🏵️🏵️🏵️
Keesokan harinya, Mas Damar bangun dan segera menuju kamar mandi untuk membersihkan badan. Sementara aku menyiapkan sarapan di meja makan untuknya.
Setelah selesai mandi, aku memintanya sarapan dan berniat untuk menanyakan tentang dirinya yang keluar rumah seharian kemarin.
“Sarapan dulu, Mas, aku udah siapin,” pintaku setelah dia sudah rapi dan akan berangkat ke kantor.
Hari ini Senin, seperti biasa di pagi hari, Mas Damar akan memulai kegiatannya.
“Nggak usah! Aku sarapan di luar aja!” Mas Damar menjawabku dengan nada ketus.
“Tapi aku udah siapin, Mas.”
“Kamu sarapan aja sendiri!”
“Ada apa denganmu, Mas? Kenapa sikapmu akhir-akhir ini sangat berubah dan nggak seperti biasanya? Apa aku ada salah?” Aku masih belum mengerti melihat perubahan sikap Mas Damar.
“Aku yang salah.”
“Maksud kamu?”
“Salah memilih pendamping hidup!”
Hatiku seperti dicabik-cabik mendengar penuturan Mas Damar. Dia sangat tega berkata seperti itu kepadaku. Dia dengan mudahnya mengatakan telah salah memilih pendamping hidup, padahal beberapa bulan yang lalu, dia masih sangat memanjakanku.
“Apa kamu bilang, Mas? Salah pilih pendamping hidup? Hampir sepuluh tahun kita menjalin hubungan menjadi sepasang kekasih, tapi tidak pernah sekali pun kamu mengatakan hal seperti itu padaku. Aku dengan ikhlas menunggu selama itu sampai akhirnya kamu melamarku. Di usia pernikahan kita yang baru seumuran jagung, bisa-bisanya kamu ngomong seperti itu padaku.” Aku tidak mampu menahan air mata agar tidak jatuh.
“Itu karena aku terjerat dengan cintamu. Ternyata orang tuaku benar bahwa kamu bukan istri yang terbaik untukku. Dari dulu mereka sudah melarang dan menasihatiku untuk menjauhimu, tapi saat itu aku tidak mendengarkan mereka karena jeratan cintamu.” Aku sontak kaget mendengar kalimat yang keluar dari mulut Mas Damar.
“Aku nggak nyangka kamu tega bicara seperti ini, Mas. Mana Mas Damar yang sangat mencintaiku?”
“Dia sudah nggak ada!”
“Kenapa kamu seperti ini? Beberapa bulan ini kamu pulang larut malam. Apa yang kamu lakukan di luar sana?”
“Itu bukan urusanmu!”
Setelah mengucapkan kalimat itu, Mas Damar segera beranjak meninggalkan sarapan yang telah kusediakan.
🏵️🏵️🏵️
“Aku cinta banget sama kamu, Sayang,” ucap Mas Damar kala itu ketika kami masih berstatus pacaran dan saat itu hubungan kami telah berjalan delapan tahun.
“Aku juga sayang banget sama kamu, Mas.”
“Walaupun orang tuaku tidak merestui hubungan kita, tapi aku janji akan tetap mempertahankan hubungan ini hingga ke jenjang yang lebih serius.”
“Maksud kamu, Mas?”
“Aku ingin melamarmu secepatnya.” Aku kaget, tetapi sangat bahagia mendengar keseriusan Mas Damar.
“Bagaimana dengan orang tuamu, Mas?”
“Kita harus yakin, saat acara aku melamarmu, mereka sudah bersedia merestui hubungan kita.”
“Terus terang, aku sangat bahagia karena akhirnya kamu memiliki niat untuk melamarku. Orang tuaku sudah sangat khawatir dengan hubungan kita yang belum ada akhirnya.”
“Iya, Sayang, aku ngerti perasaan orang tuamu.”
Saat itu, orang tua Mas Damar tidak merestui hubungan kami, mungkin karena aku berasal dari keluarga kurang mampu dan tidak berpendidikan tinggi seperti keluarga mereka.
Orang tua Mas Damar merupakan pemilik salah satu sekolah swasta di kota ini. Ayahnya menjabat sebagai kepala sekolah dan ibunya sebagai pengajar di sekolah milik keluarga mereka.
Orang tua Mas Damar selalu meremehkan keluargaku karena tidak memiliki gelar seperti mereka. Ayah dan Ibu hanyalah lulusan SMA begitu juga denganku. Aku memiliki seorang adik laki-laki dan sekarang duduk di bangku SMP kelas sembilan.
Aku berharap agar dia tidak mengalami nasib sepertiku. Aku ingin agar pendidikannya lebih tinggi.
Oleh karena itu, aku berusaha membantu orang tua menyekolahkan Rommy—adikku. Aku berdagang melalui online shop, menjadi salah satu reseller dari pemilik barang yang aku jual.
