Share

I found you

Author: Watermelon
last update Last Updated: 2022-03-27 21:55:24

Ana terdiam di depan pintu kamar neneknya. Senyum terlukis indah di bibirnya. Seorang wanita paruh baya sedang duduk termenung menatap jendela kamar. Ana sangat begitu merindukan neneknya.

"Nenek." panggil Ana sambil berjalan pelan mendekati neneknya.

"Ana, apa itu kau?" nenek langsung membalikkan badannya. Nenek terlihat sangat bahagia, tangannya meraba-raba apa saja di sekitarnya.

"Nenek aku di sini." Ana memegang tangan neneknya mengarahkan badan neneknya untuk menghadap ke arah nya.

Ana mengerutkan keningnya, sepertinya ada yang salah dengan kondisi mata neneknya. Neneknya seperti tidak bisa melihatnya. Jadi benar yang dikatakan oleh bi Ami jika mata neneknya sedang tidak baik-baik saja.

"Apa nenek bisa melihatku?" tanya Ana. Matanya mulai berkaca-kaca melihat keadaan neneknya.

"Mungkin nenek tidak bisa melihatmu, tapi nenek selalu ingat wajah cucu kesayangan nenek. Mendengar suaramu itu sudah cukup untuk nenek." ujar nenek dengan tersenyum.

"Bagaimana keadaanmu?" tanya nenek.

"Baik nek, maaf kan aku karena sudah meninggalkan nenek sendirian." Ana menidurkan kepalanya di pangkuan sang nenek. 

"Apa kau bahagia?" Ana menggelengkan kepalanya tetapi neneknya tidak bisa melihatnya.

"Iya." bohong Ana.

"Nenek aku akan mencari uang yang banyak untuk membiayai operasi mata nenek. Aku ingin nenek bisa melihatku lagi." ujar Ana sambil menggenggam kedua tangan neneknya.

"Nenek sudah tua, mata nenek juga sudah tua. Tidak perlu memikirkan keadaan nenek, nenek bahagia jika kau bahagia. Jalani saja hidupmu sesuai keinginanmu Ana." tangan nenek meraba wajah Ana.

Ana menangis dalam diam. Ia merasa sakit melihat kondisi neneknya yang seperti ini. Ia tidak bisa menghabiskan hari-harinya bersama neneknya sebelum neneknya tidak bisa melihat lagi. Ana memeluk neneknya dengan sayang.

"Aku tidak akan meninggalkan nenek lagi." gumam Ana di pelukan neneknya.

***

Gerald keluar dari dalam mobil. Ia sedikit melonggarkan dasinya sebelum masuk ke dalam rumah. Gerald langsung menuju kamarnya di lantai tiga. Badannya terasa sangat lelah karena hampir selama tiga jam ia hanya duduk di ruang meeting. Setelah membersihkan dirinya dan berpakaian rumahan, Gerald turun ke lantai dua ke kamar Ana.

Tanpa mengetuk pintu Gerald langsung memutar knop pintu dengan sekali putaran. Keningnya mengernyit merasakan hawa sepi di kamar itu. Ia juga tidak melihat keberadaan Ana. Gerald melangkah masuk ke dalam kamar dan mengecek kamar mandi sampai ruang wardrobe. Dia tidak menemukan Ana di kamarnya.

"Shit! Kemana gadis itu?" Gerald langsung berjalan cepat menuruni tangga ke lantai satu. 

Ia mencari Ana di halaman belakang, di ruang tengah, di kolam, dan terakhir di dapur. Ia hanya menemukan bi Asri dan Asti yang sedang berada di dapur.

"Bi Asri dimana Ana?" tanya Gerald dengan tatapan tajam.

"Ada di kamar tuan." perkataan bi Asri membuat rahang Gerald mengeras. Ia sudah mencari gadis itu di kamarnya dan gadia itu tidak ada di sana, itu berarti Ana pergi dari rumah.

Bi Asri dan Asti hanya bisa menunduk takut, bahkan mereka tidak berani menatap wajah tuannya. 

