"Ayo cerai, dia sudah kembali."Setelah 2 tahun menikah, Alya Kartika ditinggalkan begitu saja oleh Rizki Saputra.Diam-diam dia meremas hasil pemeriksaan kehamilannya, lalu menghilang tanpa jejak.Siapa sangka, sejak hari itu Rizki menjadi gila dan terus mencari Alya ke mana-mana.Suatu hari, Rizki melihat wanita yang telah lama dicarinya itu. Wanita itu tampak memegang tangan seorang anak kecil dengan bahagia.Rizki berteriak dengan matanya yang memerah, "Anak siapa ini?"
View MoreAkhirnya, Alya tidak membiarkan Irfan mengantarnya kerja. Akan tetapi, dia membolehkan pria itu mengantar anak-anaknya sekolah.Alya pergi ke kantor seorang diri.Karena dia belum punya tempat tinggal permanen, dia pun belum membeli mobil. Lucu juga bila dikatakan bahwa sebagai bos, dia setiap hari pergi ke kantor dengan berdesakan di dalam kereta atau bus. Sementara itu, Angga yang merupakan bawahannya sudah lama membeli skuter.Dalam perjalanan ke kantor, Citra meneleponnya dari seberang lautan."Alya-ku, muah muah. Bagaimana kabarmu belakangan ini? Aku sudah lama nggak meneleponmu. Bagaimana dengan perusahaanmu?"Suara Citra terdengar baik, Alya pun tersenyum dan menjawab dengan lembut, "Nggak buruk, bagaimana kabarmu?""Jangan dibicarakan, aku disiksa oleh bosku. Biar kuberi tahu kamu, Alya, aku sudah hidup selama bertahun-tahun, tapi aku belum pernah melihat seseorang yang dapat memeras pegawainya seperti dia! Sebenarnya bagaimana bisa dia mengeksploitasi pegawainya seperti ini?A
"Hanya untuk mengembalikan jas?"Tidak, Rizki menemukan sebuah kejanggalan. "Katamu, kamu meminjamkannya jasmu saat acara lelang. Acara yang mana?""Masa kamu nggak tahu? Kamu juga hadir di acara itu. Apa? Mungkinkah pada hari itu kalian nggak bertemu?"Rizki terdiam."Kalian sungguh nggak bertemu?""Omong-omong, setelah mengembalikan jasmu, dia berbicara apa lagi denganmu?"Saat ini Felix terdiam untuk sejenak, lalu menjawab, "Rizki, meskipun kita memiliki hubungan bisnis, kita juga teman, 'kan? Tapi bahkan sebagai teman, bisakah kamu nggak mencampuri urusanku? Bahkan kamu juga ingin tahu tentang apa yang dia katakan padaku?"Akan tetapi, Rizki sama sekali tidak peduli dengan argumennya."Jadi kamu mau memberitahuku atau nggak?""Sialan, dasar nggak tahu malu!"Akhirnya di bawah ancaman Rizki, Felix langsung memberi tahu apa yang terjadi kemarin.Setelah menutup telepon, Rizki menatap ponselnya dengan dingin. Tak lama kemudian, dia terpikirkan sesuatu dan tersenyum.Karena urusan beso
Parfum ....Saat air matanya tengah mengalir, Hana seketika menjadi waspada.Selama 5 tahun, kapan bau parfum wanita pernah tercium pada tubuh Rizki?Selain itu, bau parfum ini tidak kuat, bagaikan bau bunga yang terbawa oleh angin. Kalau tidak benar-benar mengendusnya, baunya sama sekali tidak akan tercium.Para wanita di bar tidak akan menyemprotkan parfum dengan bau selemah ini.Ketika tengah tenggelam dalam pikirannya, Hana didorong oleh Rizki. Karena Rizki menggunakan sedikit kekuatan, Hana pun melangkah mundur dengan terhuyung-huyung.Kemudian dia melihat Rizki memelototinya seperti seekor serigala."Jangan sentuh aku!"Ini adalah pertama kalinya Hana melihat Rizki menunjukkan ekspresi semacam ini. Saking ketakutannya, Hana pun membeku di tempat dan tidak berani mendekat lagi.Namun, ketika memikirkan bau parfum tadi, Hana masih merasa tidak rela."Oke, aku nggak akan menyentuhmu. Tapi beri tahu aku, dari mana bau parfum di tubuhmu itu berasal? Nggak apa-apa kalau kamu nggak meny
