Beranda / Romansa / Kedai Juni & Juli / Bab 7. The Body

Share

Bab 7. The Body

last update Terakhir Diperbarui: 2021-08-08 19:40:52

“Lu jadi ikut gak?”

Sherly menatap jam dinding di tembok ruangan. Waktu menunjukkan pukul 03.30 sore.

“Ya udah, gue ikut deh, tapi nanti gak apa-apa sama si Adrian kan?”

Amel menggeleng.

“Gak lah, kita cuma mau party bentar kayak biasa, gak lama juga, laki gue bisa curiga kalo gue pulang terlalu malem.”

“Barusan laki lu telpon kan?”

“Iya, ngabarin kalo dia ada meeting. Adrian juga baru kirim pesen, party nya mulai jam 6 di hotel biasa.”

Sherly mengangguk.

“Ya udah, gue mandi dulu deh.”

Sementara Sherly menghilang di pintu kamar mandi, Amel membereskan pakaian senamnya dan memasukkannya ke dalam tas olahraga berwarna biru cerah. Beberapa perempuan menyapanya sebelum pergi beranjak dari ruangan itu.

Amel dan Sherly adalah teman sejak masa SMA dulu. Mereka memiliki kegemaran yang sama yaitu olahraga. Berbagai macam olahraga pernah mereka coba, dari mulai gym, yoga sampai pilates. Setelah sekian lama berpindah-pindah tempat gym, mereka berdua akhirnya berpikir untuk mendirikan tempat gym sendiri dengan fasilitas lengkap, tidak kalah dengan tempat gym kenamaan lainnya. Impian mereka akhirnya terwujud berkat kucuran dana dari suami mereka masing-masing. Sherly memiliki seorang suami berkebangsaan Belanda yang bekerja sebagai konsultan perusahaan tambang emas sementara Amel bersuamikan pewaris tunggal PT. Pangan Cakrawala.

Tempat gym yang mereka beri nama The Body itu tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan sejumlah anggota. Ketenarannya bahkan menyamai berbagai tempat gym yang sudah terlebih dahulu ada. Beberapa orang mulai mengusulkan agar The Body dibuatkan sistem franchise sehingga bisa berekspansi dengan lebih cepat. Amel dan Sherly pun menyetujuinya.

Dan memang benar, ekspansi The Body pun menjadi sangat cepat. Banyak orang seakan berlomba untuk menjadi bagian dari mitra The Body. Amel dan Sherly senang bukan kepalang. Pundi-pundi uang pun mengalir deras.

“Yuk.”

Sherly sudah berdiri dengan pakaian casual di hadapan Amel yang masih duduk di karpet. Ia segera berdiri dan mereka berdua berjalan menuju pintu ke halaman parkir dimana mobil mereka berada.

“Lu naik mobil gue aja Sher. Gak usah bawa dua mobil.”

Sherly menyetujuinya. Mereka berdua menuju ke sebuah mobil BMW berwarna hitam.

“Si Adrian masih sering minta duit sama lu?”, tanya Sherly ketika mereka sudah berada di dalam mobil. Terdengar sayup suara lagu Perfect dari Ed Sheeran berkumandang.

“Masih kok,” jawab Amel acuh tak acuh. Matanya memandang ke depan, tangannya dengan sigap memegang stir mobil.

“Lu tuh di porotin sama dia, Mel. Sadar gak sih lu?”

“Ya udah gak apa-apa lah. Yang penting dia bisa memuaskan gue.” Amel terkikik setelah mengucapkan hal itu.

“Tar kalo laki lu tahu gimana? Ke gap gitu.”

“Halah, dia mah lebih sibuk sama Mama nya dibanding ke gue. Lagian kalo dia tahu kenapa? Dia mau cerai? Gak mungkin.”

“Loh kok gak mungkin sih?”

“Mamanya tipe kolot gitu Sher, gak suka ada kata cerai-cerai. Lagian gue juga udah megang kartu matinya si Dimas. Kalau dia sampai mau cerai, bisa gue sebar kemana-mana.”

“Apaan tuh?”