"Kevin!" teriakan Gerald membuat bi Asri dan Asti berjengit kaget.

"Iya tuan." Kevin datang dengan tergopoh-gopoh.

"Dimana Ana?" tanya Gerald dengan nafas yang memburu. Ia seperti pemburu yang kehilangan mangsanya.

Kevin menatap bi Asri yang ada di belakang tubuh Gerald. Bi Asri terlihat menggelengkan kepalanya tanda tidak tahu keberadaan Ana. Kevin meneguk ludahnya dengan susah payah. Seharian ia berjaga di pintu depan dan tidak melihat siapapun keluar dari rumah. Bagaimana bisa ia kecolongan.

"Maaf tuan saya tidak tahu." ujar Kevin dengan nada gugup.

Tangan Gerald mendorong toples kaca yang ada di atas meja sampai terjatuh dan pecah. 

"Argh sialan! Apa yang kalian lakukan seharian hah! Menjaga satu orang saja kalian tidak becus!" Gerald terlihat sangat marah ia seperti orang yang sedang kesurupan. 

"Kevin aku menggajimu bukan untuk duduk dan minum kopi, aku menggajimu untuk menjaga gadis itu." Gerald mencengkram kerah baju Kevin. 

"Cepat kalian cari gadis itu ke semua penjuru rumah!" perintah Gerald tak terbantahkan. 

Gerald melepas cengkeramannya pada kerah kemeja Kevin. Gerald berlari ke kamarnya. Tatapannya masih membara, dadanya naik turun karena emosi nya yang belum stabil. Gerald berdiri di jendela kamarnya sambil menatap tajam ke arah bawah. Ia tidak tahu kemana gadis itu berada sekarang. Terlintas di pikirannya untuk menyewa intel untuk mencari lokasi gadis itu. 

"Aku akan menemukanmu bagaimanapun caranya." ujar Gerald sambil mencengkram teralis jendela yang ia pegang.

Tok tok

"Tuan saya sudah menemukan keberadaan nona Ana tuan." ujar Kevin.

Gerald tersenyum miring, ia tidak salah mempekerjakan Kevin karena tanpa diminta laki-laki itu sudah melakukan apa yang dia pikirkan. Gerald tersenyum puas di dalam hati. Ia akan membuat kejutan yang akan membuat Ana benar-benar terkejut karena melihat kehadirannya.

"Kita akan bertemu lagi baby." gumam Gerald sambil tersenyum miring.

"Siapkan mobil kita akan membawa gadis itu kembali." Gerald beranjak dari jendela kemudian ia mengganti pakaiannya.

Tanpa membuang waktu Gerald langsung masuk ke dalam mobil dan langsung menyuruh supir untuk menuju lokasi keberadaan Ana. Ia juga menyuruh Kevin mengikutinya kalau saja Ana terlalu keras kepala, maka ia akan menyuruh Kevin menyeret perempuan itu masuk ke dalam mobil secara paksa.

Mobil milik Gerald berhenti di depan rumah kecil yang Gerald kenali. Ia tidak menyangka jika gadis itu berada di sini ternyata. Ia lupa jika gadis itu hanya memiliki satu tujuan jika kabur dari rumahnya. Jadi Ana Benar-benar pergi ke rumahnya dan menemui neneknya. Gadis itu benar-benar keras kepala, meskipun ia sudah bilang 'tidak' tetapi tetap saja Ana datang ke sini.

Gerald mengetuk pintu rumah di depannya. Tak lama keluarlah bi Ami, perempuan yang ia suruh untuk menjaga neneknya Ana. 

"Tuan, silahkan masuk." bi Ami mempersilahkan Gerald masuk ke dalam rumah.

"Dimana Ana?" tanya Gerald tanpa basa-basi.

"Nona Ana sedang berada di dapur." ujar bi Amin sambil menunjuk jalan menuju dapur.

Gerald langsung melangkahkan kakinya ke dapur. Jarak dapur dan ruang tamu hanya terpisah dengan dua kamar. Gerald langsung menemukan sosok Ana yang sedang menyiapkan makanan. Gerald melangkahkan kakinya mendekati Ana dengan pelan, ia tidak ingin Ana menyadari kehadirannya. Tetapi Gerald lebih ingin melihat wajah Ana yang terkejut melihat keberadaannya di rumah ini.

