Saat aku sedang menyeka lengan Nia, Jeni masuk dan bertanya dengan antusias, "Pak Edo, kamu perlu mengganti air?"Aku berkata, "Nggak, aku akan segera selesai."Aku tidak tahu apa yang dikhawatirkan Nia. Hal yang terpenting adalah aku tidak menemukan sesuatu yang salah dengan Jeni.Jeni bertanya dengan sengaja, "Pak Edo, aku nggak melihatmu datang akhir-akhir ini. Apa kamu sibuk?""Yah, aku punya banyak hal yang harus aku lakukan dua hari ini. Aku nggak bisa datang setiap hari. Aku harus merepotkanmu untuk menjaga Kak Nia. Omong-omong, aku sibuk dalam beberapa hari ke depan. Bibi Jeni, aku masih harus merepotkanmu."Jeni diam-diam menghela napas lega, lalu dia berkata sambil tersenyum, "Jangan khawatir, Pak Edo. Aku pasti akan menjaga Nona Nia dengan baik.""Kak Nia, sudah selesai. Karena kamu suka bersih, aku menggunakan produk perawatan kulit untukmu." Setelah aku menyeka tubuh Nia, aku mengobrol sebentar dengannya.Aku tidak pergi sampai Sinta kembali.Saat Sinta mengantarku pergi,
Saat aku memikirkan Lina, aku tidak bisa menahan perasaan tertekan. "Aku bahkan nggak tahu siapa yang akan aku nikahi pada akhirnya.""Ada apa? Kamu punya konflik dengan Kak Lina?" tanya Kiki dengan khawatir.Aku berkata, "Nggak. Hanya saja, aku tiba-tiba merasa aku dan Kak Lina tampaknya nggak berminat untuk menikah. Dia terlalu santai padaku. Aku merasa begitu santai hingga terasa nggak nyata.""Sialan, pacarmu nggak terlalu mengontrolmu, bukankah itu bagus? Kamu punya wanita lain di luar sana, tapi dia nggak mengatakan apa pun. Dia malah mendukungmu. Kamu nggak akan menemukan wanita sebaik dia."Zudith dan Kiki sangat iri padaku.Dulu, aku pernah merasa seperti itu. Namun, sekarang aku tidak merasa begitu lagi.Lina sangat baik dan toleran padaku. Dia bahkan tidak akan cemburu sama sekali.Kebaikannya itu tidak nyata, seolah-olah ... semua kebaikannya itu tidak nyata.Sebaliknya, aku merasa sikap Bella sangat nyata.Tindakan Bella nyata dan sangat umum."Edo, kamu benar-benar bajing
"Aku nggak ingin membicarakan hal-hal sepele seperti ini denganmu. Katakanlah, apa ada hal lain yang ingin kamu bicarakan selain masalah Melia?" Aku kembali ke pokok bahasan.Helena mencubit daguku, lalu berkata sambil tersenyum, "Yah. Aku menggodamu. Aku sudah lama nggak menggodamu.""Kamu gila, ya?" Aku segera menepis tangannya.Helena mencubit daguku lagi. "Beranikah kamu bilang aku gila? Percaya atau nggak, aku akan membuatmu membayarnya?""Aku nggak percaya. Aku bahkan nggak takut pada Tiano sekarang. Bagaimana mungkin aku takut padamu?" Aku tidak ingin dikendalikan olehnya sepanjang waktu.Helena menatapku dengan kagum. "Wah, aku belum melihatmu selama beberapa hari. Kamu benar-benar menjadi lebih cakap. Tapi, melihat kamu begitu keras kepala, kenapa aku makin menyukaimu?"Aku segera menjauh darinya.Wanita ini bagaikan wabah. Setiap kali dia muncul, dia selalu membuatku mendapat masalah.Walaupun aku tidak takut pada Tiano, aku tidak mau menimbulkan masalah yang tidak perlu pada
"Siapa yang bilang?""Jangan khawatir, katakan saja benar atau nggak," kataku dengan santai. Aku berhasil membodohinya.Helena tidak malu-malu. Dia mengakuinya secara langsung, "Yah. Dulu, aku sama seperti Charlene dan Yuna. Kami adalah putri dari keluarga kaya. Kalau nggak, menurutmu kenapa kami bisa menjadi teman baik?"Benar.Helena menatapku. Lalu, dia tiba-tiba bertanya, "Izinkan aku bertanya. Keluarga Isabell datang ke Kota Jimba?""Kenapa kamu tahu?" Kali ini, aku yang terkejut.Helena berkata, "Jangan khawatir kenapa aku tahu. Katakan saja benar atau nggak?"Aku tahu wanita ini menanyakan hal itu padaku. Dia pasti mempunyai petunjuk.Jadi, aku tidak menyembunyikannya. Aku mengakuinya secara langsung, "Yah, istrinya Tiano datang ke Kota Jimba dan tinggal di Danau Kapas. Dia tinggal di kompleks yang sama dengan Bu Yuna.""Danau Kapas. Tampaknya aku harus membeli rumah di sana juga," gumam Helena pada dirinya sendiri.Saat mendengarnya, aku tercengang. "Kamu bercanda? Keluarga Isa
