Share

5. KE BIOSKOP

Penulis: Ainulmardhiah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-12 13:04:58

Bub: Malam my Baby, kamu lagi apa sekarang? Keluar yuk kita nonton. Aku jemput atau kita ketemuan di lokasi, Baby? 

Notif wa dari Reyno sang kekasih.

Dengan semangat dan senyuman indah yang bisa membuat siapapun yang  melihatnya terpesona, Davira membalas wa dari Reyno. 

Davira: Malam juga, Bub, kamu kemana aja sih kok baru wa? Aku nunggu kamu tahu, Bub. Mmm … kita langsung ketemuan di tempat nongkrong aja ya, Bub, aku otw sekarang.

(Send to: my Bub)

 Setelah selesai membalas pesan dari Reyno, Davira segera beranjak dari ruang tivi dan menuju kamarnya. 

   Hal itu tentunya tak lepas dari pantauan Ilham sang bodyguard. Dengan mata sebelah sedikit menyipit, Ilham menatap Davira yang beranjak dari duduknya dan menuju kamar gadis itu.

  “Hemmm … kenapa dia? Mau kemana dia? Sepertinya mau pergi kalau dilihat dari gelagatnya. Aku ikuti dia kemanapun dia pergi.” Ilham berbicara dalam batinnya.

      Di dalam kamar, Davira bersenandung kecil sambil berganti baju. Dengan wajah yang cantik, kulit putih, body yang sempurna, semakin menjadikan Davira sosok yang dikagumi dan dikejar banyak pria. 

“Oke, sempurna deh … saatnya let's go!” Davira berbicara sendiri didepan cermin.

Sambil memperhatikan tubuhnya dari pantulan cermin berukuran besar itu. 

  Selesai berganti baju Davira segera menginjakkan kakinya keluar kamar. Dandanan yang sederhana namun tetap terlihat pas di tubuh indahnya.

 “Heh, sini lu!” Davira memanggil Ilham yang duduk di ruang tivi. 

  Merasa ada yang memanggil, Ilham langsung menoleh. Dan benar saja sang nona sedang berdiri dengan cantik tak jauh darinya. 

Mata Ilham sempat tak berkedip melihat pemandangan gratis di depannya. 

‘Wow, lumayan cantik dan seksi juga wanita ini.’ Ilham bicara dalam batinnya, namun kedua sudut bibirnya tersenyum manis.

  “Heh, kok lo malah bengong sih anjir? Gue manggil lu ini, lo budek ya? Bikin kesel aja.” Davira sedikit sewot karena Ilham tidak merespon panggilannya, tapi pria itu malah diam dengan wajah bengong.

   Mendapatkan bentakan dari sang nona, Ilham langsung tersadar dari lamunannya. 

“Eh … eh … iya, Nona saya minta maaf Nona, tadi saya kurang dengar panggilan dari Nona. Iya, Nona ada yang bisa saya bantu atau saya lakukan untuk Nona?” Ilham kembali bersikap seperti biasa.  

“Lo anterin gue nongkrong dan ingat nanti pas di sala jangan bikin gue kesel, paham lo?! Bentar gue mau pamit sama bokap gue dulu. Lo tunggu disini.” Davira melangkah menuju kamar papanya alias tuan Darko.

       Setelah mengetuk pintu kamar sebanyak tiga kali dan terdengar suara dari dalam kamar untuk menyuruhnya masuk, Davira segera membuka pintu kamar papanya dan masuk.

      Gadis itu melangkahkan kakinya mendekati sang ayah. 

“Hay, Papa ….” Dengan sedikit manja, Davira menyapa tuan Darko. 

“Hmm … Papa, Davira ijin mau nongkrong ya, Pah, dikawal juga nggak papa kok biar Davira aman kan. Ya Papa yaa ….” rengek gadis itu sambil mengedipkan matanya sebelah, berharap mendapatkan izin dari sang ayah.

  “Memangnya kamu mau kemana, Sayang? Malam-malam begini juga? Anak perempuan kok keluar malam malam, kan kata orang Jawa ora apik kluyuran bengi itu?” Tuan Darko berusaha berbicara kalem kepada putri bungsunya.

