Beranda / Romansa / Kehangatan Bodyguardku / 4. PERHATIAN NARUMI

Share

4. PERHATIAN NARUMI

Penulis: Ainulmardhiah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 12:49:28

Mereka melanjutkan makan malam dengan keheningan. 

Hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan garpu saja. 

“Mau nambah lagi ayamnya, Ilham?” tanya Narumi secara tiba-tiba di tengah keheningan. 

Sontak semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Davira yang seketika menatap heran ke arah sang kakak. 

Sementara tuan Darko kembali melanjutkan makan malamnya tanpa berbicara. 

“Perhatian banget, Kak. Sama adiknya sendiri aja gak perhatian kayak gitu,” celetuk Davira dengan mata yang melirik sinis ke arah Ilham. 

“Kalau kamu ‘kan bisa ambil sendiri, Davira,” balas Narumi dengan nada bicara yang terdengar lemah lembut. 

Sangat berbeda jauh dengan Davira yang lebih bar-bar dan terkadang berbicara dengan nada tinggi. 

“Lah, emang si Ilham gak punya tangan apa? Sampai gak bisa ambil makanan sendiri,” protes Davira lagi. 

Sementara Ilham yang menjadi topik pembicaraan kedua wanita itu, hanya terdiam dan fokus pada makanannya. 

“Davira, Narumi, sudah, jangan berdebat di ruang makan. Kalian lanjutkan saja ya makannya, Papa sudah selesai,” ucap tuan Darko setelah meneguk segelas air minum. 

Pria paruh baya itu bangkit dari duduknya dan segera melangkah meninggalkan ruang makan beserta anak-anaknya. 

Setelah tuan Darko berjalan meninggalkan meja makan dan menuju ruangan khusus yang tak boleh dimasuki siapapun itu, kini dimeja makan itu nampak sepi dan lengang.

Davira dan Ilham terlihat saling diam tanpa ada yang bicara sepatah katapun. Yang ada hanya suara hembusan nafas yang kasar dari Davira.

 “Huhhh … Eh, Ilham!” Davira membuang nafas kasar lalu memanggil pria yang kini sedang duduk di hadapannya. 

“Iya, Nona,” jawab Ilham dengan santun. 

“Gue heran sama lo, kenapa sih lo main terima saja kerjaan dari bokap gue? Lagian lo itu masih muda dan gue yakin banyak yang lo cita-citakan? Kenapa gak lo kejar saja itu cita-cita dari pada kerja gak jelas jadi bodyguard gini,” cerocos Davira dengan kedua yang menatap kesal ke arah pria itu. 

“Maaf, Nona tapi menurut saya pekerjaan saya ini jelas. Karena sebagai anak sopir kerja apa saja tak jadi masalah buat saya. Yang penting saya kerja, bisa makan dan bantu orang tua. Hmm ya itu saja sudah lebih dari cukup untuk orang miskin seperti saya ini. Nona kan anak orang kaya, jadi ya pasti beda kalau milih kerja. Nona memiliki dan mempunyai apa saja yang Nona mau. Jadi ya tidak perlu susah payah kayak orang miskin,” balas Ilham panjang lebar. 

Hal tersebut membuat Narumi semakin menatap dalam ke arahnya. 

Sementara Zein yang memang tak suka banyak bicara, hanya diam sambil menikmati makan malamnya. 

Ilham seolah tak menyadari kalau saat ini Narumi sedang memperhatikannya dengan tatapan seperti orang yang sedang mengagumi. 

“Sudah, diam lo! Gue gak nyuruh lo bicara, jadi jangan banyak bicara juga lo di hadapan gue, ngerti lo!” Davira membanting sendoknya ke atas piring dan berlalu meninggalkan Ilham di ruang makan.

Tak hanya Davira yang meninggalkan rumah makan, Zein yang juga sudah menyelesaikan makan malamnya, ikut meninggalkan ruangan itu tanpa banyak bicara. 

Kini, hanya tinggal Ilham dan Narumi saja yang berada di sana. 

“Emmm … Ilham,” panggil Narumi sedikit pelan. 

“Iya, Nona.” Ilham langsung menoleh ke arah wanita itu. 

“Kita lanjutkan saja ya makan malamnya, jangan dengarkan ucapan Davira tadi, dia memang seperti itu. Juteknya minta ampun. Lebih baik, sekarang kita lanjut makan lagi ya. Ini aku tambahkan ayam buat kamu.” Narumi langsung meletakkan sepotong ayam goreng di atas piring Ilham. 

Ilham yang tadinya ingin menyelesaikan makan malamnya, kini seolah tak dapat menolak dan terpaksa melanjutkan makan malam walaupun hanya berdua dengan Narrumi. 