Mas Damar sangat mendukung kegiatanku, tetapi tidak dengan orang tuanya. Mereka sepertinya malu memiliki menantu yang pekerjaannya tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Mas Damar merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Kakak-kakak ipar kami semuanya memiliki pekerjaan sesuai dengan harapan mertuaku. Kakak ipar pertama bekerja sebagai guru SMA, yang kedua menjadi akuntan di salah satu perusahaan di kota ini, dan yang ketiga menjadi kepala sekolah di salah satu TK ternama.
Hanya aku yang tidak memiliki pekerjaan seberuntung mereka, tetapi aku selalu bersyukur dengan apa yang kulakukan dan dapatkan.
Aku tetap merasa bahagia walaupun keluarga Mas Damar tidak pernah menganggapku ada. Aku bangga karena memiliki cinta Mas Damar.
Akan tetapi saat ini, kepada siapa aku harus mengadu? Suamiku sendiri sudah berani berbuat kasar dan menyakiti perasaanku.
🏵️🏵️🏵️
Aku sangat penasaran dengan perubahan Mas Damar. Beberapa bulan ini, aku masih tetap berusaha untuk bersabar, tetapi tidak untuk hari ini. Aku harus tahu apa alasan sebenarnya dengan tingkah Mas Damar yang sekarang.
Aku segera menaiki sepeda motor bebek kesayanganku. Aku berniat akan mengintai Mas Damar hari ini ke kantornya.
Dari kejauhan, terlihat Mas Damar keluar dari kantor dan langsung memasuki mobil. Aku tetap barhati-hati supaya dia tidak menyadari keberadaanku.
Mobilnya sudah mulai bergerak, aku pun perlahan-lahan mengikutinya dari belakang. Aku sangat terkejut saat kendaraan roda empat miliknya berhenti di depan rumah salah satu sahabat terbaikku. Untuk apa Mas Damar singgah di rumah Tia?
Tia adalah teman terbaikku saat masih duduk di bangku SMA. Kami sahabat yang selalu berbagi cerita suka maupun duka. Aku sudah menganggapnya seperti saudari sendiri karena dia mengerti dengan perasaanku.
Saat aku kesusahan, dia yang selalu membantu. Namun, sudah satu tahun lamanya, aku tidak berhubungan dengannya, semenjak dia mengajar di sekolah milik keluarga Mas Damar.
Aku melihat pemandangan yang tidak dapat kupercaya, Mas Damar turun dari mobil dan langsung disambut mesra oleh Tia. Mas Damar mendaratkan ciuman di dahi wanita itu.
Dadaku terasa sesak dan tidak mampu menahan air mata. Ingin rasanya langsung menghampiri mereka dan memberikan kejutan kepada Mas Damar, tetapi niat itu aku urungkan. Aku ingin tahu apa alasan Mas Damar berlaku seperti itu terhadap Tia. Kenapa dia lupa bahwa aku adalah istrinya?
============
🏵️🏵️🏵️Mas Damar dan orang tuanya melangkah memasuki rumah sakit, aku segera memarkirkan motor bebek milikku dan mengikuti langkah mereka perlahan. Orang tua dan anak itu memasuki ruangan salah satu dokter spesialis alat reproduksi. Aku sangat heran kenapa Mas Damar harus mengunjungi ruangan itu. Ada apa dengannya?Tidak menunggu lama, akhirnya mereka kembali keluar ruangan dokter dengan wajah tampak sangat serius. Aku memperhatikan mereka dari balik salah satu pilar yang ada di dekat ruangan dokter. Mereka tidak langsung menuju parkiran, tetapi justru duduk di bangku panjang tidak jauh dari tempat pengintaianku.“Kamu harus sabar, ya, Nak. Kamu yang berbuat dan kamu juga harus siap menanggung resikonya.” Mamanya memberikan semangat.“Hidupku sudah tidak berarti, Mah, Pah. Wanita yang dulu kucintai sudah yakin untuk berpisah dan mengajukan gugatan cerai. Sedangkan wanita yang kunikahi secara siri dengan tega berkhianat. Ini karma dari perbuatanku.” Mas Damar menitikkan air mata.“Su
🏵️🏵️🏵️“Iya,” ucapnya singkat dengan senyuman.“Terima kasih, Mas. Kamu selalu ada untuk membantu keluargaku dari dulu.” Aku hampir menitikkan air mata mengingat pengorbanan Mas Surya.“Kamu nggak perlu berterima kasih karena beliau juga ayahku.”Ingin rasanya mengatakan pada dunia kalau aku makin mencintai dan mengagumi Mas Surya. Aku ingin segera lepas dan bebas dari Mas Damar karena keluargaku akan sangat bahagia jika aku dan Mas Surya bersatu. Itulah harapan Ayah dan Ibu sejak dulu.Akan tetapi, aku harus tetap bersabar untuk menunggu hari itu tiba, yang terpenting sekarang Ayah sudah makin sehat. Dalam waktu dekat ini, aku akan mengajukan gugatan cerai terhadap Mas Damar ke pengadilan. Saat ini, aku berusaha bersikap biasa saja di depannya supaya dia tidak tahu rencana yang telah tersusun rapi.🏵️🏵️🏵️“Kamu kenapa nggak ke rumah Tia, Mas?” tanyaku saat Mas Damar menyasikan acara kesayangannya di depan TV.“Dia sudah mengkhianatiku.” Wajahnya menunjukkan kekesalan.“Bukankah