Amel tersenyum.

“Lu gak usah tahu dulu deh, sorry.”

Sherly cemberut.

“Lu gak capek apa hidup kayak gini?”

“Capek sih tapi mau gimana lagi, makanya gue butuh fun. Lu sendiri gimana setelah tahu laki lu selingkuh?”

“Gue pengen pisah sebenernya tapi gue masih butuh duitnya.”

“Sama dong kayak gue.”

Mereka berdua tertawa terbahak-bahak.

“Kita emang udah ada usaha sendiri yang cukup sukses lah tapi kenapa kayaknya gak pernah cukup ya kalau soal duit,” kata Amel sambil menatap Sherly.

“Karena kita cewek matre.”

Mereka berdua kembali tertawa.

“Lu beruntung lah dapet brondong kayak si Adrian itu, gak kayak gue, susah banget dapat yang cocok.”

“Minggu depan kan ada arisan brondong lagi di rumah Dewi, kali aja lu nemu Sher.”

“Mudah-mudahan,” kata Sherly sambil tersenyum kecil.

Pertemuan Amel dengan Adrian awalnya tanpa disengaja. Waktu itu, Amel sedang mengunjungi salah satu franchise The Body di sebuah Mal di Jakarta Barat. Ia hendak memeriksa tempat gym itu setelah mendapat pengaduan mengenai kebersihan ruangan loker. Ia telah mendiskusikan masalah itu kepada pemegang franchise di sana tapi ia tetap ingin memeriksa sendiri. Buat Amel, kualitas sebuah pelayanan adalah segalanya, apalagi untuk para pelanggan The Body, pasti ia akan terus menjaganya.

Setelah memastikan ruangan loker rapih dan bersih, Amel lalu memeriksa alat-alat gym juga ruangan di sana. Beberapa kelas olahraga sedang berlangsung dibimbing oleh para personal trainer bersertifikat. Ia lalu melihat salah seorang Personal Trainer sedang mengajarkan gerakan latihan beban kepada salah seorang laki-laki muda. Amel lalu menghampiri mereka hanya untuk sekedar menyapa.

“Halo, selamat menikmati fasilitas kami ya,” sapa Amel ramah.

Laki-laki muda itu hanya tersenyum sambil mengangguk, sementara si Personal Trainer mengucap salam ramah kepada Amel.

“Selamat siang Bu Amel, saya Adrian, salah satu PT disini.”

Mereka pun berjabat tangan. Entah kenapa Amel tiba-tiba merasa gugup. Hatinya berdegup kencang.

Sejak saat itu, mereka berdua menjadi dekat. Umur Adrian yang berbeda sekitar dua puluh tahunan dengan Amel tidak menghalagi kebersamaan mereka. Apalagi Amel memang suka dengan postur dan wajah Adrian yang gagah dan menawan ditambah lagi perhatian yang ditunjukkan Adrian kepadanya membuat Amel semakin tergila-gila. Bisa dibilang antara Adrian dengan Dimas, suaminya, bagaikan langit dan bumi perbedaannya.

Suatu ketika, ketika mereka habis bermesraan di sebuah kamar hotel yang dipesan Amel, Adrian menunjukkan kepadanya sebuah bungkusan yang berisi bubuk berwarna putih. Ia berkata bahwa bubuk ini bisa membawa Amel melayang terbang tinggi, melupakan semua masalah dan merasakan kegembiraan yang luar biasa. Pada mulanya Amel tidak percaya tetapi setelah didesak Adrian untuk mencobanya, Amel merasakan sensasi yang luar biasa. Perasaan sukacita dan kenikmatan yang tiada duanya.

Tanpa Amel sadari, ia sudah berulang kali merasakan kenikmatan bubuk putih itu sehingga kalau tidak menggunakannya maka perasaannya menjadi tidak karuan. Amel mengajak Sherly untuk mencobanya dan mereka berdua menjadi semakin ketagihan. Lagi dan lagi. Tidak akan ada yang dapat membendungnya.