Wanita itu tersenyum manis padanya, Narumi memang terlihat manis dan anggun dibanding Davira. 

Terlebih lagi, tutur kata wanita itu sangat lembut. 

Namun, Ilham sama sekali tak membalas tatapan Narumi. 

Pria itu hanya menunduk sambil melanjutkan makannya. 

Entah karena rasa hormatnya kepada sang majikan, atau bagaimana, yang jelas Ilham sama sekali tak menatap ke arah Narumi. 

Walaupun sedari tadi wanita yang memiliki status single parent itu menatapnya sambil sesekali menarik kedua sudut bibirnya dan tersenyum manis. 

***

   Di ruang rahasia, di sebuah kamar yang tak boleh dimasuki oleh siapapun. Tuan Darko tersenyum licik memandang sebuah foto di figura yang ditutupi oleh kain. 

Dengan raut wajah yang sombong dan sifat liciknya, tuan Darko berbicara kepada foto itu. 

Tuan Darko yang memang mempunyai sifat licik, serakah dan tidak pernah puas dengan hasil yang dia capai selama ini.

Dari kecil, remaja hingga dewasa, tuan Darko dididik dengan cara yang salah oleh orang tuanya. Sifat serakah dan licik yang memang sudah menjadi bawaan karena pembentukan karakter. 

    Merampas dan membunuh adalah sesuatu yang biasa dilihat dari kecil. Sebagai seorang anak dari pimpinan gank besar mafia, tuan Darko sudah terbiasa berbuat semaunya. 

  Bahkan, setelah orang tuanya meninggal pun gank mafia besar ini diteruskan oleh tuan Darko sebagai putra tunggal dari keluarga Pramana.

  Kedua bibirnya tersenyum licik dan mengumpat dengan kata kata kotor, tuan Darko berbicara pada foto yang ia tatap. 

Tatapan yang sangat tajam penuh dendam dan permusuhan. Hingga pada akhirnya dia tertawa terbahak-bahak. Entahlah siapa sebenarnya sosok di foto yang dia pandangi tersebut. Tetapi yang jelas dia adalah orang yang sangat berpengaruh dalam hidup tuan Darko di masa lalu.

 Selesai menatap foto itu dengan puas, pria paruh baya tersebut kembali menutup foto itu dengan kain dan menyimpannya kembali di samping lemari. Tempat yang cukup tersembunyi. 

Sementara di ruang tivi, Davira tampak bolak-balik melihat layar HP-nya yang sepi dari notif. Dia berharap seseorang yang dicintainya mengirim pesan dan mengajak keluar. 

 “Huft … sepi amat sih ini hp, pada kemana semua ya heran gue? Gak pacar gue, gak temen gue, semua pada menghilang bak ditelan bumi aja.” Davira berbicara ngedumel sendiri sambil gonta-ganti channel tv. 

     Hingga akhirnya ada notif wa dari kekasihnya yang membuat gadis itu langsung berbinar. Dengan bibir tersenyum manis, Davira membuka wa dari kekasihnya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kehangatan Bodyguardku    5. KE BIOSKOP

    Bub: Malam my Baby, kamu lagi apa sekarang? Keluar yuk kita nonton. Aku jemput atau kita ketemuan di lokasi, Baby? Notif wa dari Reyno sang kekasih.Dengan semangat dan senyuman indah yang bisa membuat siapapun yang melihatnya terpesona, Davira membalas wa dari Reyno. Davira: Malam juga, Bub, kamu kemana aja sih kok baru wa? Aku nunggu kamu tahu, Bub. Mmm … kita langsung ketemuan di tempat nongkrong aja ya, Bub, aku otw sekarang.(Send to: my Bub) Setelah selesai membalas pesan dari Reyno, Davira segera beranjak dari ruang tivi dan menuju kamarnya. Hal itu tentunya tak lepas dari pantauan Ilham sang bodyguard. Dengan mata sebelah sedikit menyipit, Ilham menatap Davira yang beranjak dari duduknya dan menuju kamar gadis itu. “Hemmm … kenapa dia? Mau kemana dia? Sepertinya mau pergi kalau dilihat dari gelagatnya. Aku ikuti dia kemanapun dia pergi.” Ilham berbicara dalam batinnya. Di dalam kamar, Davira bersenandung kecil sambil berganti baju. Dengan wajah yang cantik, kul