"Apa kau sudah selesai dari kabur mu?" bisik Gerald di telinga Ana. Gerald dapat merasakan tubuh Ana menegang. Ia tersenyum miring melihat raut wajah Ana yang terlihat ketakutan. Apa Gerald  semenakutkan itu?

"K...au." ujar Ana terbata-bata menatap Gerald berada di rumahnya. Bagaimana laki-laki itu tau ia berada di sini?

"Kenapa terkejut, aku sudah bilang jangan lari dariku. Sejauh apapun kau lari aku akan menemukanmu Ana." ujar Gerald yang terdengar seperti panggilan maut untuk Ana. 

"Ikut pulang denganku sekarang atau kau mau aku melakukannya dengan caraku." Gerald memberikan tawaran yang jika saja bisa Ana tidak ingin memilih salah satu dari tawaran tersebut.

"Aku ing_in ting_gal di sini deng_an nenekku." Ana meneguk ludahnya dengan susah payah. Kakinya terasa lemas karena ditatap intens oleh Gerald.

"Oh ternyata kau ingin aku melakukannya dengan caraku." ujar Gerald enteng.

"Kevin!" Gerald berteriak memanggil Kevin.

"Iya tuan." Kevin menunduk hormat.

"Bawa gadis itu masuk ke dalam mobil." perintah Gerald yang membuat mata Ana melebar.

Ana terlihat panik, ia tidak ingin pergi dari rumah ini. Ia masih ingin disini menemani neneknya. Ana berlutut memegang kaki Gerald.

"Aku mohon biarkan aku di sini selama beberapa hari. Nenek sangat membutuhkan ku, nenek tidak bisa melakukan semua aktivitasnya sendiri." Ana mulai mengeluarkan air matanya. Ia terus memohon pada Gerald supaya mengabulkan keinginannya.

"Aku sudah cukup berbaik hati kepadamu dengan membiarkanmu bersama nenekmu selama beberapa jam." tanpa memperdulikan tangisan Ana Gerald langsung melepaskan kakinya dari jangkauan tangan Ana.

"Bawa dia ke mobil." suruh Gerald kepada Kevin sebelum keluar dari rumah itu.

"Mari nona." Kevin membantu Ana berdiri tetapi langsung ditepis oleh Ana.

"Nona tolong jangan memberontak atau saya tidak punya cara lain dengan membawa nona dengan cara paksa." ujar Kevin memberi saran tapi Ana tak mengindahkannya. Ana tetap keras kepala tidak ingin berdiri dari tempatnya.

Terpaksa Kevin membawa Ana secara paksa. Kevin harus menerima pukulan dari perempuan itu di tubuhnya. Ana terus menerus memberontak meminta dilepaskan.

"Ana." 

Ana langsung membalikkan badannya ketika mendengar neneknya memanggil namanya. Sebelumnya neneknya sedang tertidur, neneknya pasti terbangun karena suara bising yang mereka timbulkan.

"Ana kau dimana?" Ana melihat neneknya jalan tertatih-tatih sambil tangannya meraba sekitar. 

"Biarkan aku menemui nenekku sebentar saja, aku mohon." Ana menangkupkan kedua tangannya memohon kepada Kevin.

Kevin terdiam sebentar, kemudian ia melepaskan cekalannya dari tangan Ana.  Ana langsung berlari mendekati neneknya.

"Nenek, dengarkan aku. Aku akan pergi sebentar dan aku akan sering menemui nenek, aku berjanji." Ana memeluk neneknya. 

Ana melepaskan pelukannya. Ia menatap wajah neneknya sebentar sebelum berjalan mundur perlahan. Ana menghapus air matanya yang terus keluar.

"Bibi tolong jaga nenek untukku." ujar Ana memohon kepada bi Ami.

"Bibi akan jaga nenek dengan baik non." ujar bi Ami menenangkan Ana agar tidak perlu mengkhawatirkan keadaan neneknya.

