Share

3. RUANG RAHASIA

last update Last Updated: 2025-01-11 15:57:22

 “Hemm ...!” Kedua mata gadis itu hampir terbuka dengan perlahan saat Ilham meletakkan tangan Davira di atas perutnya secara kasar. 

 “Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu.” Setelah mengatakan itu, Ilham berjalan ke arah pintu kamar. Pria itu menoleh ke arah Davira yang kembali memejamkan mata. 

 Sepertinya gadis itu tidak sepenuhnya sadar, buktinya sekarang ia kembali tidur lelap. 

Ilham keluar dari kamar dan menutup kembali pintu kamar Davira. 

Pria itu membuang nafas kasar dengan ekspresi wajah yang terlihat dingin. 

 “Apa Davira belum bangun?” Suara lembut itu membuat Ilham langsung menoleh. 

Ekspresi wajahnya seketika berubah ramah saat melihat Narumi berjalan mendekat ke arahnya. 

 “Belum, Nona. Sepertinya Non Dania kelelahan,” jawab Ilham dengan santun. 

 “Dia memang seperti itu, suka tidur di mobil dan susah dibangunkan.” Narumi tersenyum yang membuat wajahnya semakin terlihat manis. 

 “Baiklah, Nona. Kalau begitu saya pamit ke lantai bawah dulu.” Ilham menundukkan wajahnya saat berpamitan. 

 “Emmm … Ilham,” panggil Narumi secara tiba-tiba yang membuat Ilham langsung menghentikan langkahnya. 

 “Iya, Nona? Ada yang bisa saya bantu?” tanyanya dengan santun. 

 “Tidak, aku cuma … cuma mau bilang, jangan panggil aku Nona. Aku merasa tidak pantas.” Narumi terkekeh pelan.

 “Maksudnya? Non ini adalah putri dari Tuan Darko, jadi sudah seharusnya dipanggil Nona,” tutur Ilhan seolah menyangkal. 

 “Iya tapi … aku merasa tidak cocok. Pelayan di rumah ini lebih sering memanggilku dengan sebutan, Mbak. Jadi, kamu juga sebaiknya jangan memanggil Nona,” balas Narumi yang membuat dahi Ilhan terlihat mengerut. 

 Ini memang terdengar aneh. 

 “Lalu, apa saya juga harus memanggil, Mbak?” tanya Ilhan dengan ragu. 

 “Manggil nama saja juga tidak apa-apa.” Narumi tersenyum manis, kulit wajahnya sedikit merona. 

 “Tidak, saya merasa sangat lancang jika hanya memanggil nama. Saya akan tetap memanggil, Nona.” Ilham berbicara dengan nada yang terdengar santun. 

 “Kamu bebal juga ya.” Narumi terkekeh. 

 “Ini sebagai rasa hormat saya. Kalau begitu, saya permisi dulu, Nona.” Ilham menunduk. Setelah itu, ia melanjutkan langkahnya dan meninggalkan Narumi yang masih berdiri sambil menatap punggung tegapnya.

***

Beberapa pelayan sedang sibuk menyiapkan makan malam untuk semua anggota keluarga. 

Meja makan di ruangan itu sudah dipenuhi  hidangan yang siap disantap oleh semua anggota keluarga. 

Davira menuruni anak tangga dengan malas, langkah kakinya sengaja dihentakkan ke atas lantai sampai menimbulkan bunyi yang cukup nyaring. 

“Siapa yang menciptakan makan malam? Kenapa harus makan setiap malam begini?” gerutu gadis itu dengan wajah kesal. 

Ia sedang asik melakukan panggilan vidio call dengan kekasihnya, tetapi seorang pelayan memanggilnya untuk makan malam atas perintah tuan Darko. 

“Dasar tidak bersyukur! Masih untung kamu bisa makan!” balas seorang pria yang berusia sekitar dua puluh tujuh tahun. 

Pria tampan bertubuh atletis itu adalah Zein, putra kedua tuan Darko yang disebut-sebut akan menjadi ahli waris perusahaan. 

“Sewot amat! Nanti gak dapat jodoh,” balas Davira sambil menatap kesal ke arah kakaknya. 

