seseorang.

“Halo Dona, ada apa kamu menghubungiku?!”

Terdengar suara seorang wanita di ujung sana. Suara itu terdengar acuh dan ketus.

“Ehm, Nyonya, saya mau mengonfirmasi ....”

“Konfirmasi apa? Bicara yang jelas Dona, jangan buang-buang waktu saya!”

“Oh, i-iya Nyonya. Apa Nyonya akan kembali ke sini dan mengadakan pesta nanti malam?”

“Apa? Pesta? Apa maksudmu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 159. Akhir

    “Apa? Ke kantor polisi? Tapi ada pak?”“Nanti akan kami jelaskan di kantor, kami menunggu kedatangan Anda segera, nyonya.”Raul terbangun mendengar suara percakapan Elena dengan polisi.“Ada apa, sayang?” tanya Raul pelan dengan suara yang serak.“Polisi meminta untuk datang, tapi tidak menjelaskan masalah apa,” jawab Elena dengan suara rendah.Raul mengangguk seraya mengelus tangan Elena lembut, “kita akan segera ke sana.”“Baiklah, pak. Kami akan segera ke sana,” ucap Elena kembali berbicara di telepon.“Siap nyonya, terima kasih atas kerjasamanya.”Setelah panggilan berakhir Elena menghela napas, ada kekhawatiran di wajahnya.“Kira-kira ada masalah apa ya, Raul?”“Entahlah, sayang. Nanti kita akan tahu setelah di kantor polisi. Kamu tenang saja, aku akan menemanimu. Sekarang kamu bersiap-siap dulu, aku akan menghubungi Mario dan tim pengacara agar mereka datang terlebih dahulu ke kantor polisi.”Raul berkata lembut sambil membelai rambut Elena, wanita itu mengangguk. Raul menghadia

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 158. Malam Yang Menggelora

    “Tuan muda…” Raul dan Elena menghentikan langkah mereka, keduanya saling menatap lalu membalikan tubuh mereka.Seorang lelaki paruh baya berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Raul dan Elena. Wajah lelaki itu ditumbuhi janggut dan jambang lebat, ia mengenakan mantel hitam dan penutup kepala rajut serta syal abu-abu membelit lehernya. Tatapan lelaki itu lurus pada Raul dengan tatapan penuh tanya.“Ah, paman. Senang bertemu denganmu kembali,” sambut Raul sambil tersenyum, ia menyalami pria itu dengan ramah.“Saya juga senang bisa melihat tuan muda lagi, dan…” Pria itu terdiam sejenak, ia melihat pada Elena, seulas senyum menghiasi wajahnya, “sepertinya, tuan telah menemukan apa yang Anda cari.”“Haha, itu benar paman,” sahut Raul bahagia dan bangga, “Oya, ini Elena, cintaku yang selama ini aku cari.” Raul mengenalkan Elena pada lelaki itu, “Sayang, ini paman penjaga makam, beliau tinggal di sekitar sini. Dulu disaat masa-masa suram dan kehancuran hatiku, paman ini yang menemaniku dan mem

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 157. Lupakan Yang Sudah Terjadi

    “Mia, ada apa?” tanya Elena bingung melihat perubahan ekspresi Mia yang seperti ketakutan. Begitu pun Raul dan Mario serta Chavela dan Miguel, mereka semua yang ada di tempat itu kebingungan.“Mia, apa yang membuatmu terlihat cemas dan ketakutan begini? Kamu sekarang sudah aman bersama kami,” ujar Raul yang ditimpali dengan anggukan yang lain.“Tuan, nyonya… Bagaimana dengan Emma? Sa-saya khawatir dia akan kembali melakukan hal-hal yang buruk.” Mia mengungkapkan kekhawatirannya dengan suara terbata-bata. Masih segar dalam ingatannya bagaimana Emma melakukan berbagai manipulasi. Sewaktu Diego masih hidup saja Emma sangat berani, apalagi sekarang. Dan semua itu sudah terbukti, bahkan ia sendiri sudah menjadi korban kekejaman Emma.“Kamu tenang saja, Mia. Dalam insiden terakhir, orang-orang kita berhasil melumpuhkan orang-orangnya Emma. Tidak lama kemudian polisi pun datang membekuk mereka.”Kali ini Mario angkat bicara, karena dia ada dikejadian terakhir dalam baku hantam dengan orang-o