 “Yaelah Papa, ini kan zaman modern, Pah. Kok masih aja berasa hidup di zaman Siti Nurbaya dan datuk Maringgih sih. Ayolah Papa … Davira mau nonton sama Reyno, Pah. Boleh ya Papa … yaa?” Davira terus bersikap manja kepada sang ayah. 

   “Hmm … iya pergilah, tapi ingat ya jangan pulang pagi lagi atau selamanya Papa gak akan kasih izin buat keluar malam, paham kamu, Davira!” Tuan Darko menggertak anak ketiganya ini yang memang sangat bandel.

   “Iya … iya Davira paham kok, Pah.” Dengan pasrah, Davira menjawab ucapan papanya. 

“Ya sudah, Davira pergi dulu ya, Pah, bye Papa!” 

Cup! 

Davira mengecup pipi ayahnya, kemudian melenggang keluar dari kamar tersebut. 

       Melihat tingkah polah putrinya, Tuan Darko hanya bisa geleng-geleng kepala saja.

  Pada saat berjalan keluar dari kamar ayahnya, Davira berpapasan dengan Narumi, kakak perempuannya. 

Narumi memang selalu berpakaian vulgar dan terbuka. Sehingga bisa terlihat jelas bentuk tubuhnya yang ramping, seksi, plus dada yang montok itu.

   “Mau kemana kamu, Dania malam malam begini kok berpakaian seperti itu?” tanya Narumi dengan sedikit curiga kepada adiknya.

   “Aduhhh … kenapa sih kak kok banyak tanya gitu? Sudah ya kak kamu kaga usah ngurusin hidup aku. Urus tuh hidup kamu sendiri!” Selesai menjawab pertanyaan kakaknya, Dania segera berjalan keluar menuju mobil.   

   “Selamat malam, Nona! Mari silahkan masuk!” Ilham yang memang sudah mempersiapkan mobil untuk sang nona, sedikit membungkuk dan membukakan pintu mobil untuk majikannya. 

    “Hemmm … gercep juga cara kerja lu. Good!” puji Davira kepada Ilham sambil mengacungkan jempolnya. Dan segera  masuk ke dalam mobil dan duduk dengan nyaman.

      Mendapat sedikit pujian dari majikannya, Ilham memperlihatkan senyum manisnya hingga nampak gigi putihnya. “Terimakasih Nona, maaf ini kita mau kemana, Nona?” tanya pria itu dengan santun. 

 “Ke mall xxx di jalan xxx. Oh iya, nanti lu nunggu gue di dalam mobil saja ya. Gue mau kencan dan nonton sama pacar gue. Nggak asik dong kalau lu ngintilin gue kayak gantungan kunci.” Davira bicara sambil melihat ke arah Ilham.

  “Mohon maaf Nona, tapi atas perintah tuan Darko saya harus mengikuti kemanapun Nona Davira pergi. Jadi saya mohon maaf, saya juga akan mengikuti kemanapun Nona berada,” jawab Ilham dengan sopan.

Ilham tak membalas sedikitpun ocehan Davira, ia lebih memilih untuk menjalankan mobil tersebut dengan fokus. 

Tak berapa lama mobil pun sampai di mall. Setelah memarkirkan mobilnya, Ilham membukakan pintu mobil untuk majikannya. 

 “Silahkan, Nona!” Dengan sedikit membungkuk, Ilham berbicara dan membuka pintu mobil. Setelah Davira keluar dari mobil, pria itu kembali menutup pintu mobil dan berjalan mengikuti Dania dari belakang.

“Hehh! Agak sonoh lu mundur jauh, jangan deket-deket gue. Gue nggak mau Reyno  pacar gue cemburu lihat lu.” Davira menoleh ke belakang dan menyuruh Ilham agak mundur.

       Tapi karena dasarnya Ilham yang agak sleding, pria itu justru malah mendekat bukan menjauh. Sehingga mereka nampak terlihat seperti pasangan kekasih. 

      Dari tempat tak terlalu jauh, bisa terlihat Reyno sedang nongkrong bersama teman-temannya. Bahkan disitu juga ada circle kecubung yang beranggotakan Gretha, Alida, Irene, Renata dan dania sendiri. 