🏵️🏵️🏵️Keesokan harinya setelah kepulangan anak sekolah, kami segera menemui salah satu siswa yang sering bersama Tia. Mas Surya memintanya masuk mobil. Awalnya, dia menolak karena mengaku takut bertemu orang yang baru kenal.Akan tetapi, aku menjelaskan secara perlahan dan berjanji untuk memberikan imbalan jika dia bersedia memberikan informasi penting yang ingin aku ketahui darinya.“Informasi apa yang ingin kalian dapatkan dariku?” tanyanya setelah mobil meluncur meninggalkan sekolah itu.“Informasi tentang salah satu guru di sekolah kamu,” jawabku penuh semangat.“Siapa?” tanyanya ingin tahu.“Tia.”“Apa yang harus kujelaskan tentang Bu Tia?”“Kenapa kamu sering pergi bersamanya ke hotel? Apa tujuan kalian?”“Aku hanya mempertemukannya dengan pengelola sekolah.”“Maksud kamu Om Rudy?”“Iya. Pak Rudy.”Aku terkejut mendengar penuturan siswa tersebut. Sungguh, aku tidak percaya kalau Om Rudy yang aku banggakan karena sayangnya terhadap keluarga, ternyata melakukan pertemuan di dal
POV TIA🏵️🏵️🏵️Dua minggu berlalu semenjak terakhir kali melihat Om Rudy dan keluarganya di supermarket, hari ini aku memintanya bertemu untuk yang terakhir kalinya dan dia bersedia menyanggupi permintaanku. Sekarang, kami sedang berada di salah satu hotel langganan untuk memadu kasih.Akan tetapi, saat ini kejadian itu tidak akan terjadi, dia menolak untuk bercinta semenjak mengetahui keadaan bayi dalam kandunganku. Aku berusaha bersikap lembut dan berpura-pura baik di depannya. Semua ini kulakukan agar dapat menjalankan rencana yang telah tersusun rapi.“Maafkan aku, ya, Sayang, karena tidak dapat melanjutkan hubungan ini lagi. Ternyata selama ini keluargaku sudah mengetahui hubungan kita dari Damar. Aku bersyukur karena akhirnya mereka bersedia memaafkanku. Aku juga meminta pada mereka untuk tidak menyakitimu.” Penjelasan Om Rudy membuatku tersentuh, tetapi juga sakit.Aku sudah menyiapkan racun yang sangat mematikan dan mencampurnya pada minuman Om Rudy. Aku dengan besikap tenan
POV TIA🏵️🏵️🏵️Hari ini, usia kehamilanku memasuki tujuh bulan, aku dan Om Rudy memeriksakan perkembangan anak kami ke rumah sakit. Aku makin bahagia karena kondisi kesehatan Om Rudy juga kian membaik. Namun akhir-akhir ini, perhatiannya kepadaku makin berkurang, dia seolah-olah ingin berusaha menjauh dariku.Aku sangat takut jika perubahan itu berlanjut. Tidak dapat kubayangkan jika akhirnya dia lari dari tanggung jawab. Dia makin jarang memadu kasih denganku, alasannya karena perutku makin membesar.Hari ini, dia bersedia menemaniku ke rumah sakit karena aku mengancam akan memberitahukan hubungan kami kepada istrinya. Aku tidak peduli jika dia merasa terpaksa dan tidak ikhlas, yang penting dia akhirnya sekarang bersamaku.Aku melihat perubahan di wajahnya, dia sungguh jauh berbeda dalam waktu dua bulan ini. Perubahan itu mulai tampak saat aku memintanya menikahiku. Dia tidak terima dan tidak bersedia mengikat hubungan ikatan pernikahan denganku karena baginya, aku akan tetap sebag
🏵️🏵️🏵️“Aku puas menyiksa Tari semalam, Sayang.” Mas Damar bercerita dengan semangat kala itu kepadaku.“Iya, Mas. Aku suka jika kamu menyakitinya.” Terus terang, aku juga benci kepada Tari karena dia berhasil menjadi istri sah Mas Damar.“Aku akan membuatnya lebih menderita lagi.”“Lanjutkan, Mas. Kamu harus tetap dengan tujuanmu.”“Itu pasti, Sayang. Tidak akan kubiarkan dia hidup tenang.”Saat itu, aku ingin melihat kehancuran Tari. Dia harus meraksakan penderitaan lebih dari yang aku rasakan. Dia tidak tahu bagaimana rasanya menjadi istri kedua yang hanya dinikahi secara siri.Dia juga tidak tahu betapa sakitnya harus nikah diam-diam tanpa dihadiri teman-teman dan kerabat terdekat. Hatiku perih merasakan posisi yang sangat dibenci kaum wanita.Mereka menuduhku sebagai wanita perebut suami orang. Para tetangga juga selalu memandang hina dan rendah terhadapku. Mereka tidak tahu kalau aku juga tidak ingin menjadi istri kedua. Semua itu terjadi karena keadaan yang memaksa.Aku harus