"Jendral, aku akan membantumu... Bagaimanapun, aku memilih dua keahlian... Jadi tak salah kan?""Tidak bisa! Meski dua pilihan, kamu belum berlatih dibawah bimbinganku, ikut bertahan di tempat ini... Sama saja kamu akan mati?!"SWUUUUUUSH!Tiba tiba sebuah pedang melintas cepat dari arah timur kearah Bintang. Namun insting pertahanan hidupnya telah bergejolak, Bintang melakukan salto kesamping sembari meraih gagang pedang yang hampir menusuk jantungnya itu.Haaap!"Re-reflek sangat cepat!" Jendral Jaka terkejut, dia tersadar, malahan sosok dokter baru itu telah bergerak menuju kearah pertempuran utama!Slaaaash! Slaaaash! Tiiiing! Tiiiing!Bergerak ke arah sumber suara pertempuran, kini dia dapat mencium aroma amis yang menyebar! Bahkan sepatunya telah menginjak genangan darah."Pembantaian ini..." Wajahnya berubah menjadi datar, hingga seorang pria bercadar bergerak menghunuskan pedang kearah Bintang.Merasakan adanya serangan, Bintang mulai mengayunkan pedang ditangannya.CTIIIIIING
Kehilangan lengan, Bintang dapat melihat luka itu diakibatkan oleh sebuah pedang. Luka kulit membiru, tubuh pucat, menggigil, semua itu diakibatkan oleh racun! Dan perban di badan, itu mungkin karena peluru panas. Namun tidak semua prajurit terkena peluru panas. Bintang dapat melihat bahwa dari banyaknya korban perang, mereka hanya terkena racun, dan juga luka diakibatkan oleh sebuah pedang! "Cara perang yang terlalu kuno, namun sangat mematikan..." "Tebakanmu benar, perang di dua negara kali ini tidak melibatkan kontak senjata berat... Kami saling berperang layaknya dimasalalu, hanya kontak senjata tajam, dan serangan kuno lainnya... Apakah melihat ini semua kamu jadi takut?" Apa yang dia takutkan? Hingga setelah tiba di barak utama pelatihan. "Sekarang kamu isi formulir sesuai keinginanmu... Dan setelahnya nanti ada seseorang yang melatihmu sebelum berperang!" Bintang menganggukan kepalanya, dia kembali mengisi formulir yang dia isi. Di formulir itu, terdapat dua ke
"Mungkin ayahku tidak berani melakukan hal seperti ini karena dia menghormati ibuku... Tapi, kedua orang tuaku telah tiada, lantas di hidupku ini, aku hanya menghormati orang yang mau menghormati ku... Eni, enyah dari hadapanku, atau..." Eni keluar dari aula dengan langkah cepat menahan marahnya. Yang pasti, dia hanya berkata, "semoga kamu masih bisa hidup setelah menamparku!" Bintang tak membalasnya, dia menatap pak Diki yang sejak tadi tidak ingin ikut campur urusan keluarga. "Pak Diki, kinerjamu bagus... Tapi jika ada luang kosong, bantu Anya untuk mengelola Asosiasi Pill Naga..." Pak Diki mengangguk, dia segera keluar dari aula pertemuan dengan langkah santai. Setelah kepergian pak Diki, tiba tiba seorang yang begitu familiar memasuki aula. Bintang hanya memijat keningnya untuk beberapa kali. "Setiap duduk disini, banyak sekali yang mencariku..." Dia menggerutu kesal, namun Diana yang mendengarnya mulai mendengus dingin. "Hmppp! Tuan muda, apa kamu tidak ingin menjalani mis
Bintang melakukan aksi yang menarik, setelah menyerap semua gas racun kedalam tubuhnya. Dia mulai membuka mulutnya. Hingga gas racun yang ada didalam tubuhnya keluar menyembur kearah Dewa Racun! "Ka-kamu?!" Dewa Racun mencoba menghindar, hal ini membuat Bintang yang telah mengeluarkan semua racun itu mulai duduk sembari menancapkan beberapa jarum akupuntur ke beberapa titik peredaran darahnya. "Meski semua gas racun terlihat kamu buang... Tapi masih ada beberapa racun itu menempel di mulut, dan hidungmu... Bintang kamu benar benar naif?!" "Naif?" Senyuman tipis mulai terlihat, Bintang mulai mengeluarkan satu Pill berwarna merah darah. "Pill penangkal seribu racun... Pill ini ku bentuk saat aku masih belajar menciptakan beberapa Pill dan tak pernah ku gunakan... Akhirnya kamu berguna juga..." Memejamkan matanya, sontak gas hitam keluar dari pori pori kulitnya. Melihat hal itu, mata Dewa Racun terbelalak! "Ba-bagaimana bisa?!" "Aku berani melawan mu, bearti aku telah memi
Sore harinya. Suasana pengunjung dari belahan provinsi di Negara Amerta mulai berkurang. Ini membuat Bintang bersama orang orangnya bisa menahan nafas mereka sejenak. "A-akhirnya selesai juga!" Awan membersihkan noda keringat di keningnya. Tersenyum tipis, dan dia tahu masih membutuhkan seorang pelayan lagi mulai berkata. "Awan bagaimana biarkan ibumu juga bekerja disini?" "Bolehkah tuan?" Bintang menganggukan kepalanya, hingga Awan dengan cepat kembali ke rumahnya untuk mengabarkan kabar baik ini. Beberapa saat kepergian Awan. Anya datang dengan raut wajah sedikit kesal. "Apa ada yang menyinggungmu?" "Bintang lihatlah..." Dia memberikan hand phone miliknya kepada Bintang. Membaca berita baru, bahwa Asosiasi Pill milik Leon banting harga lebih murah dari harga yang dijual olehnya. Bintang hanya tersenyum tipis, dia berkata. "Akhirnya dia tak tahan untuk bersaing dengan harga... Tapi dia terbiasa hidup mewah, dengan penghasilan menurun. Apa dia akan tetap terus menurunkan ha
Menanggapinya dengan senyuman tipis, tiba tiba Nei memasuki ruangan. Dia melihat ketiga tamu itu memasang muka buruk segera bertanya. "Apa tuan menyinggung mereka?" "Panggil saja namaku, kamu sekarang adalah orang orangku... Dan soal mereka, aku akan bertindak se bagaimana mereka memperlakukanku... Nei, tidak perlu takut pada mereka!" "Baik Bintang!" Nei kembali bekerja, ramainya pengunjung Asosiasi Pill Naga benar benar membuat mereka semua disibukan oleh pekerjaan masing masing! Hingga tak berselang lama. Tiga pria besar, dengan wajah preman memasuki gedung. Mereka berjalan dengan mencondongkan dada mereka sembari menghampiri Awan! "Hei bocah! Aku ingin melihat dan membeli sebuah Pill kecantikan, dan penambah stamina pria... Bisakah kamu melihatkan stampelnya?" "Kakak bertubuh besar, tunggu. Awan akan memberikannya pada kalian!" Awan memberikan dua pill berbeda keatas meja, dan karena ada tamu lain memanggilnya. Awan segera meninggalkan tiga pria besar itu yang kini tersenyu