Mobil Amel nampak memasuki basement Hotel Bekin, sebuah hotel bintang lima yang terletak di bilangan Jakarta Selatan. Tidak lama kemudian, Amel sudah memarkirkan mobilnya. Mereka berdua segera keluar dan menuju lobby.

Lobby Hotel Bekin terlihat ramai oleh orang yang berlalu lalang. Dihiasi oleh berbagai macam lampu kristal di langit-langitnya, sebuah grand piano yang dimainkan oleh seorang pianis di tengah ruangan serta berbagai macam lukisan dan patung yang terlihat mahal membuat semua orang yang berada di lobby ini merasa nyaman. Dan itu memang tujuan Hotel ini berdiri, supaya orang merasa nyaman sehingga bisa kembali menginap terus menerus.

Amel dan Sherly berjalan menuju lift yang berada di ujung lobby. Amel lalu menekan tombol up. Tidak lama kemudian, pintu lift membuka. Mereka segera masuk dan menekan tombol angka 4.

Setelah sampai di lantai 4, mereka berdua lalu mencari nomor sebuah kamar. 405.

Pintu diketuk oleh Sherly.

Tidak lama, pintu dibuka oleh Adrian, bertelanjang dada, seulas senyum manis tergambar diwajahnya.

“Hai sayang,”, katanya sambil mengecup bibir Amel.

“Ayo masuk.”

Amel dan Sherly segera masuk ke dalam kamar. Pintu pun ditutup.

*************

Sementara itu, di lobby Hotel Bekin, seorang pria yang sedari tadi duduk di kursi lobby membaca koran nampak mengeluarkan telepon genggamnya. Ia lalu menekan sebuah nomor.

Setelah dering ketiga, telepon baru diangkat.

“Mereka sudah disini.”

“Bagus, awasi terus,” kata suara di ujung sana, datar.

“Baik Bu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kedai Juni & Juli   Bab 62. Awal Baru

    Dimas tengah serius membaca laporan rugi laba PT. Pangan Cakrawala ketika mendadak telepon genggamnya yang tergeletak di atas meja berbunyi.Ternyata Briptu Sularso.“Ya, halo Larso.”“Selamat siang Pak, Ibu Jelita bersama Bapak?”“Tadi kayaknya keluar Larso, ada apa?”“Saya coba telpon Ibu tapi gak diangkat-angkat.”“Memang ada apa Larso?”“Saya tahu siapa pembunuh Putri….”Dimas yang saat itu sedang minum hampir saja tersedak.“Siapa Larso?”“Pak Dimas tolong tanyakan ke sekretaris Ibu kemana beliau pergi, kita susul.”“Maksudnya?”“Saya jemput Pak Dimas, sekarang!”**************Telepon genggam di dalam tas Jelita kembali bergetar namun karena diletakkan di bangku yang kosong di sebelahnya, ia menjadi tidak tahu.“Jad

  • Kedai Juni & Juli   Bab 61. Ternyata

    Wanita muda itu menatap selembar foto yang ada di tangannya sambil tersenyum. Sesekali ia mengelus wajah seorang wanita separuh baya yang ada di foto itu.“Sebentar lagi semuanya akan selesai Bu….,” kata wanita itu pelan.Ia lalu mengambil sebuah botol kecil berisi cairan bening yang ada di atas meja. Bibirnya kembali tersenyum.“Mereka akan rasakan akibatnya.”Wanita itu lalu tertawa terbahak sambil meletakkan kembali botol itu di atas meja. Terlihat sebuah tulisan di depan botol itu yang ditempel dengan menggunakan kertas berwarna putih. Sianida.***************Kedai Juni & Juli siang hari ini terlihat ramai. Beberapa pengunjung yang berasal dari perkantoran sekitar ruko nampak makan siang di sana. Belum lagi pengunjung lainnya yang memang sengaja datang untuk bersantap dan menikmati hidangan di kedai ini.“Jun, untuk bookingan nanti sore yang acara ulang tahun it

