“Itu … itu kan Reyno? Kok bisa dia malah asik boncengan sama cewe lain sih? Dasar Reyno, bajingan juga kamu ya! Kamu tinggalin aku di bioskop sendiri dan hampir dilecehkan orang. Bajingan kamu Reyno. Kamu malah boncengin cewek sambil pelukan mesra gitu. Awas kamu Reyno … awas kamu!!” teriak Davira di dalam mobil.Gadis itu mengepalkan tangannya seolah siap melemparkan bogeman keras pada wajah kekasihnya.Ilham hanya diam membisu ketika mendengar teriakan Davira. Bahkan segala umpatan dan sumpah serapah pun Davira ucapkan untuk sang pacar. Ilham tak berani ikut campur sedikitpun. Diam adalah hal paling aman yang ia lakukan saat ini.Sepanjang perjalanan, Davira terus-terusan mengoceh dan memberikan umpatan untuk Reyno. "Dasar bajingan lo Rey! Awas aja lo, gue mau putus sama lo! Pokonya mau lo bujuk gue bawa bunga sama kebonnya juga gue gak akan mau. Gue beneran muak sama lo, Rey! Lo kenapa kayak gini ke gue? Gue sakit hati sama lo, Rey. Gue benci lo ... gue benci lo sebenci-bencinya .
“Sudah Nona, jangan sedih lagi dan jangan takut lagi, semua sudah baik-baik saja. Mari kita pulang, Nona,” ajak Ilham dengan suara bariton yang terdengar lembut. Davira melepaskan pelukannya dan hanya bisa mengangguk.“Mari Nona lewat sini!” ucap Ilham yang ternyata juga memiliki wajah tampan dan tubuh kekar itu.“Hati-hati Davira!” ucap Alda sebelum sahabatnya berjalan keluar. “Hati-hati, Ilham!” timpal Greta yang langsung mendapat bekapan pada mulutnya dari Alda. Davira mengikuti langkah Ilham di belakangnya. Gadis itu yang biasanya bar-bar, tiba-tiba berubah melow. Banyak hal berkecamuk di pikiran Davira. Seandainya tidak ada Ilham yang datang membantunya, entah apa yang akan terjadi dengan dirinya saat ini. Rasa takut dan sedikit trauma menjalar di dalam diri Davia. Entahlah, dimana Reyno saat ini. Disaat Davira sedang membutuhkannya, tapi Reyno entah berada dimana. Di dalam pikirannya saat ini, bukan lagi Reyno sang kekasih pujaan hatinya. Tapi entahlah, Davira send
“Bub, kamu apa-apaan sih? Jangan nyolot kurang ajar ya kamu Bub. Aku diam bukan berarti aku setuju denganmu. Tapi aku diam karena aku kedinginan di ruang bioskop ini. Jadi kamu jangan macam-macam dan ambil kesempatan!” gertak Davira yang memang terkenal bar-bar. Mendapat penolakan dari kekasihnya, Reyno merasa frustasi. Pria itu kembali duduk menyandar dan terlihat kecewa kepada Davira. “Aku kira kita dewasa, jadi hal yang wajar kalau kita saling berciuman dan bersentuhan. Tapi kamu malah menolak ku dan bersikap begini ke aku. Aku gak bisa kayak gini, Davira,” protes Reyno kepada Davira.“Hah, maksud kamu apaan Bub? Kamu mau mengotori hubungan kita begitu? Kamu mau merusak sesuatu yang berharga dalam diri ku gitu? Ini nggak lucu ya Bub. Ini bukan permainan yang kalau sudah rusak bisa kembali utuh. Dan aku nggak mau hal itu titik!” Davira membalas ucapan Reyno dengan lebih pedas.“Okay … okay … fine terserah kamu saja ya. Kamu sudah buat aku ilfell malam ini. Aku mau keluar dulu,
“Permisi, Nona, film akan segera dimulai lima belas menit lagi. Mari silahkan masuk ke dalam bioskop.” Ilham datang dan berbicara sambil membungkukkan tubuhnya.“Oh, sudah mau mulai ya? Hemm … makasih, Ilham. Guys ayo kita masuk ke dalam, bioskop sudah mau mulai nih guys!” ajak Davira kepada genk kecubungnyaGadis itu terlihat bersemangat, terlebih lagi ia akan menonton bioskop bersama dengan kekasihnya. Hal ini sangat diinginkan oleh Davira, karena dengan begitu ia bisa bermesraan di dalam bioskop dengan Reyno tanpa pengawasan dari Ilham. “Bub, ayo dong berdiri! Kok duduk aja sih? Kayak gak semangat gitu. Ayo lah!” Davira meraih tangan Reyno dan mengajak pria itu untuk segera masuk ke bioskop.“Oke, Sayang,” balas Reyno yang segera bangkit dari duduknya. Davira dan Reyno bergandengan tangan ketika akan berjalan masuk ke dalam bioskop. Sementara Ilham mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba saja Davira menghentikan langkah, gadis itu menoleh ke arah Ilham yang berdiri tepat di bela
Bub: Malam my Baby, kamu lagi apa sekarang? Keluar yuk kita nonton. Aku jemput atau kita ketemuan di lokasi, Baby? Notif wa dari Reyno sang kekasih.Dengan semangat dan senyuman indah yang bisa membuat siapapun yang melihatnya terpesona, Davira membalas wa dari Reyno. Davira: Malam juga, Bub, kamu kemana aja sih kok baru wa? Aku nunggu kamu tahu, Bub. Mmm … kita langsung ketemuan di tempat nongkrong aja ya, Bub, aku otw sekarang.(Send to: my Bub) Setelah selesai membalas pesan dari Reyno, Davira segera beranjak dari ruang tivi dan menuju kamarnya. Hal itu tentunya tak lepas dari pantauan Ilham sang bodyguard. Dengan mata sebelah sedikit menyipit, Ilham menatap Davira yang beranjak dari duduknya dan menuju kamar gadis itu. “Hemmm … kenapa dia? Mau kemana dia? Sepertinya mau pergi kalau dilihat dari gelagatnya. Aku ikuti dia kemanapun dia pergi.” Ilham berbicara dalam batinnya. Di dalam kamar, Davira bersenandung kecil sambil berganti baju. Dengan wajah yang cantik, kul
Mereka melanjutkan makan malam dengan keheningan. Hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan garpu saja. “Mau nambah lagi ayamnya, Ilham?” tanya Narumi secara tiba-tiba di tengah keheningan. Sontak semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Davira yang seketika menatap heran ke arah sang kakak. Sementara tuan Darko kembali melanjutkan makan malamnya tanpa berbicara. “Perhatian banget, Kak. Sama adiknya sendiri aja gak perhatian kayak gitu,” celetuk Davira dengan mata yang melirik sinis ke arah Ilham. “Kalau kamu ‘kan bisa ambil sendiri, Davira,” balas Narumi dengan nada bicara yang terdengar lemah lembut. Sangat berbeda jauh dengan Davira yang lebih bar-bar dan terkadang berbicara dengan nada tinggi. “Lah, emang si Ilham gak punya tangan apa? Sampai gak bisa ambil makanan sendiri,” protes Davira lagi. Sementara Ilham yang menjadi topik pembicaraan kedua wanita itu, hanya terdiam dan fokus pada makanannya. “Davira, Narumi, sudah, jangan berdebat di ruang makan. Kalian la