Share

Bab 2 - Pria Yang Paling Dibenci

Setelah membulatkan tekad untuk membalas apa yang sudah tunangannya lakukan pada dirinya dan Anna, Jessica yang sudah selama dua hari ini memikirkan cara untuk dapat kembali ke tubuhnya berniat untuk pergi ke ruangan lain di mana tubuh aslinya berada.

Ia menebak, jika jiwanya telah berpindah ke dalam tubuh Anna, maka jiwa Anna pastilah sedang berada di dalam tubuhnya juga.

Jika ingin balas dendam, dia harus mendapatkan tubuh aslinya terlebih dahulu karena dengan dirinya sendirilah ia akan memiliki sumberdaya untuk bisa menghancurkan kehidupan tunangannya, yang ia tahu memiliki dukungan dari banyak orang kuat yang berada di belakangnya.

Seperti cara tubuh mereka tertukar, Jessica menebak jika dia dan Anna akan bisa kembali ke tubuh mereka masing-masing jika keduanya mati sekali lagi.

“Aku tinggal menusuk jantung dari tubuh asliku, lalu aku akan melakukan bunuh diri setelahnya. Dengan begitu jiwa kami akan kembali lagi ke tubuh kami sendiri, kan?” pikirnya.

Cara sederhana itulah yang paling masuk akal baginya. Bagaimana cara mereka bisa sampai bertukar tubuh, begitu juga cara jika mereka ingin kembali. “Ya, sesuatu kadang akan bisa sesederhana itu.”

Sayangnya, untuk dapat masuk ke ruangan di mana tubuh aslinya berada tidaklah mudah. Kedua pengawal pribadi Jessica selalu bergantian berjaga di depan pintu.

Melihat bagaimana setianya mereka menjaga tubuhnya yang berada di dalam sana, Jessica sempat menyesal kenapa pada malam itu dia memberikan mereka libur. Andai tidak melakukannya, dia pasti tidak akan bernasib seperti ini.

‘Ayo coba cara ini, ku harap akan berhasil padanya.’

Dulu —bahkan sampai saat ini—, Jessica sebenarnya agak sedikit iri dengan wajah manis Anna yang tidak akan membuat siapapun bosan walau menatapnya dalam waktu lama.

Anna memang tidak secantik dirinya —yang sering dikatakan memiliki wajah cantik yang sangat berlebihan—, tapi Anna memiliki wajah manis yang sangat menyenangkan untuk dipandang dalam waktu lama.

Saat pertama kali bertemu Anna dalam audisi calon aktris Wright Entertainment dimana dirinya —selaku aktris senior juga CEO dari perusahaan tersebut— bertindak sebagai salah satu juri, Jessica sempat terpaku lama saat memandang wajah manis Anna yang sangat menyejukkan hati siapapun yang melihatnya. Karena itulah Jessica pada akhirnya menjadi satu-satunya juri yang meloloskan Anna walau akting gadis itu sangat buruk.

Karena itu jugalah dalam 3 bulan belakangan ini Jessica yang merasa jika kesempatan yang diberikannya pada Anna telah disia-siakan gadis itu, selalu memarahi Anna tiap kali melihat akting buruknya dalam casting peran yang ditawarkan sebuah rumah produksi padanya.

‘Dengan wajah manisnya ini, aku harusnya bisa membujuk Ronald untuk pergi meninggalkan ruangan itu hanya dengan sedikit akting,’ pikir Jessica dengan penuh percaya diri.

Jessica berjalan dengan langkah terpincang menghampiri Ronald, pengawal pribadinya. Mendalami perannya sebagai remaja yang sedang mengalami kesulitan, ia berbicara pada pria bertubuh tinggi kekar itu dengan wajah memelas yang tampak sangat alami.

“P-permisi, Pak… A-apa saya boleh meminta bantuan Bapak?”

