Home / Romansa / Kedai Juni & Juli / Bab 8. Cinta, Dimana

Share

Bab 8. Cinta, Dimana

last update Last Updated: 2021-08-10 18:40:40

Dimas menghabiskan seporsi nasi goreng kambing kesukaannya dengan lahap. Setelah meeting dengan beberapa direktur anak perusahaan PT.Pangan Cakrawala, membuat tenaga dan pikirannya seperti tercurah habis. Ada beberapa masalah yang akhirnya bisa diselesaikan di dalam meeting itu. Dimas bersyukur.

Hotel Ribza yang terletak di kawasan Jakarta Selatan ini memang kerap digunakannya untuk mengadakan meeting. Ia merasa nyaman dengan suasana dan pelayanannya. Terlebih lagi, salah satu pemilik hotel bintang lima ini adalah temannya semasa SMA dulu sehingga ia bisa mendapatkan harga khusus pada saat mengadakan kegiatan di sana.

Setelah meeting selesai, biasanya dilanjutkan dengan acara makan malam bersama di restaurant dalam hotel ini. Makanan yang disajikan sungguh luar biasa enak, menurut Dimas. Terkadang, ia juga sering makan di sana, bersama keluarganya atau sendiri.  

Ia lalu melihat ke jam di tangannya. Waktu menunjukkan pukul 09.30 malam. Ia merasa sangat lelah dan ingin segera pulang untuk beristirahat, apalagi besok pagi ia sudah harus berada di bandara untuk terbang ke Malaysia.

Setelah menghabiskan juice jeruknya, Dimas lalu berpamitan dengan para direktur yang masih menikmati hidangan makan malam mereka.

Di dalam mobil, Dimas kembali memutar lagu berirama Jazz lembut seperti pada awal ia berangkat. Ingatannya kembali kepada peristiwa tadi siang ketika ibunya menegur dia. Dimas merasa bahwa ia sudah berusaha memberikan yang terbaik yang ia bisa untuk Perusahaan ini, juga untuk kasus di Malaysia, tapi di mata ibunya, ia tidak pernah cukup baik.

Sedari kecil, ibunya memang keras terhadap Dimas, berbeda dengan sikap ayahnya yang lebih pengertian. Tidak heran kalau Dimas sangat dekat dengan ayahnya. Bagi Dimas, ayahnya adalah segalanya.

Ketika ayahnya meninggal mendadak karena sakit jantung, Dimas merasa sangat kehilangan. Berhari-hari ia hanya bisa menangis di kamarnya. Ia seperti kehilangan harapan dalam hidupnya. Tidak ada lagi tempat untuk bercerita dan berkeluh kesah. Ia ingin memperbaiki hubungan dengan ibunya, namun sepeninggal ayahnya, ibunya semakin larut dalam pekerjaan.

Dimas ingat, seminggu sebelum kematiannya, ayahnya pernah berpesan tidak biasa kepadanya.

“Mas, kamu harus jaga Mama kamu kalau Papa udah gak ada ya.”

Dimas menatap ayahnya dengan pandangan heran. Saat itu, mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah sehabis bertemu salah satu kolega ayahnya. Dimas yang menyetir sementara ayahnya duduk di sebelahnya.

“Maksud Papa gimana?”

“Yaa, kamu harus jaga Mama juga Perusahaan kita Mas.”

“Pastilah Pa.”

“Papa sama Mama membangun Perusahaan ini dari nol besar, jadi kamu harus bisa mengembangkannya Mas.”

Dimas mengangguk.

“Mama kamu itu suka keras sama kamu karena dia sayang sama kamu. Kamu kan anak kita satu-satunya dan pewaris Perusahaan nantinya, kamu harus ingat itu.”

Dimas kembali mengangguk.

“Dan satu hal lagi, resep bakmi yang pernah Papa tunjukkin ke kamu jangan pernah kamu berikan ke siapapun juga selain anggota keluarga kita.”

“Iya Pa.”

