Share

Bab 456

Tentu saja, lebih bagus ketika Alya tertidur. Dia jauh lebih penurut.

Ketika bangun, dia terlalu sombong dan tak acuh.

Mengingat tatapannya yang tak acuh tadi, dada Rizki masih terasa sakit.

Sejak mereka berdua bertemu hingga sekarang, mereka jarang memiliki momen hangat seperti ini.

Sayangnya, momen ini tidak bertahan lama. Ponsel di dalam saku Alya tiba-tiba berbunyi.

Nada dering yang merdu itu pun bergema di dalam mobil yang sunyi, sehingga Alya segera terbangun.

Tubuh Rizki tiba-tiba menegang.

Tanpa disangka, Alya bahkan tidak membuka matanya. Masih dalam posisi yang sama, Alya mengambil ponselnya dari dalam saku.

Karena dekat, Rizki dapat melihat nama pemanggil di layar ponsel Alya. Yang menelepon adalah Irfan.

Ekspresinya pun menjadi suram.

"Halo."

Alya mendekatkan ponsel tersebut ke telinganya.

Mungkin suaranya terdengar terlalu mengantuk, jadi Irfan di ujung telepon pun terdiam sejenak sebelum bertanya, "Baru bangun tidur? Kamu di mana?"

"Hmm." Alya masih belum bangun sepenuhny
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status