  • Kedai Juni & Juli   Bab 60. Kembali ke Masa Lalu

    Pesta ulang tahun Abah Rudi berlangsung sangat meriah. Meski hanya dihadiri oleh keluarga dekat tapi tidak membuat suasana menjadi kaku dan membosankan. Suara gelak tawa dan canda terus menerus mewarnai pesta itu yang berlangsung dari sore sampai malam hari.Lastri menyewa sebuah villa di kawasan Lembang yang letaknya cukup jauh dari keramaian. Ini merupakan permintaan Abah dengan alasan biar bisa lebih dekat dengan keluarga. Lastri menyanggupi tanpa banyak bertanya.Briptu Sularso hadir di pesta itu tepat waktu. Sambutan yang diberikan keluarganya ketika ia menyapa di depan pintu sungguh luar biasa. Semua berebut memeluk dan menciumnya. Entah karena memang ini pertama kalinya ia bisa datang tepat waktu di acara keluarga atau karena rasa kangen yang sekian lama ditahan.Lastri melongokkan kepalanya di depan pintu sambil melihat ke kanan kiri, seperti mencari-cari. Tidak lama kemudian, senyum merekah di wajahnya.“Masuk Mas, disini kan dingin.”

  • Kedai Juni & Juli   Bab 59. Menguak Fakta

    Kamar kos itu tertata dengan rapi. Meski tidak cukup luas tapi tetap nyaman. Tidak banyak barang yang terdapat di sana, hanya ada sebuah ranjang, lemari baju, meja dan kursi kerja serta sebuah televisi ukuran 19 inch yang terletak di atas rak.Di dinding kamar itu hanya terpasang dua buah foto. Satu foto keluarga dan satu foto si penghuni kamar.Hari hampir menjelang tengah malam tapi si penghuni kamar masih tekun mendengarkan isi rekaman yang telah di dengarnya berulang kali. Sesekali ia mencatat beberapa hal yang dianggapnya penting di sebuah buku kecil.Setelah selesai mencatat, ia merenung sejenak. Mengingat kembali pertemuannya di kedai kopi apartemen Paradise Land bersama dengan Dimas dan Jelita beberapa hari yang lalu.“Siapa Zalma itu Bu?”Jelita memandang Briptu Sularso, berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaannya.“Nama lengkapnya Zalma Duni, mantan istri Cahyo, suami saya.”“Apa yang terjad

  • Kedai Juni & Juli   Bab 58. Viral

    Rani menatap layar di telepon genggamnya dengan serius, matanya mengikuti gerakan seseorang yang sedang menari dengan diiringi lagu menghentak. Sesekali tangan dan bahunya mengikuti gerakan orang tersebut. Setelah dirasa sudah bisa mengingat seluruh gerakan itu, Rani kemudian menutup telepon genggamnya sambil tersenyum. “Kur…!” Seorang laki-laki kurus dengan memakai seragam kemeja berwarna coklat muda dan celana panjang berwarna senada dengan sedikit terburu-buru menghampiri Rani. “Iya Mbak Rani.” “Meja Ibu udah diberesin belum?” “Sudah Bu.” “Meja Bapak?” “Sudah juga Bu.” “Ya udah kalo gitu. Kamu tolong beliin nasi uduk di depan kayak biasa buat saya ya,” kata Rani sambil menyerahkan uang kepada laki-laki itu. “Baik Bu.” Laki-laki yang bernama Okur itu kemudian bergegas pergi. Setelah Okur menghilang dari pandangan matanya, Rani menatap jam di dinding. Baru jam 8 pagi, masih belum ada yang datang

  • Kedai Juni & Juli   Bab 57. Pembukaan Kedai

    Juni menatap papan nama yang tergantung di atas ruko nomor 17A itu dengan rasa haru. Tidak disangka akhirnya ia dan Juli berhasil juga membuka usaha yang selama ini mereka inginkan. Sekilas ia teringat semua yang telah mereka alami selama berada di Bandung. Juni lalu tersenyum kecil. “Woy, bengong aja!” Juni tersentak kaget mendengar sebuah suara yang berteriak nyaring di dekat kupingnya. Ternyata suara Juli yang saat ini sedang berdiri di sebelahnya. “Nama kita bagus juga ya Jul kalau dipasang jadi merek gitu.” Juli menatap papan nama yang bertuliskan Kedai Juni & Juli itu sambil mengangguk. “Kayak berirama gitu ya Jun.” “Irama apaan sih maksudnya?” “Puitis gitu, kan di belakangnya huruf i semua.” “Iya juga….”, ujar Juni, “Nek Zalma, Papa sama Mama udah sampai mana Jul?” “Barusan gue telpon sih masih di jalan katanya.” Mereka berdua kemudian masuk ke dalam ruko yang telah berubah bentuk menjadi sebu