“Itu resep rahasia keluarga. Kamu tahu kan karena kita jualan bakmi jadi bisa bikin Perusahaan sebesar ini.”

Dimas mengangguk. Siapa yang tidak kenal Bakmi Surapati. Bakmi legend buatan Cahyo Kusuma dan Jelita Maharani yang cabangnya sudah ada di hampir seluruh Indonesia. Banyak orang tergila-gila dengan tekstur lembut bakminya yang seperti lumer di mulut juga bumbu topingnya yang kaya akan rasa. Keunikan Bakmi Surapati bahkan pernah sampai diliput oleh salah satu media kuliner ternama di New York, Amerika Serikat.

“Papa memang kurang terlibat di Perusahaan karena Mama kamu yang lebih suka bisnis. Jadi Papa pikir, kamu mulai harus lebih sering bantu Mama kamu, Mas.”

“Iya Pa. Jangan khawatir.”

Seminggu kemudian, ayahnya meninggal. Apa ini yang dinamakan firasat, batin Dimas.

Tadinya, Dimas berpikir ingin mampir sebentar ke rumah ibunya yang terletak tidak jauh dari komplek perumahannya hanya sekedar melihat keadaannya tapi kemudian ia mengurungkan niatnya. Sudah terlalu malam, ibunya pasti sedang istirahat, lagipula kalau memang butuh apa-apa biasanya pasti ia akan di hubungi oleh Mbak Yum, asisten rumah tangga ibunya.

Pintu gerbang bercat putih itu terbuka dengan otomatis ketika mobil Mercedes Benz silver Dimas sampai di depannya. Rumah megah dan mewah yang juga bercat putih itu terlihat sunyi. Beberapa lampu taman yang dipasang di halaman depan membuat nuansa putih rumah itu diwarnai semburat kuning keemasan.

Dimas memarkirkan mobilnya di dalam garasi yang sudah terbuka. Di dalamnya masih terdapat dua mobil lainnya yang biasa dipakai oleh Rama dan Putri, kedua anak Dimas dan Amel.

Pintu segera dibuka oleh Mbok Inah. Dimas segera masuk ke dalam rumah dan mendapati keheningan di dalamnya.

“Ibu belum pulang, Mbok?”

“Belum Pak.”

“Rama dan Putri udah di kamar?”

“Den Rama ada di kamar tapi Non Putri tadi pergi dijemput temannya Pak.”

“Temannya laki atau perempuan, Mbok?”

 “Perempuan Pak.”

Dimas mengangguk. Ia kenal sebagian teman Putri, anak keduanya itu dengan cukup baik. Ia pun memiliki nomor-nomor telepon teman-temannya sehingga ia tidak terlalu khawatir. Biasanya Putri pergi hanya untuk mengerjakan tugas kuliah.

“Ya sudah Mbok, saya masuk kamar dulu ya.”

“Baik Pak.”

Dimas lalu menaiki tangga untuk menuju ke kamarnya.

Ketika melewati kamar Rama, ia mendengar dari balik kamar itu suara musik yang berdentum-dentum, menandakan bahwa anak laki-laki nya itu belum tidur.

“Rama,” Dimas berkata sambil mengetuk pintu kamar.

“Masuk.”

Dimas membuka pintu kamar. Rama sedang berada di atas tempat tidur sambil memegang telepon genggamnya.

“Musiknya kecilin dikit Ram, udah malam.”

Dengan enggan, Rama mengambil remote yang ada di sebelahnya dan menekan tombol volume.

“Oke, cukup. Kamu udah makan?”

“Udah Pa.”

Dimas lalu menutup kembali pintu kamar Rama yang masih terlihat sibuk dengan telepon genggamnya.

Sandra, kamu dimana sih? Masih di Bandung?

Kok pesan aku gak kamu bales2? Kamu masih marah ya? Aku kan udah minta maaf.

Aku janji, gak akan cemburuan lagi sama kamu.