“Kamu tahu visual omonganmu itu seperti apa? Seperti angin yang keluar dari lobang belakang,” celetuk pria itu yang membuat wajah adiknya semakin berubah kesal. 

“Kentut dong?” Davira menatap kesal ke arah kakaknya. 

“Pintar!” Zein menoyor pelan kepala adiknya sambil berjalan ke arah ruang makan. 

“Kak Zein terkutuk! Aku doakan jodohnya cewek kampung!” teriak Davira yang menggelegar di dalam rumah mewah itu. 

Davira menoleh ke arah kanan, di sana ada Ilham yang sedang berdiri sambil memperhatikannya. 

“Apa lo lihat-lihat?” sergahnya dengan ketus. 

“Apa ada larangan untuk melihat?” Ilham berkata dengan wajah datar. 

“Iya, gak boleh lihatin lama-lama. Tar lo naksir sama gue. Kan berabe, gue gak suka cowok kampungan!” Davira mengibaskan rambutnya dengan angkuh. 

“Davira, jangan terlalu angkuh!” tegur tuan Darko yang tak sengaja mendengar ucapan putrinya. 

“Papa kenapa belain dia?” Gadis itu menunjuk dengan kesal ke arah Ilham. 

“Papa bukan belain, Papa hanya ingin kamu bersikap baik. Ayo kita makan, Ilham ayo!” ajak tuan Darko kepada pria itu. 

“Wait! Papa ajak dia? Sejak kapan sopir bisa makan bareng majikannya?” Lagi-lagi Davira terdengar sombong. 

“Lagian, kenapa dia masih ada di rumah ini? Memangnya dia gak punya rumah apa?” sambung Davira lagi, sepertinya gadis itu sengaja bersikap seperti tadi, agar Ilham merasa tak nyaman dan memutuskan untuk berhenti bekerja sebagai bodyguard sekaligus sopir pribadinya. 

“Davira, Ilham ini anaknya Pak Sanusi. Papa sudah menganggap Pak Sanusi sebagai keluarga kita sendiri, karena Pak Sanusi banyak berjasa dalam keluarga kita,” tutur tuan Darko yang membuat Dania hanya mendelik kesal. 

“Ya udah, terserah Papa, asal dia jangan tidur di kamar aku aja.” Gadis itu menghentakkan kaki dan melanjutkan langkah menuju ruang makan. 

Ilham hanya terdiam, tetapi sorot mata pria itu menatap penuh arti ke arah Davira. 

“Ilham, maafkan sikap Davira ya. Mungkin dulu saya terlalu memanjakannya, karena Davira ditinggalkan ibunya sejak kecil, makanya dia menjadi seperti itu,” tutur tuan Darko kepada Ilham. 

“Baik, Tuan. Tidak masalah,” pria itu menunduk. 

Ilham ikut gabung di ruang makan bersama anggota keluarga majikannya. 

Pria itu duduk pada kursi yang berhadapan dengan Dania. 

“Pah, besok aku pinjam kunci gudang ya, mau menyimpan barang-barang yang udah gak kepake,” ucap Zen di sela-sela kegiatan makan mereka. 

“Boleh, tapi awas kamu jangan sampai membuka ruangan yang sebelah.” Wajah tuan Darko terlihat serius. 

Ilham langsung menoleh ke arah pria paruh baya itu. 

Namun, tak lama kemudian ia segera menundukkan wajahnya agar tidak terkesan sedang menatap dalam-dalam. 

“Ruangan apa, Pah?” tanya Davira penasaran. 

“Emmm … itu ruangan tempat penyimpanan barang-barang bekas kantor. Jangan sampai dibuka, karena takut ada yang hilang,” jawab tuan Darko. 

Namun, entah kenapa nada bicaranya terdengar ragu. 

Ilham kembali menatap sekilas ke arah pria paruh baya itu. Ia seolah sedang menganalisa raut wajah tuan Darko yang terlihat berbeda saat menjawab pertanyaan dari putrinya tadi. 

“Oh, kirain ada harta Karun,” celetuk Davira sambil kembali melanjutkan kegiatan makan malamnya. 