Ronald biasanya tidak pernah peduli pada orang yang menyapa dirinya saat sedang bertugas. Tapi untuk kali ini Ronald menoleh pada gadis manis yang tampak sangat memprihatinkan itu.

“Bantuan? Apa itu?” tanya Ronald dengan mata bergetar, merasa terharu hanya dengan melihat ekspresi menyedihkan Anna. Di matanya, Anna benar-benar tampak seperti anak malang yang harus ia bantu.

“Saya merasa takut berada di ruangan saya sendirian. Ingin menghubungi Ibu, tapi Ibu meninggalkan ponselnya. Bisakah Bapak membantu saya mencarikan Ibu saya? Setahu saya, ibu saya sedang berada di apotik lantai 1 dan sudah terlalu lama tidak kembali ke ruangan rawat inap saya.”

Melihat wajah memelas Anna, Ronald yang berhati baja hampir saja menyanggupi permintaan itu. Untungnya dia sempat tersadar dan ingat jika sedang menjaga bosnya yang sedang terbaring koma di dalam ruangan, di balik pintu yang berada tepat di belakangnya.

Tapi saat Anna berbicara kembali, Ronald pun akhirnya luluh dan pergi meninggalkan pintu ruangan itu.

“Sebagai gantinya, saya akan berjaga di sini sementara Bapak membantu saya untuk mencari Ibu saya. Saya mohon, Pak…”

“B-baiklah… tolong tetap di sini dan jangan pergi kemanapun. Saya akan segera kembali.”

Jessica menatap Ronald dengan perasaan agak mendongkol. Dia memang senang telah berhasil menyingkirkan Ronald dari depan pintu, tapi merasa kesal juga karena Ronald dengan mudahnya jatuh dalam perangkap.

‘Padahal seharusnya dia tidak boleh pergi meninggalkan tubuhku yang ada di dalam sana apapun yang terjadi. Bagaimana jika orang yang dikatakan sebagai para penyerang dalam berita itu datang ke sini? Bagaimana jika akulah penjahatnya? Ckckck… ceroboh sekali.'

“Apa dia nanti ku pecat saja, ya?”

Setelah Ronald berbelok ke koridor lain, Jessica pun bergegas masuk ke dalam ruangan.

‘Tubuhku benar-benar sekarat,’ batin Jessica, memperhatikan tubuh aslinya yang terbalut perban dari pinggang hingga leher. ‘Jiwa Anna pasti sedang berada di dalam tubuhku, kan?’

Tatapannya beralih pada peralatan penopang hidup yang berada di sisi kiri dan kanan tubuh aslinya. Ia kemudian mendekat menghampiri peralatan di sisi kanan ranjang, mempertimbangkan untuk mencabut selang oksigen dari tabungnya.

‘Sepertinya dengan mencabut satu selang ini saja, napasnya akan terhenti.’

Jessica menggenggam selang oksigen itu. Sambil menatap wajah dari tubuh aslinya, ia berbicara pada Anna yang ia rasa ada di dalam sana, “Ayo kita kembali ke tubuh kita masing-ma—”

“Apa yang kau lakukan?!”

Jessica buru-buru melepaskan selang penunjang hidup itu saat mendengar suara geraman tertahan dari seorang pria di belakangnya. Ia kemudian berbalik, dan melihat sosok pria yang sangat dibencinya berdiri tepat di depan pintu, sebelum akhirnya berjalan dengan langkah lebar menghampiri dirinya.

“Apa yang ingin kau lakukan?” tanya pria itu lagi. Kali ini ia berbicara sambil menghalangi Anna dari tabung oksigen dan membuat dirinya mau tak mau harus mundur menjauh.

Sebenarnya bukan karena takut maka Jessica melangkah mundur. Ia merasa jijik pada pria tampan di hadapannya itu, yang merupakan satu dari 3 orang yang paling dibencinya di dunia ini, —pria yang sudah dianggapnya sebagai musuh, yang harus dimasukkannya dalam penjara suatu hari nanti.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Shianida
mantapppsss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status