Please, kamu angkat telepon aku ya atau kamu bales dong pesan aku.

I love and miss u babe.

Rama melihat lagi isi teks yang ia kirim beberapa saat lalu ke Sandra. Masih centang satu. Wajahnya terlihat murung. Sudah beberapa hari ini dia tidak bisa menghubungi Sandra.

Sebelum Sandra pergi ke Bandung beberapa hari yang lalu, mereka terlibat pertengkaran yang cukup hebat sampai-sampai Sandra memutuskan ikatan cinta mereka. Persoalannya sebenarnya sangat sedehana, Rama selalu cemburu kalau melihat Sandra dekat dengan laki-laki lain meski Sandra berkali-kali menyatakan bahwa semua laki-laki yang dekat dengannya hanya sebatas teman tidak lebih tapi Rama seperti tidak mau tahu.

Dan saat ini, Rama sangat menyesal dan bertekad untuk memperbaiki hubungannya dengan Sandra.

Di kamarnya, Dimas baru saja hendak bersiap untuk mandi ketika tiba-tiba telepon genggamnya berbunyi.

Nomornya tidak dikenal.

“Halo, dengan Bapak Dimas Kusuma.”, sapa suara di seberang sana.

“Iya, saya sendiri.”

“Saya dari Kepolisian Jakarta Selatan ingin menyampaikan kalau istri anda, Amel Anggraini, mengalami kecelakaan….”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kedai Juni & Juli   Bab 62. Awal Baru

    Dimas tengah serius membaca laporan rugi laba PT. Pangan Cakrawala ketika mendadak telepon genggamnya yang tergeletak di atas meja berbunyi.Ternyata Briptu Sularso.“Ya, halo Larso.”“Selamat siang Pak, Ibu Jelita bersama Bapak?”“Tadi kayaknya keluar Larso, ada apa?”“Saya coba telpon Ibu tapi gak diangkat-angkat.”“Memang ada apa Larso?”“Saya tahu siapa pembunuh Putri….”Dimas yang saat itu sedang minum hampir saja tersedak.“Siapa Larso?”“Pak Dimas tolong tanyakan ke sekretaris Ibu kemana beliau pergi, kita susul.”“Maksudnya?”“Saya jemput Pak Dimas, sekarang!”**************Telepon genggam di dalam tas Jelita kembali bergetar namun karena diletakkan di bangku yang kosong di sebelahnya, ia menjadi tidak tahu.“Jad

  • Kedai Juni & Juli   Bab 61. Ternyata

    Wanita muda itu menatap selembar foto yang ada di tangannya sambil tersenyum. Sesekali ia mengelus wajah seorang wanita separuh baya yang ada di foto itu.“Sebentar lagi semuanya akan selesai Bu….,” kata wanita itu pelan.Ia lalu mengambil sebuah botol kecil berisi cairan bening yang ada di atas meja. Bibirnya kembali tersenyum.“Mereka akan rasakan akibatnya.”Wanita itu lalu tertawa terbahak sambil meletakkan kembali botol itu di atas meja. Terlihat sebuah tulisan di depan botol itu yang ditempel dengan menggunakan kertas berwarna putih. Sianida.***************Kedai Juni & Juli siang hari ini terlihat ramai. Beberapa pengunjung yang berasal dari perkantoran sekitar ruko nampak makan siang di sana. Belum lagi pengunjung lainnya yang memang sengaja datang untuk bersantap dan menikmati hidangan di kedai ini.“Jun, untuk bookingan nanti sore yang acara ulang tahun it