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 156. Jangan Pergi Lagi

    Keesokan harinya Elena membuka mata dan mendapati dirinya masih dalam pelukan hangat Raul. Lelaki itu memeluknya erat seolah takut kehilangan lagi. Elena tersenyum, ditatapnya pria tampan di sampingnya yang tertidur nyenyak itu. Perlahan Elena mengangkat tangan Raul, namun tangan kekar itu tidak bergerak, malah memeluknya semakin erat.Elena hanya menghela napas panjang. “Raul…” Lelaki itu hanya menggeliat sebentar, namun tidak melepaskan tangannya dari pinggang Elena.“Raul… Sudah pagi, aku lapar…” gumam Elena pelan.“Selamat pagi, sayang,” sahut Raul sambil tersenyum, ia membuka matanya, lalu mencium kening Elena lembut. “Ya sudah kamu mandi dulu, aku akan siapkan sarapan kita.”“Apa? Kamu mau menyiapkan sarapan?” tanya Elena heran.“Loh memangnya kenapa?”“Sudahlah Raul, tunjukan saja dapurnya di mana biar aku siapkan sarapannya.”“Tidak-tidak, sayang. Kamu adalah ratuku, maka kewajibanku untuk melayanimu. Kamu bersih-bersih diri dulu, di lemari itu ada pakaianmu, aku pikir masih f

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 155. Menikahlah Denganku

    “Elena? Ada apa?” tanya Raul cemas.“Raul, Mia… tolong selamatkan Mia, Emma sudah menyiksanya, dia bahkan nyaris membunuh Mia jika aku tidak mau menandatangani berkas-berkas itu.”Elena menjadi sangat syock, tubuhnya bergetar ketakutan, air matanya tidak terbendung lagi, seketika dia teringat kembali bagaimana kejamnya orang-orang itu menyiksa Mia.Raul segera merengkuh Elena ke pelukannya, ia berusaha menenangkan wanita itu.“Tenang Elena, semua baik-baik saja. Mia sudah berada di tempat yang aman,” ucap Raul sambil mengelus punggung Elena.“Maksudmu? Mia?”“Ketika kami tiba di tempat itu, kami menemukan Mia tergeletak tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka, tidak jauh dari tempat kamu disekap. Aku memerintahkan Miguel dan beberapa orang untuk membawa Mia ke rumah sakit.”“Migu? Berarti Vela…?”“Ya Elena, sebenarnya Vela juga ikut dalam misi penyelamatan dirimu, tapi aku meminta Vela untuk menunggu di mobil.”“Oh, aku harus menemui adikku, dia pasti cemas…” Elena hendak bangun, na

  • Keberuntungan Kedua: Pernikahan Tak Terduga   Bab 154. Semua Sudah Jelas

    Perlahan Elena membuka matanya, lalu berkedip-kedip sambil memperhatikan sekeliling. Ia menyadari dirinya terbaring di atas sebuah tempat tidur di dalam sebuah kamar yang nyaman. Elena mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi padanya, terakhir yang ingat ketika ia akan menandatangani berkas yang disodorkan Emma, tiba-tiba datang serangan dari sekelompok orang bertopeng, mereka menyerang Emma dan orang-orangnya, lalu salah satu dari mereka menangkap tubuh Elena yang dilemparkan oleh orangnya Emma, kemudian membawanya pergi, setelah itu Elena tidak ingat apa-apa lagi.“Siapa sebenarnya mereka? Dan, di mana aku sekarang?” gumam Elena, ia mencoba bangun namun tubuhnya terasa lemas. Elena ingat, sejak pagi perutnya belum terisi apa pun. Tanpa sengaja Elea menoleh ke samping tempatnya terbaring, sebuah meja penuh dengan makanan dan minuman. Elena menelan ludah, seketika rasa lapar menyergapnya. Ingin rasanya ia menyantap makanan-makanan itu agar tubuhnya mempunyai energi. Tapi tidak, Elena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status