“Bub, kamu apa-apaan sih? Jangan nyolot kurang ajar ya kamu Bub. Aku diam bukan berarti aku setuju denganmu. Tapi aku diam karena aku kedinginan di ruang bioskop ini. Jadi kamu jangan macam-macam dan ambil kesempatan!” gertak Davira yang memang terkenal bar-bar.
Mendapat penolakan dari kekasihnya, Reyno merasa frustasi. Pria itu kembali duduk menyandar dan terlihat kecewa kepada Davira. “Aku kira kita dewasa, jadi hal yang wajar kalau kita saling berciuman dan bersentuhan. Tapi kamu malah menolak ku dan bersikap begini ke aku. Aku gak bisa kayak gini, Davira,” protes Reyno kepada Davira. “Hah, maksud kamu apaan Bub? Kamu mau mengotori hubungan kita begitu? Kamu mau merusak sesuatu yang berharga dalam diri ku gitu? Ini nggak lucu ya Bub. Ini bukan permainan yang kalau sudah rusak bisa kembali utuh. Dan aku nggak mau hal itu titik!” Davira membalas ucapan Reyno dengan lebih pedas. “Okay … okay … fine terserah kamu saja ya. Kamu sudah buat aku ilfell malam ini. Aku mau keluar dulu, mau nongkrong di luar!” Reyno segera berdiri meninggalkan Davira yang masih duduk di kursi bioskop. Melihat kekasihnya berdiri dari duduknya dan pergi begitu saja, Davira menjadi heran dengan sikap Reyno. Cowok yang hampir satu tahun jadi kekasihnya ini, semakin hari semakin nuntut yang lebih darinya. “Hah, sudahlah terserah deh Bub. Aku capek sendiri kalau tiap hari kamu kayak gini.” Davira berbicara dalam batinnya. Ilham yang melihat Reyno pergi meninggalkan Davira, hanya diam memantau saja. Ada batasan dimana dia sebagai bodyguard tak bisa terlalu ikut campur. Tapi ada beberapa hal yang kadang membuat hati Ilham sedikit terusik apabila Reyno sebagai kekasih Davira itu bertingkah kurang ajar. Ilham masih diam di tempatnya memantau Davira. Ada sedikit rasa kasihan di hati Ilham untuk Davira disaat seperti ini. Iya Davira memang terkesan bar-bar tapi Ilham tahu gadis itu mempunya hati yang baik dan tulus. Melihat Davira masih belum berdiri, padahal Reyno sudah beberapa menit lalu pergi, Ilham pun berniat berjalan mendekati gadis itu. Tapi baru saja beberapa langkah ia berjalan, Ilham melihat seorang laki-laki datang menghampiri Davira. 'Siapa dia?' tanya Ilham dalam batinnya. “Kok aku sedikit curiga, apa aku ikut samperin saja ya?” Ilham segera berjalan ke arah Davira. Dan benar saja laki-laki itu berniat tidak baik kepada Davira. Untung Ilham datang tepat waktu. Kedua tangan Davira dipegang oleh laki-laki asing itu, ia mulai memberontak paksa. Namun, cengkraman tangan laki-laki itu sangat kuat hingga Davira tak kuat berontak. Laki-laki tersebut mendekatkan wajahnya ke arah Davira dengan begitu cepat. Hingga tanpa terduga laki-laki itu mencium pipi Davira. Davira yang merasakan pipinya disentuh, seketika berteriak kencang. Dan tiba-tiba ada sebuah tangan kekar yang menyeret laki-laki itu dengan paksa. Bug! Bug! Bug! Bug! Dengan brutal, Ilham langsung menghajar laki-laki asing yang berusaha melecehkan nonanya tadi. Hingga darah segar keluar dari mulut dan hidung laki-laki itu. “Bajingan kau hah!” Bug! Bug! “Brengsek kau hah!” Bug! Bug! “Bedebah kau hah!” Bug! Bug! Ilham kemudian menyeret laki-laki itu keluar dari bioskop dan melemparkan begitu saja sampai luar. Kemudian ia kembali masuk ke dalam bioskop untuk melihat kondisi nonanya yang tampak syok. Davira tampak menangis dan diam tanpa kata. Sungguh di luar dugaan kalau dia hampir