  • Kedai Juni & Juli   Bab 60. Kembali ke Masa Lalu

    Pesta ulang tahun Abah Rudi berlangsung sangat meriah. Meski hanya dihadiri oleh keluarga dekat tapi tidak membuat suasana menjadi kaku dan membosankan. Suara gelak tawa dan canda terus menerus mewarnai pesta itu yang berlangsung dari sore sampai malam hari.Lastri menyewa sebuah villa di kawasan Lembang yang letaknya cukup jauh dari keramaian. Ini merupakan permintaan Abah dengan alasan biar bisa lebih dekat dengan keluarga. Lastri menyanggupi tanpa banyak bertanya.Briptu Sularso hadir di pesta itu tepat waktu. Sambutan yang diberikan keluarganya ketika ia menyapa di depan pintu sungguh luar biasa. Semua berebut memeluk dan menciumnya. Entah karena memang ini pertama kalinya ia bisa datang tepat waktu di acara keluarga atau karena rasa kangen yang sekian lama ditahan.Lastri melongokkan kepalanya di depan pintu sambil melihat ke kanan kiri, seperti mencari-cari. Tidak lama kemudian, senyum merekah di wajahnya.“Masuk Mas, disini kan dingin.”

  • Kedai Juni & Juli   Bab 59. Menguak Fakta

    Kamar kos itu tertata dengan rapi. Meski tidak cukup luas tapi tetap nyaman. Tidak banyak barang yang terdapat di sana, hanya ada sebuah ranjang, lemari baju, meja dan kursi kerja serta sebuah televisi ukuran 19 inch yang terletak di atas rak.Di dinding kamar itu hanya terpasang dua buah foto. Satu foto keluarga dan satu foto si penghuni kamar.Hari hampir menjelang tengah malam tapi si penghuni kamar masih tekun mendengarkan isi rekaman yang telah di dengarnya berulang kali. Sesekali ia mencatat beberapa hal yang dianggapnya penting di sebuah buku kecil.Setelah selesai mencatat, ia merenung sejenak. Mengingat kembali pertemuannya di kedai kopi apartemen Paradise Land bersama dengan Dimas dan Jelita beberapa hari yang lalu.“Siapa Zalma itu Bu?”Jelita memandang Briptu Sularso, berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaannya.“Nama lengkapnya Zalma Duni, mantan istri Cahyo, suami saya.”“Apa yang terjad

  • Kedai Juni & Juli   Bab 58. Viral

    Rani menatap layar di telepon genggamnya dengan serius, matanya mengikuti gerakan seseorang yang sedang menari dengan diiringi lagu menghentak. Sesekali tangan dan bahunya mengikuti gerakan orang tersebut. Setelah dirasa sudah bisa mengingat seluruh gerakan itu, Rani kemudian menutup telepon genggamnya sambil tersenyum. “Kur…!” Seorang laki-laki kurus dengan memakai seragam kemeja berwarna coklat muda dan celana panjang berwarna senada dengan sedikit terburu-buru menghampiri Rani. “Iya Mbak Rani.” “Meja Ibu udah diberesin belum?” “Sudah Bu.” “Meja Bapak?” “Sudah juga Bu.” “Ya udah kalo gitu. Kamu tolong beliin nasi uduk di depan kayak biasa buat saya ya,” kata Rani sambil menyerahkan uang kepada laki-laki itu. “Baik Bu.” Laki-laki yang bernama Okur itu kemudian bergegas pergi. Setelah Okur menghilang dari pandangan matanya, Rani menatap jam di dinding. Baru jam 8 pagi, masih belum ada yang datang

  • Kedai Juni & Juli   Bab 57. Pembukaan Kedai

    Juni menatap papan nama yang tergantung di atas ruko nomor 17A itu dengan rasa haru. Tidak disangka akhirnya ia dan Juli berhasil juga membuka usaha yang selama ini mereka inginkan. Sekilas ia teringat semua yang telah mereka alami selama berada di Bandung. Juni lalu tersenyum kecil. “Woy, bengong aja!” Juni tersentak kaget mendengar sebuah suara yang berteriak nyaring di dekat kupingnya. Ternyata suara Juli yang saat ini sedang berdiri di sebelahnya. “Nama kita bagus juga ya Jul kalau dipasang jadi merek gitu.” Juli menatap papan nama yang bertuliskan Kedai Juni & Juli itu sambil mengangguk. “Kayak berirama gitu ya Jun.” “Irama apaan sih maksudnya?” “Puitis gitu, kan di belakangnya huruf i semua.” “Iya juga….”, ujar Juni, “Nek Zalma, Papa sama Mama udah sampai mana Jul?” “Barusan gue telpon sih masih di jalan katanya.” Mereka berdua kemudian masuk ke dalam ruko yang telah berubah bentuk menjadi sebu

