Home / Zaman Kuno / Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas! / Bab 38. Suasana Membeku Di Meja Makan

Share

Bab 38. Suasana Membeku Di Meja Makan

Author: nanadvelyns
last update Huling Na-update: 2025-08-29 10:41:56

Merayakan kepulangan putra pertama keluarga Ishraq, perdana menteri mengajak anak-anaknya makan siang bersama.

Dalia duduk di dekat Giandra, sementara perdana menteri di kursi utama dan Gibran persis di depan Giandra.

Hanya ada satu orang yang tak hadir, Salsa.

Perdana menteri terlihat sangat bangga setiap kali berbicara pada putra sulungnya, pria itu tersenyum sepanjang obrolan.

"Teruslah menyelami lautan, nak. Mutiara indah yang langka selalu berada di perairan terdalam," ucap perdana menteri, menasihati dengan semacam pribahasa.

Giandra terkekeh. "Tidak, Ayah. Keberhasilan ku tidak sekedar kemampuan pribadi belaka, melainkan bantuan Dalia." Di akhir kalimat pria itu menatap adiknya.

Perdana menteri dan Gibran menaikkan alis kiri bingung, namun tak lama perdana menteri tersenyum lagi.

"Dalia?"

Giandra mengangguk. "Benar. Jika bukan karena Dalia yang memohon pada kaisar untuk mengirim bantuan dan perhatian lebih, mungkin... Aku tidak akan berada di sini hari ini."

"Memohon pa
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 56. Menginginkan Dalia

    Setelah acara penyambutan utusan kekaisaran Barat selesai, Dalia memutuskan untuk segera kembali. Untuk pertama kalinya dia benar-benar merasa tidak nyaman. Adipati Gara, putra mahkota kekaisaran Barat, bahkan Cahya?Tetapi belum sempat ia menuju kawasan kereta kuda, suara hangat memanggilnya. "Nona besar Ishraq."Dalia menoleh, matanya menangkap sosok Cahya yang berdiri tidak jauh di belakangnya"Apa ada yang bisa saya bantu, tuan muda Sudiro?" tanya Dalia. Cahya menggeleng pelan, senyumnya selalu terlihat lembut setiap saat. "Tidak, saya hanya ingin memastikan sesuatu.""Sesuatu?" tanya Dalia bingung. "Sebelumnya saya sempat memberikan puisi untuk Anda nilai, apakah saya boleh tahu seperti apa pendapat nona?" jawab Cahya. Mendengar hal tersebut, kening Dalia terlipat. Benar, Cahya sempat memberikannya selembar kertas terlipat yang berisi puisi. Tetapi karena sibuk mengurus Salsa yang menggila, Dalia sempat melupakannya. Kepala Dalia pun tertunduk singkat, bibirnya tersenyum f

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 55. Kita Bertemu Lagi, Nona

    Dalia menoleh ke kanan dengan kepala tertunduk, menghindari tatapan putra mahkota kekaisaran Barat, Rangga Tirta."Sepertinya alam semesta gemar mempertemukan kita. Kita bertemu lagi, nona." Dalia mengerutkan keningnya dalam, tidak bisakah pria itu fokus pada perannya sebagai utusan kekaisaran Barat saja? Untuk apa mengurusinya di tengah banyak mata seperti ini? "Bertemu lagi? Kamu sempat keluar kediaman?" tanya Giandra yang bingung. Dalia menggeleng cepat, menatap Giandra penuh keyakinan. "Tidak, tentu saja tidak." Kemudian menunduk dalam lagi untuk membalas Rangga. "Mohon maaf yang mulia... Saya yakin, sepertinya Anda salah mengenali orang." Kedua mata ungu itu menatap Dalia seperti siap membelenggunya, senyum rubahnya pun bertambah dalam. "Salah mengenali orang? Kalau begitu... Siapa nama Anda, nona?" tanya Rangga, membuat situasi Dalia semakin sulit. Jika pria itu berbicara lebih lama lagi padanya, maka tidak akan ada lagi ketenangan dalam hidup Dalia. Kasus racun Nadine

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 54. Wajah Asing Yang Tak Asing