  • Kehangatan Bodyguardku    4. PERHATIAN NARUMI

    Mereka melanjutkan makan malam dengan keheningan. Hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan garpu saja. “Mau nambah lagi ayamnya, Ilham?” tanya Narumi secara tiba-tiba di tengah keheningan. Sontak semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Davira yang seketika menatap heran ke arah sang kakak. Sementara tuan Darko kembali melanjutkan makan malamnya tanpa berbicara. “Perhatian banget, Kak. Sama adiknya sendiri aja gak perhatian kayak gitu,” celetuk Davira dengan mata yang melirik sinis ke arah Ilham. “Kalau kamu ‘kan bisa ambil sendiri, Davira,” balas Narumi dengan nada bicara yang terdengar lemah lembut. Sangat berbeda jauh dengan Davira yang lebih bar-bar dan terkadang berbicara dengan nada tinggi. “Lah, emang si Ilham gak punya tangan apa? Sampai gak bisa ambil makanan sendiri,” protes Davira lagi. Sementara Ilham yang menjadi topik pembicaraan kedua wanita itu, hanya terdiam dan fokus pada makanannya. “Davira, Narumi, sudah, jangan berdebat di ruang makan. Kalian la

  • Kehangatan Bodyguardku    3. RUANG RAHASIA

    “Hemm ...!” Kedua mata gadis itu hampir terbuka dengan perlahan saat Ilham meletakkan tangan Davira di atas perutnya secara kasar. “Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu.” Setelah mengatakan itu, Ilham berjalan ke arah pintu kamar. Pria itu menoleh ke arah Davira yang kembali memejamkan mata. Sepertinya gadis itu tidak sepenuhnya sadar, buktinya sekarang ia kembali tidur lelap. Ilham keluar dari kamar dan menutup kembali pintu kamar Davira. Pria itu membuang nafas kasar dengan ekspresi wajah yang terlihat dingin. “Apa Davira belum bangun?” Suara lembut itu membuat Ilham langsung menoleh. Ekspresi wajahnya seketika berubah ramah saat melihat Narumi berjalan mendekat ke arahnya. “Belum, Nona. Sepertinya Non Dania kelelahan,” jawab Ilham dengan santun. “Dia memang seperti itu, suka tidur di mobil dan susah dibangunkan.” Narumi tersenyum yang membuat wajahnya semakin terlihat manis. “Baiklah, Nona. Kalau begitu saya pamit ke lantai bawah dulu.” Ilham menundukkan wajahnya s

  • Kehangatan Bodyguardku    2. JARAK DEKAT

    Ilham menunggu Davira sampai majikannya itu menyelesaikan jam pelajaran. Setelah jam pelajaran selesai, hampir semua mahasiswa keluar dari kampus yang termasuk ke dalam universitas favorit di kota itu. Tak semua orang bisa masuk ke sana, karena selain elit, untuk berkuliah di sana juga membutuhkan buaya yang fantastis. “Silahkan, Nona!” ucap pria bertubuh tegap itu seraya membukakan pintu mobil untuk sang majikan. “Lo pulang duluan aja ya, gua mau nongkrong dulu sama teman gue,” tolak Davira yang datang bersama dengan Reyno dan juga dua gadis yang sepertinya adalah sahabat gadis itu. “Mohon maaf, Nona. Tapi saya harus menjalankan tugas.” Ilham membantah dengan halus. “Ck … tinggal lo bilang aja sama Papa kalau gue nongkrong dulu, biasanya juga gitu. Tar gue pulang diantar si Gretha dan Alda. Bokap udah tahu kok sama mereka.” Dania berkata dengan santai, gadis itu menunjuk ke arah dua gadis yang berdiri di sampingnya. Davira menggandeng lengan Rey yang sedari tadi sedang menata

  • Kehangatan Bodyguardku    1. BODYGUARD BARU

    “What! Bodyguard?” pekik seorang gadis cantik yang mengenakan dress sebatas lutut.Gadis berambut sebatas bahu dan berkulit putih itu bernama Davira Prameswari, putri bungsu dari Darko Pramana, seorang pengusaha sukses di kota itu.“Davira, sekarang kamu tidak bisa menolak lagi, keputusan Papa sudah bulat. Mulai sekarang, Ilham akan menjadi bodyguard sekaligus sopir pribadi kamu!” Seorang pria paruh baya yang mengenakan jas hitam mengkilap menunjuk ke arah seorang pria yang berdiri tak jauh dari sana.Davira langsung menatap ke arah pria bernama Ilham yang kini sedang menundukkan wajahnya.Gadis itu seolah memperhatikan pria berkulit hitam manis tersebut dari atas sampai bawah.“Yang bener aja? Masa bodyguard modelan kek tukang cilok begini?” celetuk gadis itu yang diiringi tawa mengejek.Sementara Ilham masih menundukkan wajahnya, pria itu seolah menunduk patuh kepada sang majikan.“Davira! Jangan lancang kamu ya! Dia ini anak Pak Sanusi, mantan sopir pribadi Papa. Pokoknya, mulai se

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status