saja akan mengalami pelecehan. Sesuatu yang tak pernah ia duga dan sangka. Seketika suasana di bioskop langsung berubah, dari romantis menjadi dramatis. Bahkan, teman-teman Davira langsung bangkit dan meninggalkan kursi yang semula mereka tempati. Keempat gadis itu mendekat ke arah sahabatnya yang masih menangis. Ilham segera datang melihat kondisi nonanya yang kacau, ia berusaha untuk mendekat. Pria itu merasa hatinya teriris ketika melihat Davira yang kacau. Baru saja Ilham duduk di dekat Davira yang menangis tiba-tiba …. Grep! Kedua tangan lembut itu memeluk erat tubuhnya. Kedua tangan Davira nampak bergetar hebat. Bahkan bukan hanya tangannya, tapi tubuhnya juga ikut bergetar hebat. Dengan sedikit ragu, Ilham membalas pelukan Davira dan mengusap-usap punggungnya. Ilham berbicara dengan lembut dan pelan.“Sudah Nona, jangan sedih lagi dan jangan takut lagi, semua sudah baik-baik saja. Mari kita pulang, Nona,” ajak Ilham dengan suara bariton yang terdengar lembut. Davira melepaskan pelukannya dan hanya bisa mengangguk.“Mari Nona lewat sini!” ucap Ilham yang ternyata juga memiliki wajah tampan dan tubuh kekar itu.“Hati-hati Davira!” ucap Alda sebelum sahabatnya berjalan keluar. “Hati-hati, Ilham!” timpal Greta yang langsung mendapat bekapan pada mulutnya dari Alda. Davira mengikuti langkah Ilham di belakangnya. Gadis itu yang biasanya bar-bar, tiba-tiba berubah melow. Banyak hal berkecamuk di pikiran Davira. Seandainya tidak ada Ilham yang datang membantunya, entah apa yang akan terjadi dengan dirinya saat ini. Rasa takut dan sedikit trauma menjalar di dalam diri Davia. Entahlah, dimana Reyno saat ini. Disaat Davira sedang membutuhkannya, tapi Reyno entah berada dimana. Di dalam pikirannya saat ini, bukan lagi Reyno sang kekasih pujaan hatinya. Tapi entahlah, Davira send
“Bub, kamu apa-apaan sih? Jangan nyolot kurang ajar ya kamu Bub. Aku diam bukan berarti aku setuju denganmu. Tapi aku diam karena aku kedinginan di ruang bioskop ini. Jadi kamu jangan macam-macam dan ambil kesempatan!” gertak Davira yang memang terkenal bar-bar. Mendapat penolakan dari kekasihnya, Reyno merasa frustasi. Pria itu kembali duduk menyandar dan terlihat kecewa kepada Davira. “Aku kira kita dewasa, jadi hal yang wajar kalau kita saling berciuman dan bersentuhan. Tapi kamu malah menolak ku dan bersikap begini ke aku. Aku gak bisa kayak gini, Davira,” protes Reyno kepada Davira.“Hah, maksud kamu apaan Bub? Kamu mau mengotori hubungan kita begitu? Kamu mau merusak sesuatu yang berharga dalam diri ku gitu? Ini nggak lucu ya Bub. Ini bukan permainan yang kalau sudah rusak bisa kembali utuh. Dan aku nggak mau hal itu titik!” Davira membalas ucapan Reyno dengan lebih pedas.“Okay … okay … fine terserah kamu saja ya. Kamu sudah buat aku ilfell malam ini. Aku mau keluar dulu,
“Permisi, Nona, film akan segera dimulai lima belas menit lagi. Mari silahkan masuk ke dalam bioskop.” Ilham datang dan berbicara sambil membungkukkan tubuhnya.“Oh, sudah mau mulai ya? Hemm … makasih, Ilham. Guys ayo kita masuk ke dalam, bioskop sudah mau mulai nih guys!” ajak Davira kepada genk kecubungnyaGadis itu terlihat bersemangat, terlebih lagi ia akan menonton bioskop bersama dengan kekasihnya. Hal ini sangat diinginkan oleh Davira, karena dengan begitu ia bisa bermesraan di dalam bioskop dengan Reyno tanpa pengawasan dari Ilham. “Bub, ayo dong berdiri! Kok duduk aja sih? Kayak gak semangat gitu. Ayo lah!” Davira meraih tangan Reyno dan mengajak pria itu untuk segera masuk ke bioskop.“Oke, Sayang,” balas Reyno yang segera bangkit dari duduknya. Davira dan Reyno bergandengan tangan ketika akan berjalan masuk ke dalam bioskop. Sementara Ilham mengikutinya dari belakang. Tiba-tiba saja Davira menghentikan langkah, gadis itu menoleh ke arah Ilham yang berdiri tepat di bela