Ana menganggukkan kepalanya. Ia berjalan meninggalkan rumah neneknya dengan diikuti Kevin di belakangnya. Ia menatap sebentar rumahnya sebelum masuk ke dalam mobil.

Sejak kecil ia tumbuh di rumah sederhana ini. Dan sekarang ia harus pergi dari rumahnya sendiri. Rasanya seperti kebahagiaan kita di renggut oleh seseorang. Sedari dulu ia hanya memiliki neneknya di hidupnya. Ayah kandungnya sendiri bahkan tidak peduli dengan kehidupannya sampai rela menjualnya hanya untuk uang satu miliar.

"Sudah cukup menatapnya?" suara berat Gerald memasuki indera pendengaran Ana. Ana sama sekali tidak mengalihkan pandangannya dari rumah nya.

"Jalan." perintah Gerald kepada supir untuk menjalankan mobilnya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kehidupan Gelap CEO   Extra Part

    "Sayang." Gerald menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Ana. Sesekali ia menghisap atau menggigit gemas leher Ana. Ana memutar bola matanya jengah. Sudah kelima kalinya Gerald hanya memanggilnya tanpa mengatakan apa-apa. Ana menjauhkan tubuhnya dari jangkauan suaminya itu."Aku lagi dandan, jangan ganggu ah." kesal Ana karena sedari tadi Gerald terus menempel padanya dan tidak mau melepaskan pelukannya."Habisnya kamu wangi." ujar Gerald sambil terus menciumi leher Ana."Kamu aja yang bau karena belum mandi." ejek Ana."Kamu mau kemana sih pagi-pagi gini udah cantik aja." Gerald menatap dari pantulan cermin dengan pandangan tidak suka."Mau ke sekolahannya Aron ambil rapot." "Eve ikut?" Ana menggelengkan kepalanya. "Kamu hari ini liburkan, tolong jagain Eve ya." Gerald mencabikkan bibirnya dengan kesal. "Kenapa nggak diajak aja, masa aku harus nemen

  • Kehidupan Gelap CEO   The End

    Waktu berlalu dengan begitu cepat sampai sulit untuk menyadarinya. Hari demi hari terus berganti, bulan demi bulan terus berganti, hingga tahun demi tahun terus berganti. Sudah hampir tujuh tahun usia pernikahan Ana dan Gerald tanpa terasa. Tidak banyak yang berubah dari tahun-tahun sebelumnya. Hanya saja Gerald yang dulu telah berubah menjadi seorang Gerald yang lebih baik lagi. Hari-harinya dipenuhi oleh Ana yang selalu ada di sampingnya."Emmmh faster…" Ana terengah-engah dalam kegiatan panas mereka. "Jangan keluar dulu, tunggu aku." ujar Gerald sambil terus memompa tubuhnya."Aahhh akuhhh su daahh tidakkhh tahan." Ana memejamkan matanya menahan sesuatu yang ingin keluar dari bawah sana."Bersamahhh ahhhhkhhhkh." Gerald mengerang saat milik Ana Benar-benar menjepitnya dengan sangat erat.Cupp"Ahhh I love you." Gerald membaringkan badannya ke samping badan Ana dan menarik selimut untuk menut

  • Kehidupan Gelap CEO   A Confession

    "Arabella?" Rachel langsung berlari menghampiri Gerald begitu mendengar nama putrinya disebut oleh laki-laki itu."Dimana putriku? Katakan dimana putriku?" Rachel terlihat tak sabaran mendengar keberadaan putrinya itu. "Katakan dimana putriku!" Rachel berteriak seperti orang kesetanan karena tidak mendapat respon dari Gerald atas pertanyaannya."Arabella telah tiada." Ana menatap ke arah Gerald dengan pandangan tidak percaya. Ia tidak percaya jika laki-laki itu akan mengatakannya langsung tanpa berpikir panjang. Rachel tertawa keras mendengarnya. Sedangkan Peter terduduk di atas lantai karena terlalu terkejut."Tidak mungkin, putriku masih hidup hahahaha dia masih hidup. Kau berbohong!" Rachel mendorong tubuh Gerald hingga tubuh Gerald mundur beberapa langkah."Putriku masih hiduppp." Rachel berjalan kesana kemari dengan senyum dibibirnya."Kau tidak apa-apa?" Ana menanyakan kead