"Aku ... aku tahu apa yang ingin kamu lakukan. Kalau kamu mau, a ... aku bisa memberikannya padamu." Sharlina menggigit bibirnya sambil meraih sudut pakaiannya. Dia bahkan mengucapkan kata-kata ini dengan gugup.Hal ini tidak diragukan lagi merupakan pengakuan bagi Zudith.Zudith begitu bersemangat hingga jantungnya hampir melompat keluar.Dia menatap Sharlina dengan penuh cinta. Dia tidak dapat menahan dorongan dalam hatinya. Jadi, dia memeluk Sharlina dalam pelukannya.Sharlina berkata dengan gugup, "T ... tempat ini nggak cocok. Ayo ... ayo kita pergi ke hotel.""Oke. Aku akan segera pergi."Saat aku melihat Zudith memegang tangan Sharlina dan keluar dari ruang VIP dengan penuh semangat, aku tahu bahwa anak ini akan mendapatkan apa yang diinginkannya hari ini.Aku tersenyum, lalu menepuk bahu Zudith beberapa kali, "Semangat."Zudith tertawa dengan gembira. "Aku pasti bisa."Keduanya mengobrol sambil tertawa, lalu pergi dengan gembira.Aku berencana untuk menelepon Kiki untuk berbagi
Zudith menatapku dengan khawatir. "Kalau kita membiarkan mereka pergi begitu saja, apa kita akan menyinggung mereka?""Bahkan kalau kita membiarkan mereka tinggal dan mereka nggak dapat disembuhkan, kita juga akan menyinggung mereka. Kalau begitu, apa yang kamu takutkan?" tanyaku dengan tenang.Zudith berpikir sejenak, lalu mengangguk dengan setuju. "Itu benar! Tapi, dia benar-benar menambah wawasanku. Aku selalu melihat di berita orang-orang begitu bersemangat saat melakukan hal semacam itu hingga melukai alat vitalnya, tapi aku nggak menyangka akan melihatnya hari ini.""Posisi apa yang mereka coba? Dia bahkan melukai alat vitalnya?"Aku berkata sambil tersenyum, "Kamu mau tahu? Bukankah kamu bisa mencobanya dengan Sharlina?"Berbicara tentang Sharlina, Zudith menjadi lebih bersemangat. "Hei, katakan padaku. Apa yang dipikirkan Sharlina?"Aku berkata, "Bagaimana aku tahu? Dia pacarmu, bukan pacarku. Selain itu, kalian baik-baik saja akhir-akhir ini. Kenapa? Apa yang terjadi?""Nggak
Kami turun ke bawah, lalu melihat pria setengah baya tergeletak di lantai. Dia meringkuk sambil terus-menerus berteriak, "Aduh!"Di sisi pria itu ada seorang wanita seksi yang mengenakan rok bermotif macan tutul.Rambut wanita itu berantakan, riasannya luntur dan pakaiannya pun acak-acakan.Siapa pun yang memiliki mata jeli dapat mengetahui bahwa mereka melakukan hal itu sebelumnya.Kemudian, aku melihat laki-laki itu menutupi bagian tubuh tertentu. Aku bertanya, "Dia terluka di bagian itu?""Yah." Zudith mengangguk.Aku berkata, "Dia harus ke rumah sakit. Kenapa dia datang ke klinik ortopedi?"Zudith mencondongkan tubuhnya ke telingaku dan berbisik, "Pria itu bilang istrinya eksekutif di rumah sakit. Dia nggak berani pergi ke sana. Kalau dia pergi, dia takut akan ketahuan."Aku berpikir dalam hati, "Bukankah dia mencari masalah?"Istrinya adalah seorang eksekutif di rumah sakit. Penghasilannya pasti sangat tinggi. Selain itu, istrinya memiliki kekuasaan dan koneksi.Jika pria ini tida
Aku mencibir, lalu turun dari ranjang dan berjalan ke rak untuk mengambil ponselku.Begitu Rika melihat ponsel di tanganku, lalu melompat turun. "K ... kamu bahkan merekamnya. Kamu benar-benar nggak tahu malu."Aku berkata dengan acuh tak acuh, "Kamu yang tanpa malu-malu membiusku dan ingin menaklukkanku dengan cara ini. Aku hanya membalasmu.""Kenapa? Hanya kamu yang nggak tahu malu. Aku nggak boleh?"Begitu mendengar jawabanku, Rika terdiam."Berikan ponselmu!" katanya dengan nada memerintah.Aku berkata dengan nada dingin, "Mimpi kamu. Ini bukti yang aku miliki untuk mengendalikanmu. Apa kamu pikir aku akan memberikannya?"Saat ini, pesan dari Hairu terngiang dalam pikiran Rika.Sebelumnya, Hairu telah memperingatkan Rika bahwa aku sulit dihadapi. Hairu meminta Rika untuk tidak meremehkanku.Rika tidak mendengarkannya. Dia mengira bahwa aku hanya seorang pemuda. Dia tidak akan sulit untuk menghadapiku.Alhasil, Rika malah membuat dirinya terperangkap."Asalkan kamu berhenti membuat
Rika memperkirakan waktunya sudah tiba. Dia diam-diam berjalan masuk ke kantorku."Edo, Edo ...." Wanita itu mengguncangku. Dia memeriksa apakah aku benar-benar pusing.Aku sedikit pusing, tetapi aku tidak pingsan.Saat aku terjatuh, aku tahu ada sesuatu yang salah.Namun, aku tidak menyangka wanita ini akan memakai cara keji seperti itu untuk menjebakku.Sialan.Dia benar-benar menggunakan segala cara.Oke, kalau begitu aku akan memanfaatkan tipuanmu!Aku melirik kamera di rak untuk memastikan kamera itu sedang merekam, lalu aku berpura-pura pusing.Melihat aku tidak bereaksi, akhirnya Rika tersenyum puas, "Mudah sekali. Bagaimana mungkin aku nggak bisa menaklukkan orang sepertimu?"Rika berkata demikian sambil membantuku naik ke ranjang. Kemudian, dia membantingku dengan kasar.Detik berikutnya, wanita itu naik ke ranjang dan mulai menanggalkan pakaianku.Aku tiba-tiba membuka mataku dan meraih pergelangan tangannya. "Apa yang kamu lakukan?"Rika terkejut hingga wajahnya menjadi puca