 “Hayy guys!! … malam!”

Dania menyapa circle kecubungnya.

      “Hay Bub!”

Cup!

Cup!

Davira mencium kedua pipi kekasihnya. 

“Sorry ya, Bub agak lama. Biasa lah bokap agak mulai ribet akhir-akhir ini.” Davira langsung menempel saja kepada Reyno kekasihnya.

   “Hayy juga, Baby!” 

Cup!

Cup!

Reyno mencium kedua pipi Davira dengan mesranya. 

“Its okay Baby gak masalah yang penting kamu sudah datang kesini,” balas Reyno dengan kedipan mata genitnya.

   “Davira, noh siapa lo yang dateng sama lo dan berdiri kek patung itu?” tanya Gretha sambil menunjuk ke arah Ilham yang berdiri tak jauh dari sana. 

    “Hmm dia … biasalah bokap gue kan agak lebay akhir-akhir ini. Jadi ya kek gitu kemanapun gw pergi harus dikawal bodyguard,” jawab Davira dengan malasnya.

 “Ohhh bodyguard lu!” timpal Renata dengan senyum miring cantiknya. 

Renata gadis yang cantik dan bogay ( montok depan belakang )  bodynya. Sudah mirip seperti gitar spanyol saja di bagian pinggulnya. 

     “Mmm … tapi lumayan ganteng dan kekar juga body bodyguard lu Davira.” Iren ikut menimpali setelah melihat Ilham.

     “Manis sih, ada lesung pipinya juga, hehehe ….” Alida tak mau kalah untuk ikut berkomentar.

   “Kenapa lu pade hah? Naksir noh sama si gantungan kunci? Gue aja gedeg dikintili mulu. Ini kalian malah pada muji-muji lebay banget deh.” Davira mengejek circle kecubungnya sendiri.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kehangatan Bodyguardku    5. KE BIOSKOP

    Bub: Malam my Baby, kamu lagi apa sekarang? Keluar yuk kita nonton. Aku jemput atau kita ketemuan di lokasi, Baby? Notif wa dari Reyno sang kekasih.Dengan semangat dan senyuman indah yang bisa membuat siapapun yang melihatnya terpesona, Davira membalas wa dari Reyno. Davira: Malam juga, Bub, kamu kemana aja sih kok baru wa? Aku nunggu kamu tahu, Bub. Mmm … kita langsung ketemuan di tempat nongkrong aja ya, Bub, aku otw sekarang.(Send to: my Bub) Setelah selesai membalas pesan dari Reyno, Davira segera beranjak dari ruang tivi dan menuju kamarnya. Hal itu tentunya tak lepas dari pantauan Ilham sang bodyguard. Dengan mata sebelah sedikit menyipit, Ilham menatap Davira yang beranjak dari duduknya dan menuju kamar gadis itu. “Hemmm … kenapa dia? Mau kemana dia? Sepertinya mau pergi kalau dilihat dari gelagatnya. Aku ikuti dia kemanapun dia pergi.” Ilham berbicara dalam batinnya. Di dalam kamar, Davira bersenandung kecil sambil berganti baju. Dengan wajah yang cantik, kul

  • Kehangatan Bodyguardku    4. PERHATIAN NARUMI

    Mereka melanjutkan makan malam dengan keheningan. Hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan garpu saja. “Mau nambah lagi ayamnya, Ilham?” tanya Narumi secara tiba-tiba di tengah keheningan. Sontak semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Davira yang seketika menatap heran ke arah sang kakak. Sementara tuan Darko kembali melanjutkan makan malamnya tanpa berbicara. “Perhatian banget, Kak. Sama adiknya sendiri aja gak perhatian kayak gitu,” celetuk Davira dengan mata yang melirik sinis ke arah Ilham. “Kalau kamu ‘kan bisa ambil sendiri, Davira,” balas Narumi dengan nada bicara yang terdengar lemah lembut. Sangat berbeda jauh dengan Davira yang lebih bar-bar dan terkadang berbicara dengan nada tinggi. “Lah, emang si Ilham gak punya tangan apa? Sampai gak bisa ambil makanan sendiri,” protes Davira lagi. Sementara Ilham yang menjadi topik pembicaraan kedua wanita itu, hanya terdiam dan fokus pada makanannya. “Davira, Narumi, sudah, jangan berdebat di ruang makan. Kalian la