Sambil berbicara, tatapan tajamnya mendarat pada Cahya.Cahya merasa bersalah dan mengalihkan pandangannya.Dia tahu Rizki pasti meyalahkannya karena membiarkan Hana masuk.Jika ini adalah wanita lain, dia tidak akan membiarkannya masuk begitu saja.Akan tetapi ini adalah Hana. Meskipun tidak ada apa-apa di antara atasannya dan Hana, siapa yang tidak tahu bahwa Hana sudah mengambil hati ibunya Rizki.Di mata orang lain, pernikahan Hana dan Rizki hanyalah masalah waktu.Hana juga mengerti apa maksud dari perkataan Rizki dan merasa agak canggung. Akan tetapi, dia hanya bisa menjelaskan dengan pasrah, "Jangan salahkan Pak Cahya, aku yang memintanya untuk membiarkanku masuk. Aku bilang kalau dia nggak mau, aku akan membuat keributan. Jadi dia nggak punya pilihan lain."Mendengar ini, Rizki terdiam sejenak. Tatapannya jatuh pada wajah Hana."Begitukah?"Hana mengangguk dengan lemah. Sesaat kemudian, Rizki mencibir, "Kamu akan ribut kalau nggak dibiarkan masuk? Hana, sejak kapan kamu jadi se
Alya tidak menyangka hal semacam ini akan terjadi di sekolah.Sebelumnya dia merasa bahwa suasana di sekolah itu bagus, sehingga dia pun menyekolahkan kedua anaknya di situ. Waktu di luar negeri, karena semuanya masih kecil, dia pun tidak memiliki kekhawatiran semacam ini.Namun, sekarang, anak-anaknya perlahan makin besar.Kekurangan dari memiliki orang tua tunggal perlahan akan terlihat di antara teman sekelas mereka.Alya ingat bahwa dirinya juga pernah mengalami situasi seperti ini untuk waktu yang singkat.Ayahnya telah memberikannya banyak kasih sayang.Sebagai nona besar dari Keluarga Kartika yang terpandang, orang-orang itu tidak berani mengejeknya. Sebaliknya, mereka mencoba untuk menyanjungnya karena dia adalah pewaris Keluarga Kartika.Awalnya, Alya senang karena semua orang ingin berteman dengannya. Dia bahkan menganggap dirinya berbeda dari yang lain.Dia kira karena dia memiliki orang tua tunggal, orang-orang akan mengira dia tidak sehat dan tidak mau begitu dekat dengann
Alya melihat jam dan menemukan bahwa hari sudah larut, dia pun menyuruh kedua anaknya untuk tidur. Setelah mengurus beberapa hal, dia mendongak dan melihat bahwa Irfan masih duduk di sofa. Dari gelagatnya, tampaknya pria itu tidak memiliki niat untuk pergi.Sebelum Alya sempat berbicara, Irfan melepas kacamata bingkai emasnya, lalu menatap Alya dan tersenyum. "Tampaknya sekarang sudah cukup larut."Mendengar ini, Alya tanpa sadar mengangguk."Ya, sudah larut.""Hotelku lumayan jauh dari sini, jadi bolehkah malam ini aku menginap? Tentu saja aku akan membayar sewa."Mendengar pria itu ingin membayar sewa, Alya merasa hal ini terlalu berlebihan."Bayar sewa apanya, aslinya kamu yang menyewakan rumah ini pada kami. Lagi pula ini hanya untuk semalam, kamu bisa menginap dengan tenang."Setelah mengatakan itu, Alya langsung berdiri. "Aku akan menyiapkan kamarmu."Irfan pun juga ikut berdiri."Nggak usah, aku akan melakukannya sendiri."Dia mengikuti Alya ke kamar tamu. Karena sekarang cuacan