  • Kedai Juni & Juli   Bab 56. Curahan Hati

    Jelita memandang wajah Dimas yang sedang menunduk di hadapannya dengan pandangan tajam. Mereka berdua sedang duduk di luar kedai dengan ditemani dua gelas kopi yang asapnya masih terlihat mengepul.“Mama minta kamu segera tinggalkan Rahadi!” Jelita berkata tegas.Pelan-pelan Dimas mengangkat wajahnya.“Kenapa Ma?” Dimas berkata lirih.“Hubungan kalian itu aib bagi keluarga Kusuma!”“Jadi Mama udah tahu?”“Mama sudah tahu dari dulu.”“Maksud Mama? Dari dulu kapan?”“Pokoknya Mama sudah lama tahu kamu begitu sama Rahadi.”Dimas kembali menundukkan kepalanya. Rasanya ia ingin berteriak dan segera berlari meninggalkan tempat ini.“Mama sengaja diamkan dulu, karena Mama waktu itu pikir ini semua hanya sementara, hanya karena sedang ada masalah sama Amel kamu jadi begitu, tapi ternyata Mama salah…”Dimas menelan

  • Kedai Juni & Juli   Bab 55. Harapan

    Briptu Sularso memandangi foto-foto yang diambil di tempat kejadian perkara di kamar hotel tempat Putri ditusuk dengan seksama. Ia lalu memandang juga foto-foto di kamar kos tempat ditemukannya tubuh Hadi yang bermandikan darah, seperti membandingkan. Keningnya berkerut.“Dua kejadian ini sepertinya saling berhubungan,” gumam Briptu Sularso pelan.Ia teringat kecelakaan yang menimpa Amel. Kecelakaan yang sepertinya disengaja.“Pertama Amel, kemudian Hadi dan sekarang Putri.” Briptu Sularso bergumam kembali sambil tangannya mengambil spidol berwarna biru dan menuliskan beberapa hal di papan tulis putih di belakangnya.Ia menulis kata Amel lalu dilingkari, di bawahnya kata Hadi juga dilingkari, di bawahnya kata Putri juga di beri lingkaran. Setelah menulis tiga kata itu, ia lalu menatap papan tulis itu sebentar kemudian menghela nafas.“Dan sekarang, Amel ditahan karena kepemilikan obat terlarang,” kata Briptu Sula

  • Kedai Juni & Juli   Bab 54. Jalan Soreli

    “Lu tahu dari siapa sih San?” Juni kembali mengulang pertanyaannya.“Emang udah pasti itu alamat Panti Bunda Bernyanyi San?” Juli menyambung pertanyaan Juni dengan rasa penasaran.Lagi-lagi Sandra hanya tersenyum.“Kok senyum-senyum terus sih, kita penasaran nih,” kata Juli sambil memajukan tubuhnya ke depan.“Iya...gue jelasin deh. Waktu Juni cerita soal panti ini, gue inget punya tante yang tinggal di daerah Senen, namanya tante Wenny, jadi, gue tanya aja dan ternyata tante gue itu tahu.”“Wah, gak nyangka ya, untung aja gue cerita ke elu ya San,” ucap Juni dengan wajah sumringah.“Menurut tante lu itu, pantinya masih ada San?”“Dia gak yakin sih kalau pantinya masih ada Jul, soalnya udah lama pindah dari Senen, tapi dia inget alamatnya dimana, itu juga kalau nama jalannya sekarang gak berubah ya.”“Dimana alamatnya?”&ldquo

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status