Ilham terdiam dengan wajah menunduk, namun kedua sorot matanya menatap tajam ke arah sendok dan garpu yang sedang berada dalam genggamannya. 

Entah apa yang kini sedang ada di pikiran pria itu, yang jelas raut wajahnya berubah saat tuan Darko menyebutkan sebuah ruangan yang tidak boleh dibuka di dalam rumah mewah itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kehangatan Bodyguardku    14. Dibonceng Ilham

    “Hmm … sudah Nona, ayo cepetan naik! Nanti telat, gimana? Nanti saya jelaskan di jalan, ini motor siapa. Ayo naik Nona! Biar saya bisa kebut,” ajak Ilham seraya menyerahkan sebuah helm ke arah gadis itu. “Iya-iya, sok ngatur banget lo!” Davira mengambil helm itu dan segera memakainya. Namun, ia merasa kesulitan saat mengancingkan pengait helm tersebut. Ilham yang melihat itu, segera mengulurkan tangannya. Tanpa berbicara, pria itu membantu Davira mengancingkan pengait helm tersebut. Davira yang mendapatkan perlakuan seperti itu dari Ilham, hanya terdiam dengan wajah kaget. Bahkan, kedua bibirnya sampai menganga. Ia memperhatikan wajah Ilham yang terlihat sangat tampan dan manis dari jarak dekat. “Sudah, ayo naik, Nona!” ucap Ilham setelah selesai mengancingkan pengait helm yang dikenakan oleh Davira. Pria itu segera naik ke atas motornya, namun Davira masih terdiam mematung. “Non, Davira!” panggil Ilham seraya menoleh ke arah gadis itu. “I-iya, sabar dulu napa!” balas

  • Kehangatan Bodyguardku    13. Motor Ilham

    Sementara di rumah kecilnya, Ardi mantan suami Narumi hanya bisa menyesal setelah satu tahun lalu bercerai dengan Narumi. Uang yang dia simpan dari hasil mencuri dan membohongi Narumi dulu, kini sudah menipis. Bahkan, saat ini dia sudah tak bisa lagi pergi ke club malam untuk bersenang-senang dengan wanita langganannya. “Brengsek!! Gimana gue bisa seneng-seneng kalau begini terus? Mana si Narumi sudah tiga kali nolak gue ajak rujuk. Gue harus bisa deketin Narumi lagi. Kalau perlu, gue bikin dia hamil aja ya biar mau balikan sama gue. Tapi gimana caranya gue bisa ketemu dia. Apa gue samperin aja ya dia ke rumahnya?”Pria bertubuh tinggi dan kekar itu nampak berpikir. Jari telunjuk kirinya ia letakkan di dagu sambil digerak-gerakkan. Telapak tangan kanannya ia masukkan ke dalam saku celana. Sepertinya, Ardi sedang benar-benar berpikir keras untuk menyusul rencana yang matang untuk mendekati sang mantan istri. “Tapi, gue harus berlagak kaya dulu. Gue akan sewa mobil rental saja pas

  • Kehangatan Bodyguardku    12. Perempuan Bayaran

    Kedua mata Davira terbuka lebar saat melihat orang membekapnya. Pria bertubuh kekar yang membekap mulutnya itu adalah Ilham sang bodyguard. Davira masih terdiam di dekapan Ilham, matanya seperti terhipnotis ketika melihat ketampanan pria itu dari jarak dekat. Aroma mint dari hembusan nafas Ilham bisa Davira hirup dari pria itu. Dan anehnya davira mendapatkan rasa nyaman dan tenang. Terlebih lagi, ketika kedua lengan kekar Ilham mendepak tubuhnya. Davida merasakan kehangatan yang sebelumnya tidak pernah ia dapatkan dari orang lain. Bahkan, ia tak mendapatkan rasa hangat dan nyaman itu dari sosok Reyno, seorang pria yang telah lama menjalin kasih dengannya. Davira sedikit menengadahkan kepala untuk melihat ke arah wajah Ilham. Jantungnya semakin berdetak kencang, ini pertama kalinya ia berada pada jarak yang sangat dekat dengan pria itu. Padahal, biasanya Davira selalu berlagak ketus, jangankan didekati seperti sekarang, mendengar Ilham berbicara saja, ia sudah merasa kesal. Namu

