Awalnya, aku tidak melihat Winston karena kamar presidensial sangat besar. Winston cukup jauh dariku, jadi aku hanya melihat punggungnya dari jauh.Winston mengenakan jas dan jam tangan mahal. Dia sedang membaca buku.Adegan semacam ini seperti CEO dalam novel yang mendominasi dan keren.Sejujurnya, aku sangat iri!Di usianya yang masih muda, Winston telah mencapai kesuksesan seperti itu. Siapa yang tidak iri?Aku juga berharap suatu hari nanti, aku bisa seperti Winston yang duduk di suite presiden. Dia mengenakan jas mahal, jam tangan mahal sambil membaca buku.Orang lain akan iri padaku."Pak Edo, kamu sudah datang."Saat aku sedang berkhayal tentang hari esok itu, Ghali datang menghampiri.Aku menyambutnya dengan senyuman, lalu aku masuk ke kamar hotel.Aku mengganti sendal, lalu mencuci tangan dengan alkohol.Mau bagaimana lagi. Orang kaya cinta kebersihan. Mereka sangat teliti.Kemudian, di bawah pimpinan Ghali, aku datang ke belakang Winston."Pak Winston, dokter sudah datang," k
"Tidurlah lebih awal. Aku pergi dulu." Aku menyela suasana ambigu itu pada waktu yang tidak tepat.Tiba-tiba, mata Bella dipenuhi dengan ekspresi sedih.Dia tampak ingin mengatakan sesuatu. Namun, saat dia melihat aku pergi dengan begitu tegas dan yakin, kata-kata yang ada di ujung lidahnya tidak dapat diucapkan."Dasar bajingan. Edo, aku kutuk kamu nggak pernah menikah seumur hidupmu."Bella menutup pintu dengan marah.Aku masuk ke dalam lift sambil memikirkan apa yang baru saja terjadi. Aku tidak bisa menahan diri untuk menghela napas."Ada apa ini? Kenapa Bella tiba-tiba seperti itu?""Mungkinkah dia takut aku akan segera mati, jadi dia nggak ingin menyesal. Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengungkapkan perasaannya?"Alasan ini adalah alasan yang dapat aku pikirkan. Namun, aku merasa kemungkinannya terlalu kecil.Aku benar-benar tidak ingin memikirkan banyak hal. Setelah berlari seharian, aku sangat lelah. Aku hanya ingin kembali dan beristirahat.Aku lebih suka fokus pa
"Edo, dengarkan aku, apa pun yang Tiano lakukan, kamu nggak boleh terluka. Aku ingin kamu hidup dengan aman!"Ekspresi Bella sangat serius. Sorot matanya yang khawatir itu sulit disembunyikan.Saat ini, aku melihat perasaan di wajah wanita ini yang sesungguhnya.Bella mengkhawatirkanku dari lubuk hatinya. Dia melakukannya demi kebaikanku.Meskipun dia tidak pernah mengakui bahwa menyukaiku, dia melakukan begitu banyak hal untukku. Dia membantuku sampai aku tidak dapat mengingat berapa banyak hal yang telah dia lakukan.Aku tersenyum sambil mengangguk berat dan berkata, "Siap!"Bella sangat terhibur dengan penampilanku hingga dia tertawa. Saat dia tertawa, matanya berangsur memerah.Aku bingung. "Kenapa? Kenapa kamu menangis?"Bella segera membuang muka. "Siapa yang menangis? Jangan beromong kosong."Baiklah, aku mengerti. Bella tidak mau mengakuinya.Aku segera berkata, "Mungkin aku salah lihat. Tapi, aku tetap ingin mengucapkan terima kasih padamu.""Charlene."Kali ini adalah pertama
"Kamu masih berani bertanya. Aku tanya padamu, apa yang kamu lakukan pada Yuna? Kenapa Yuna begitu membencimu saat kami menyebutmu sekarang?""Jessy sudah bertunangan. Apa ada kandidat lain selain aku?"Ternyata Bella melakukan ini karena dia tidak punya pilihan lain."Aku nggak melakukan apa pun pada Yuna," jelasku dengan lemah.Bella berkata, "Aku nggak percaya. Kalau kamu nggak melakukan apa pun, Yuna akan begitu membencimu? Yuna adalah wanita yang paling lembut dan baik di antara kami berempat. Dia nggak pernah berbicara dengan suara keras.""Tapi, saat aku menyebutmu hari ini, dia menjadi gila. Dia berteriak padaku agar nggak menyebutmu lagi."Aku tidak punya pilihan lain selain menjelaskan secara singkat masalah tersebut."Mungkin Yuna nggak suka padaku karena dia mengira aku ingin menggantikan posisi Pak Harmin. Tapi, aku nggak benar-benar berpikir seperti itu. Aku hanya ingin orang tuanya memiliki harapan. Aku juga ingin dia memiliki harapan.""Jadi, begitulah yang terjadi. Kal
Penampilan Bella membuatku merasa tidak nyaman hingga rambutku berdiri tegak.Aku tanpa sadar melangkah mundur. "Kenapa kamu menatapku seperti itu? Apa yang ingin kamu lakukan?"Seketika, aku berpikir aneh-aneh. Aku bahkan sempat berpikir dia akan memutilasi tubuhku.Ekspresi Bella sedikit mereda. Kemudian, dia duduk di sofa. "Duduklah juga.""Katakan dengan jelas apa yang ingin kamu lakukan. Kalau nggak, aku nggak akan duduk." Aku merasa sedikit tidak nyaman.Tiba-tiba, Bella berkata dengan marah, "Aku suruh kamu duduk. Kenapa kamu beromong kosong begitu?""Bella, jangan bertindak terlalu jauh!" Aku begitu marah hingga suaraku tiba-tiba meninggi.Bella berkata sambil tersenyum, "Aku punya sesuatu yang lebih keterlaluan. Edo, mulai besok, kamu adalah pacarku. Mulai sekarang, kamu hanya boleh tinggal di tempatku saat kamu pulang kerja setiap hari.""Apa? Apa yang kamu katakan? Aku nggak mendengarnya dengan jelas. Katakan lagi!" Aku pikir aku berhalusinasi.Bella berkata dengan nada ding
"Aku tahu, aku tahu semuanya. Karena kamu sangat melindungi Edo, tentu saja kamu nggak akan membiarkan orang lain menyakitinya." Nancy memahami segalanya.Nia berkata, "Bisakah kamu menjauh dari Edo?""Nggak!" Jawaban Nancy membuat Nia memutar bola matanya."Setelah semua ini, kamu masih keras kepala?"Nancy melepaskan Nia, lalu berbaring di sofa. "Bukannya aku keras kepala, tapi aku memang selalu egois. Aku nggak akan pernah merugikan diriku demi orang lain.""Bahkan suami dan anakku nggak tega membiarkanku menderita, apalagi Edo.""Kehidupanku saja sudah nggak nyaman. Kenapa aku harus peduli dengan orang lain?""Kamu sungguh egois," kata Nia dengan marah.Nancy berkata sambil tersenyum, "Bukankah baik untuk bersikap sedikit egois? Di dunia ini, jangan harap ada orang lain yang mencintaimu selain dirimu sendiri!""Itu sudut pandangmu. Menurutku nggak," balas Nia.Nancy mengangkat bahu dengan acuh tidak acuh, "Yah, ini hanya sudut pandangku. Tapi, menurutku, selama aku menjalani kehidu