  • Kehidupan Gelap CEO   About Arabella

    Ana menggeliat dalam tidurnya. Matanya masih ingin terpejam meski cahaya matahari berusaha menerobos kamarnya untuk mengganggu tidur nyenyaknya. Semalam ia baru tertidur pukul tiga pagi hingga akhirnya hari ini membuatnya ia bangun kesiangan. Untungnya hari ini hari minggu jadi Ana bisa bermalas-malasan di tempat tidurnya. Ana menepuk-nepuk samping tempat tidurnya. Ia tersenyum mengingat makan malam romantisnya dengan Gerald. Mereka sangat menikmatinya semalam. Mereka memakan steak, kemudian dilanjut berdansa di bawah sinar bulan, dan kemudian mereka melanjutkan kegiatan malam mereka dikamar.Wajah Ana memerah seperti tomat kala mengingat bagaimana ia menjadi sangat agresif semalam. Tidak, sepertinya sejak ia hamil ia menjadi lebih agresif ketika mereka melakukannya. Ana selalu ingin memimpin dan Gerald dengan senang hati memberikan kendali kepadanya."Morning honey." Cupp"Morning." "Kau masih ingin tidur?

  • Kehidupan Gelap CEO   You Always Be My Life

    Ana bergerak mendekat ke arah Gerald. Dipeluknya laki-laki itu dengan tulus. Ia tahu Gerald sebenarnya orang yang baik. Hanya saja karena hatinya tertutup oleh dendam membuatnya jadi seperti ini. Setiap orang memiliki kesempatan dalam merubah hidupnya menjadi lebih baik, dan Ana yakin Gerald akan menjadi orang yang lebih baik setelah ia menyadari semua kesalahannya. "Aku ingin menjadi seorang ayah yang dibanggakan oleh anakku dimasa depan, bukannya dibenci oleh anakku." gumam Gerald sambil terisak di pelukan Ana. Tangan Ana mengusap punggung Gerald untuk menenangkan suaminya itu. Ini bukan pertama kalinya bagi Ana melihat Gerald yang menangis. Tapi setiap Ana melihat Gerald menangis, ia seperti melihat sisi lain yang selama ini Gerald coba sembunyikan. Selama ini Gerald selalu terlihat galak, dingin, dan tegas, tapi sebenarnya Gerald memiliki sisi yang lembut juga."Terimakasih sudah mengatakan semuanya." ujar Ana sambil tersenyum. Ia menghargai keberanian Gerald yang mau berkata ju

  • Kehidupan Gelap CEO   Deep Talk

    Setelah makan malam Ana langsung pergi ke kamar. Ia langsung mengambil buku novel yang beberapa hari ini ia baca. Malam ini rencananya ia akan menamatkan novelnya itu. Hanya kurang empat bab maka satu buku novel berhasil ia tamatkan selama satu minggu. Ana tetap terfokus pada buku di tangannya ketika Gerald masuk kedalam kamar. Perempuan itu enggan melirik meski sebentar saja. Ana memang selalu begitu jika sudah asyik membaca, maka dunianya akan terfokus pada satu titik.Gerald berpura-pura mencari sesuatu di dekat Ana untuk menarik perhatian perempuan itu. Tapi sayangnya Ana tidak tertarik dengan apa yang Gerald lakukan. Gerald mendengus melihat Ana yang sibuk dengan buku novelnya. Gerald mengintip apa yang membuat Ana sampai begitu mengabaikannya. Gerald melihat buku novel yang Ana baca, tidak ada yang menarik hanya berisi tulisan yang berupa paragraf saja. Gerald menaiki tempat tidur dengan pelan. Ia dengan sengaja merebahkan kepalanya ke atas paha Ana. Dan benar yang ia lakukan l

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status