  • Kehangatan Bodyguardku    3. RUANG RAHASIA

    “Hemm ...!” Kedua mata gadis itu hampir terbuka dengan perlahan saat Ilham meletakkan tangan Davira di atas perutnya secara kasar. “Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu.” Setelah mengatakan itu, Ilham berjalan ke arah pintu kamar. Pria itu menoleh ke arah Davira yang kembali memejamkan mata. Sepertinya gadis itu tidak sepenuhnya sadar, buktinya sekarang ia kembali tidur lelap. Ilham keluar dari kamar dan menutup kembali pintu kamar Davira. Pria itu membuang nafas kasar dengan ekspresi wajah yang terlihat dingin. “Apa Davira belum bangun?” Suara lembut itu membuat Ilham langsung menoleh. Ekspresi wajahnya seketika berubah ramah saat melihat Narumi berjalan mendekat ke arahnya. “Belum, Nona. Sepertinya Non Dania kelelahan,” jawab Ilham dengan santun. “Dia memang seperti itu, suka tidur di mobil dan susah dibangunkan.” Narumi tersenyum yang membuat wajahnya semakin terlihat manis. “Baiklah, Nona. Kalau begitu saya pamit ke lantai bawah dulu.” Ilham menundukkan wajahnya s

  • Kehangatan Bodyguardku    2. JARAK DEKAT

    Ilham menunggu Davira sampai majikannya itu menyelesaikan jam pelajaran. Setelah jam pelajaran selesai, hampir semua mahasiswa keluar dari kampus yang termasuk ke dalam universitas favorit di kota itu. Tak semua orang bisa masuk ke sana, karena selain elit, untuk berkuliah di sana juga membutuhkan buaya yang fantastis. “Silahkan, Nona!” ucap pria bertubuh tegap itu seraya membukakan pintu mobil untuk sang majikan. “Lo pulang duluan aja ya, gua mau nongkrong dulu sama teman gue,” tolak Davira yang datang bersama dengan Reyno dan juga dua gadis yang sepertinya adalah sahabat gadis itu. “Mohon maaf, Nona. Tapi saya harus menjalankan tugas.” Ilham membantah dengan halus. “Ck … tinggal lo bilang aja sama Papa kalau gue nongkrong dulu, biasanya juga gitu. Tar gue pulang diantar si Gretha dan Alda. Bokap udah tahu kok sama mereka.” Dania berkata dengan santai, gadis itu menunjuk ke arah dua gadis yang berdiri di sampingnya. Davira menggandeng lengan Rey yang sedari tadi sedang menata

  • Kehangatan Bodyguardku    1. BODYGUARD BARU

    “What! Bodyguard?” pekik seorang gadis cantik yang mengenakan dress sebatas lutut.Gadis berambut sebatas bahu dan berkulit putih itu bernama Davira Prameswari, putri bungsu dari Darko Pramana, seorang pengusaha sukses di kota itu.“Davira, sekarang kamu tidak bisa menolak lagi, keputusan Papa sudah bulat. Mulai sekarang, Ilham akan menjadi bodyguard sekaligus sopir pribadi kamu!” Seorang pria paruh baya yang mengenakan jas hitam mengkilap menunjuk ke arah seorang pria yang berdiri tak jauh dari sana.Davira langsung menatap ke arah pria bernama Ilham yang kini sedang menundukkan wajahnya.Gadis itu seolah memperhatikan pria berkulit hitam manis tersebut dari atas sampai bawah.“Yang bener aja? Masa bodyguard modelan kek tukang cilok begini?” celetuk gadis itu yang diiringi tawa mengejek.Sementara Ilham masih menundukkan wajahnya, pria itu seolah menunduk patuh kepada sang majikan.“Davira! Jangan lancang kamu ya! Dia ini anak Pak Sanusi, mantan sopir pribadi Papa. Pokoknya, mulai se

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status