Karena harus menjemput anak-anak, Alya meninggalkan perusahaannya lebih awal.Namun, saat dia tiba di sekolah, dia masih terlambat 5 menit.Guru sekolah itu memberitahunya bahwa kedua anaknya telah dijemput oleh ayah mereka.Mendengar ini, raut wajah Alya berubah drastis. Suaranya pun tanpa sadar meninggi."Apa katamu? Dijemput ayah mereka?"Dari mana datangnya ayah Maya dan Satya?Jangan-jangan ....Sang guru jelas terkejut oleh suaranya yang tiba-tiba meninggi, guru itu dengan lemah berkata, "O ... orang yang datang bersamamu pada hari pertama pendaftaran anak-anak, mungkinkah dia bukan ayah Maya dan Satya?"Orang yang datang bersama pada hari pertama pendaftaran?Orang yang mereka bicarakan adalah Irfan?Mendengar ini, Alya pun menghela napas lega. Ternyata mereka membicarakan Irfan, dia kira dia sudah ketahuan oleh Rizki."Ada apa? Nona Alya? Kamu kelihatannya nggak enak badan, apakah ... ada masalah?" tanya guru itu dengan ragu.Alya tersadar dari pikirannya, lalu menggelengkan ke
Mendengar kalimat yang terakhir, Angga pun akhirnya merasa lega."Baguslah. Kalau diskusi besok berjalan lancar, kita pasti bisa mendapatkan investasi ini. Kamu sangat pintar dan cerdas."Pintar dan cerdas?Bisakah dia melakukan ini?Alya merasa ... agak terbebani.Alya terpikirkan sesuatu, lalu mengangkat kepalanya dan menatap Angga. "Menurutmu, siapa yang lebih hebat? Felix atau Rizki?"Pertanyaannya membuat Angga tampak bingung."Apa maksudmu, Bos? Kenapa tiba-tiba kamu bertanya seperti ini?""Jawab saja."Angga tidak tahu bagaimana dia harus menjawabnya, karena dia tahu mengenai masa lalu Alya dan Rizki. Jika dia bilang Rizki yang lebih hebat, apakah dia akan membuat Alya marah?"Lagi pula, bagaimanapun juga, Alya adalah bosnya sekarang."Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Alya saat melihat Angga terdiam.Angga mengumpulkan keberaniannya dan berkata, "Aku sedang memikirkan apakah aku harus mengatakan kenyataannya atau mengatakan jawaban yang membuatmu senang."Jawabannya ini sangat
Mendengar kata-kata "berbagi tempat tidur", Felix dan Sarah yang sedang diam-diam menguping pun terbelalak. Mereka menoleh bersamaan dan memandang kedua orang itu, lalu secara bersamaan berseru, "Berbagi tempat tidur??""Apa maksudnya? Kalian pernah tidur bersama??"Sang sopir juga kaget dan langsung menginjak pedal rem, mengakibatkan mobil itu berdecit dengan kencang.Semua orang menatapnya.Sopir tersebut buru-buru mengambil saputangan dari sakunya untuk mengelap keringat di keningnya, lalu memaksakan sebuah senyum dan berkata, "Sampai, sudah sampai."Mendengar ini, Alya pun menyadari bahwa mobil mereka sudah sampai di arena pacuan.Raut wajahnya berubah, dia segera mendorong Felix.Felix juga segera turun dari mobil.Melihat ini, Alya juga bersiap untuk turun. Namun, dia mendengar suara dingin Rizki dari belakang."Setelah bersandar padaku, kamu akan pergi begitu saja?"Alya tidak bisa berkata-kata.Setelah 5 tahun tidak bertemu, pria ini jauh lebih tak tahu malu dibandingkan sebelu
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.