Bub: Malam my Baby, kamu lagi apa sekarang? Keluar yuk kita nonton. Aku jemput atau kita ketemuan di lokasi, Baby? Notif wa dari Reyno sang kekasih.Dengan semangat dan senyuman indah yang bisa membuat siapapun yang melihatnya terpesona, Davira membalas wa dari Reyno. Davira: Malam juga, Bub, kamu kemana aja sih kok baru wa? Aku nunggu kamu tahu, Bub. Mmm … kita langsung ketemuan di tempat nongkrong aja ya, Bub, aku otw sekarang.(Send to: my Bub) Setelah selesai membalas pesan dari Reyno, Davira segera beranjak dari ruang tivi dan menuju kamarnya. Hal itu tentunya tak lepas dari pantauan Ilham sang bodyguard. Dengan mata sebelah sedikit menyipit, Ilham menatap Davira yang beranjak dari duduknya dan menuju kamar gadis itu. “Hemmm … kenapa dia? Mau kemana dia? Sepertinya mau pergi kalau dilihat dari gelagatnya. Aku ikuti dia kemanapun dia pergi.” Ilham berbicara dalam batinnya. Di dalam kamar, Davira bersenandung kecil sambil berganti baju. Dengan wajah yang cantik, kul
Mereka melanjutkan makan malam dengan keheningan. Hanya terdengar suara dentingan antara sendok dan garpu saja. “Mau nambah lagi ayamnya, Ilham?” tanya Narumi secara tiba-tiba di tengah keheningan. Sontak semua orang menoleh ke arahnya, termasuk Davira yang seketika menatap heran ke arah sang kakak. Sementara tuan Darko kembali melanjutkan makan malamnya tanpa berbicara. “Perhatian banget, Kak. Sama adiknya sendiri aja gak perhatian kayak gitu,” celetuk Davira dengan mata yang melirik sinis ke arah Ilham. “Kalau kamu ‘kan bisa ambil sendiri, Davira,” balas Narumi dengan nada bicara yang terdengar lemah lembut. Sangat berbeda jauh dengan Davira yang lebih bar-bar dan terkadang berbicara dengan nada tinggi. “Lah, emang si Ilham gak punya tangan apa? Sampai gak bisa ambil makanan sendiri,” protes Davira lagi. Sementara Ilham yang menjadi topik pembicaraan kedua wanita itu, hanya terdiam dan fokus pada makanannya. “Davira, Narumi, sudah, jangan berdebat di ruang makan. Kalian la
“Hemm ...!” Kedua mata gadis itu hampir terbuka dengan perlahan saat Ilham meletakkan tangan Davira di atas perutnya secara kasar. “Tidurlah, aku tidak akan mengganggumu.” Setelah mengatakan itu, Ilham berjalan ke arah pintu kamar. Pria itu menoleh ke arah Davira yang kembali memejamkan mata. Sepertinya gadis itu tidak sepenuhnya sadar, buktinya sekarang ia kembali tidur lelap. Ilham keluar dari kamar dan menutup kembali pintu kamar Davira. Pria itu membuang nafas kasar dengan ekspresi wajah yang terlihat dingin. “Apa Davira belum bangun?” Suara lembut itu membuat Ilham langsung menoleh. Ekspresi wajahnya seketika berubah ramah saat melihat Narumi berjalan mendekat ke arahnya. “Belum, Nona. Sepertinya Non Dania kelelahan,” jawab Ilham dengan santun. “Dia memang seperti itu, suka tidur di mobil dan susah dibangunkan.” Narumi tersenyum yang membuat wajahnya semakin terlihat manis. “Baiklah, Nona. Kalau begitu saya pamit ke lantai bawah dulu.” Ilham menundukkan wajahnya s