  • Kehangatan Bodyguardku    11. Seseorang

    Di bioskop, teman-teman Davira baru saja menyelesaikan tontonan film yang mereka lihat tadi.Meskipun sempat ada kejadian yang cukup tragis, namun keempat gadis itu tetap melanjutkan tontonannya.Karena mereka sudah terlanjur membeli tiket, terlebih lagi Davira juga sudah dibawa pulang pulang oleh bodyguardnya.Jadi, Gretha, Alida, Renata, dan Irene merasa lega.“Eh, si Vira gimana ya? Dia udah sampe rumah belum?” tanya Irene ketika mereka berjalan keluar dari bioskop.“Gak tau, dari tadi wa gue gak dibalas,” jawab Alida.“Jangan-jangan si Vira dibawa kabur sama bodyguardnya itu. Siapa namanya? Gue lupa,” tumpal Renata dengan wajah bingung.“Ilham, namanya Ilham,” jawab Gretha.“Iya itu, lupa banget gue. Padahal orang ganteng kalem. Tapi, biasanya yang kayak gitu anteng di ranjang. Ahay ….” Renata tertawa sendiri di akhir kalimatnya.“Sok tahu lo, kayak yang udah pernah aja!” Irend menoyor pelan kepala sahabatnya.“Emang gue udah pernah.” Renata menjawab sambil mengibaskan rambutnya.

  • Kehangatan Bodyguardku    10. Kegilaan Reyno

    Sementara di kamarnya, Davira menangis sambil tengkurap. Gadis itu benar-benar merasa malam ini mengalami dua hal yang membuatnya sesak. Kejadian pelecehan di bioskop dan ketika di jalan tadi. Rasanya kali ini raganya bener-bener capek dan lelah. Pikiran gadis itu ikut kacau balau tak tentu arah. Hidup tanpa seorang ibu di sisinya membuat Davira merasa sendiri dan kesepian. Namun, ia juga tak ingin ayahnya menikah lagi. Sejak dulu, Davira selalu melarang tuan Darko untuk menikah lagi. Karena Davira takut ibunya merasa sakit hati dan terluka, meskipun sang ibu sudah tak ada di dunia ini. Davira meminta ayahnya untuk tetap setia kepada sang ibu, meskipun sudah beda tempat. “Aaaa … gue benci … gue benci lo, Reyno! Gue benci lo. Kenapa lo lakuin ini ke gue? Kenapa, Reyno? ….” Davira memukul bantal untuk melampiaskan segala emosinya. Gadis itu menangis sendiri, meskipun ia memiliki seorang kakak perempuan, tetapi Davira tidak pernah mencurahkan isi hatinya kepada Narumi. Ent

  • Kehangatan Bodyguardku    9. Ngambek

    “Itu … itu kan Reyno? Kok bisa dia malah asik boncengan sama cewe lain sih? Dasar Reyno, bajingan juga kamu ya! Kamu tinggalin aku di bioskop sendiri dan hampir dilecehkan orang. Bajingan kamu Reyno. Kamu malah boncengin cewek sambil pelukan mesra gitu. Awas kamu Reyno … awas kamu!!” teriak Davira di dalam mobil.Gadis itu mengepalkan tangannya seolah siap melemparkan bogeman keras pada wajah kekasihnya.Ilham hanya diam membisu ketika mendengar teriakan Davira. Bahkan segala umpatan dan sumpah serapah pun Davira ucapkan untuk sang pacar. Ilham tak berani ikut campur sedikitpun. Diam adalah hal paling aman yang ia lakukan saat ini.Sepanjang perjalanan, Davira terus-terusan mengoceh dan memberikan umpatan untuk Reyno. "Dasar bajingan lo Rey! Awas aja lo, gue mau putus sama lo! Pokonya mau lo bujuk gue bawa bunga sama kebonnya juga gue gak akan mau. Gue beneran muak sama lo, Rey! Lo kenapa kayak gini ke gue? Gue sakit hati sama lo, Rey. Gue benci lo ... gue benci lo sebenci-bencinya .

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status