    Berhasil kembali ke kediaman perdana menteri melalui pintu belakang, Dalia memerintahkan Hana untuk menyembunyikan mantelnya yang basah karena salju. Tepat setelah Hana menyembunyikannya, pelayan yang berjaga di luar mengumumkan kedatangan Giandra. Dalia menoleh cepat ke arah pintu, berdiri dengan senyum kaku. "Kakak?"Giandra tersenyum seperti biasa, lalu memperhatikan suasana ruangan yang terasa aneh. "Apa terjadi sesuatu?" tanya Giandra yang peka. Dalia menggeleng. "Tidak, aku sejak tadi hanya membaca buku di sini. Ada apa, kak?"Giandra kembali mengingat alasannya datang, ia kembali tersenyum. "Bersiaplah, utusan kekaisaran Barat tiba. Kali ini yang datang adalah putra mahkota kekaisaran Barat langsung," ujar Giandra. Dalia mengangguk ringan. "Ah... Seperti itu? Kalau begitu aku akan ber--""Kamu akan datang bersama Gibran, karena aku dan Ayah harus lebih dulu berada di Istana mendampingi Kaisar." Sela Giandra, kalimatnya membuat senyum Dalia perlahan menghilang. Satu kere

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 53. Sang 'Dewi'

    "Astaga... Tadi itu sangat berbahaya, nona!" Cetus Hana saat menghampiri Dalia. Dalia tidak menjawab, dia juga tidak mau ikut campur. Tetapi entah mengapa hatinya tadi terasa sangat gelisah, seolah kemunculannya memang sebuah... Takdir? Konyol sekali. Tak lama Hana menunjuk ke arah kerumunan di depan. "Lihat, kereta kuda putra mahkota itu berhenti lagi! Beberapa berkata tak lama setelah melewati Anda salah satu roda keretanya bermasalah." Dalia menaikkan alis kirinya sekilas, kereta kuda sekelas putra mahkota bermasalah di tengah kerumunan seperti ini?Tetapi itu tidak penting, Dalia kembali menatap Hana. "Apa kamu melihat pria albino beberapa minggu lalu di kerumunan itu?"Hana menggeleng. "Tidak, nona." Dalia menghela napas tipis, sepertinya dia memang bukan bagian besar di kekaisaran Barat sehingga tidak ikut mengawal putra mahkota. Jika seperti ini, maka jalannya untuk menemukan pria itu akan semakin sulit. Dia harus menunggu satu bulan lagi agar pria albino itu kembali memb

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 52. Salju Yang Menyimpan Pandang

    Mengantar Dalia kembali, adipati Gara bergegas menuju Istana begitu menerima sinyal kembang api panggilan dari Kaisar. Tiba di Istana, penampilan Kaisar yang duduk dengan raut wajah lelah terlihat jelas. Putra langit itu melirik dengan malas pada kehadiran adiapti Gara. "Ada apa?" tanya adipati Gara. Kaisar menjawab dengan nada bicara yang lelah. "Jenderal Ishraq baru saja mengirim pesan, dia telah menemukan orang yang tepat untuk mengawasi keluarga Wanda dan kekaisaran Barat." Adipati Gara mengangguk singkat. "Itu bagus, selama Anda dan jenderal besar Ishraq yakin dia bisa dipercaya." Melihat raut wajah adipati Gara yang tidak seperti biasanya, kaisar menaikkan alis kirinya sekilas. "Apa yang baru-baru ini terjadi? Mengapa rasanya aku melihat bunga bermekaran bahkan di dalam lubang telingamu?" tanya Kaisar. Adipati Gara tetap tenang, meskipun tertangkap basah karena perasaannya, pria itu masih datar. "Benarkah? Rasanya saya seperti biasa saja." Kaisar berdecak kesal, mereka s

  • Kehidupan Kedua: Nona Ingin Menuntut Balas!   Bab 51. Gerhana dan Salju

    Di dalam gendongan adipati Gara, Dalia melingkarkan kedua tangannya erat di leher pria itu. Setelah berbincang singkat, adipati Gara mendadak mengangkat tubuhnya dan membawanya tanpa mengatakan tempat apa yang akan mereka datangi. Pria itu membawa Dalia melompat dari atap satu ke atap lainnya dengan jurus tradisional qinggong. "Yang mulia, jika saya jatuh maka saya akan menuntut ganti rugi besar pada Wangfu adipati!" Seru Dalia sambil memejamkan kedua matanya. Adipati Gara tidak peduli, namun mata pria itu sesekali memperhatikan Dalia yang meringkuk takut di pelukannya. Senyum samar pun muncul di wajah dingin pria itu. Tak lama mereka berhenti di sebuah tebing tinggi asing, pria itu menurunkan Dalia dengan hati-hati. Dalia tertegun saat mendapati gerhana bulan yang jauh lebih terlihat jelas dan dekat dari tempat mereka berdiri. Kemudian matanya menyapu seluruh ruang terbuka tak terbatas di hadapannya, salju menyelimuti daratan dengan sempurna. Ketika melihat gerbang kekaisara

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status