  • Kedai Juni & Juli   Bab 56. Curahan Hati

    Jelita memandang wajah Dimas yang sedang menunduk di hadapannya dengan pandangan tajam. Mereka berdua sedang duduk di luar kedai dengan ditemani dua gelas kopi yang asapnya masih terlihat mengepul.“Mama minta kamu segera tinggalkan Rahadi!” Jelita berkata tegas.Pelan-pelan Dimas mengangkat wajahnya.“Kenapa Ma?” Dimas berkata lirih.“Hubungan kalian itu aib bagi keluarga Kusuma!”“Jadi Mama udah tahu?”“Mama sudah tahu dari dulu.”“Maksud Mama? Dari dulu kapan?”“Pokoknya Mama sudah lama tahu kamu begitu sama Rahadi.”Dimas kembali menundukkan kepalanya. Rasanya ia ingin berteriak dan segera berlari meninggalkan tempat ini.“Mama sengaja diamkan dulu, karena Mama waktu itu pikir ini semua hanya sementara, hanya karena sedang ada masalah sama Amel kamu jadi begitu, tapi ternyata Mama salah…”Dimas menelan

  • Kedai Juni & Juli   Bab 55. Harapan

    Briptu Sularso memandangi foto-foto yang diambil di tempat kejadian perkara di kamar hotel tempat Putri ditusuk dengan seksama. Ia lalu memandang juga foto-foto di kamar kos tempat ditemukannya tubuh Hadi yang bermandikan darah, seperti membandingkan. Keningnya berkerut.“Dua kejadian ini sepertinya saling berhubungan,” gumam Briptu Sularso pelan.Ia teringat kecelakaan yang menimpa Amel. Kecelakaan yang sepertinya disengaja.“Pertama Amel, kemudian Hadi dan sekarang Putri.” Briptu Sularso bergumam kembali sambil tangannya mengambil spidol berwarna biru dan menuliskan beberapa hal di papan tulis putih di belakangnya.Ia menulis kata Amel lalu dilingkari, di bawahnya kata Hadi juga dilingkari, di bawahnya kata Putri juga di beri lingkaran. Setelah menulis tiga kata itu, ia lalu menatap papan tulis itu sebentar kemudian menghela nafas.“Dan sekarang, Amel ditahan karena kepemilikan obat terlarang,” kata Briptu Sula

  • Kedai Juni & Juli   Bab 54. Jalan Soreli

    “Lu tahu dari siapa sih San?” Juni kembali mengulang pertanyaannya.“Emang udah pasti itu alamat Panti Bunda Bernyanyi San?” Juli menyambung pertanyaan Juni dengan rasa penasaran.Lagi-lagi Sandra hanya tersenyum.“Kok senyum-senyum terus sih, kita penasaran nih,” kata Juli sambil memajukan tubuhnya ke depan.“Iya...gue jelasin deh. Waktu Juni cerita soal panti ini, gue inget punya tante yang tinggal di daerah Senen, namanya tante Wenny, jadi, gue tanya aja dan ternyata tante gue itu tahu.”“Wah, gak nyangka ya, untung aja gue cerita ke elu ya San,” ucap Juni dengan wajah sumringah.“Menurut tante lu itu, pantinya masih ada San?”“Dia gak yakin sih kalau pantinya masih ada Jul, soalnya udah lama pindah dari Senen, tapi dia inget alamatnya dimana, itu juga kalau nama jalannya sekarang gak berubah ya.”“Dimana alamatnya?”&ldquo

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status