Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, pihak kepolisian memutuskan untuk memulangkan Arkan karena ketika mereka menghubungi pelapor, tidak ada jawaban meski sudah sampai sepuluh kali panggilan. Mereka juga memberikan kembali bukti kuat yang sempat ditunjukkan.
“Sebagai polisi, akhir-akhir ini aku tidak cukup mengerti dengan pikiran para pelapor. Memangnya mereka bisa membawa kasus ini ke pengadilan jika dihubungi saja tidak bisa,” omelnya.
Para polisi yang ada di situ menepuk pundak polisi yang kini menatap ke arah Nevilla dan Axel. Ia lalu menyerahkan berkas tadi. “Ini kau simpan baik-baik. Aku akan mencoba melacak nomor yang menghubungi kami untuk penangkapan Pak Arkan dan segera memberi tahu,” jelasnya.
Nevilla mengangguk mantap, ia bersama Axel kemudian menuju ke sel di mana Arkan berada. Arkan terlihat duduk lalu tersenyum saat polisi datang membukakan gerbang sel. Axel langsung memeluk ayahnya sedangkan Nevilla mengangguk sopan
Sera menyesali perbuatannya, sehingga ia meminta maaf dan akan melakukan hal apa pun. Ia merasa tak berdaya jika harus berurusan dengan polisi, maka ia memohon kepada Arkan untuk tak membawanya ke kantor polisi. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi, jika ia harus menetap di penjara.“Aku sudah memikirkan solusi untukmu. Pergi dan temui orang yang telah menyuruhmu melakukan hal ini. Axel akan mengikutimu dan akan ada putraku yang lain juga."Arkan berlalu pergi memasuki kembali bangsal tempat Ale berada. Ia masih tidak menyangka akan mendapati Sera berani mengkhianati kepercayaan. Sudah beberapa tahun, wanita itu selalu menjadi salah satu kepercayaan perusahaan dan ia kini bersekongkol dengan seseorang untuk menghancurkannya.Ale sempat mendengar percakapan di luar tadi. Ia sebenarnya tak menduga jika sang ayah akan dengan cepat mengetahui fakta itu. Ia sengaja diam saja, karena ia meyakini jika Sera melakukan hal ini atas paksaan bukan keinginannya sendiri.
Berita penangkapan manajer perusahaan AIA Company, Daniel Fappe, sedang menjadi topik hangat di antara para karyawan. Mereka masih sibuk berbisik-bisik sebelum waktu masuk perusahaan. Ada yang duduk di kantin bersama karyawan yang lain, berjalan sambil sesekali menyapa karyawan lalu saling memberikan informasi, atau memilih untuk diam-diam berbicara di toilet.Nevilla mendengarkan dengan saksama apa yang dijelaskan oleh Serena. Sahabatnya itu sedari tadi belum berhenti bicara karena masih tidak menyangka jika Daniel yang terlihat baik hati dan tidak sombong itu adalah pelaku kejahatan. Pria itu sengaja memasukkan satu perusahaan setelah melakukan pembayaran besar untuk sebuah proyek kerja sama. Tak tanggung-tanggung, Daniel bahkan hendak membuat AIA Company bangkrut, alasannya ia memiliki dendam pribadi terhadap Aron yang seharusnya tidak membuatnya putus dengan sang pacar. Sesuatu yang benar-benar tak bisa diduga.Suara tepukan tangan membuat para karyawan melihat ke
Nevilla terdiam di samping Ale, ia masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia tidak menyangka bahwa hari ini di depannya Carlson sedang berdiri sambil mengamatinya. Pria itu hampir membuat jantungnya meledak saking kagetnya. Ditambah, ia menyadari jika Aron kini juga telah menatapnya.“Aku dan Nevilla ingin menuju ruanganmu, Kak, tetapi sepertinya kita malah bertemu di sini.” Ale seakan tahu kecanggungan yang telah terjadi, pria itu menyenggol lengan Nevilla.Nevilla melirik sembari tersenyum tipis, berpura-pura mengangguk jika yang diucapkan oleh Ale bebar adanya. “Ya, aku akan ke ruangan Pak Carlson selaku direktur baru.”Nevilla kian menyadari setelah Ale menyebut kata kakak pada keduanya, ya keduanya itu saja dulu yang ada di pikirannya. Ia sempat melihat Aron mendadak menampakkan wajah tidak suka, tidak hanya itu, pria itu bahkan pergi tanpa mengucapkan apa pun. Ayolah, Nevilla tidak begitu mengharapkan pria itu untuk bica
Nevilla melangkahkan kakinya meninggalkan meja kerja. Ia tidak peduli dengan tatapan para karyawan yang lain, ia hanya ingin segera berbicara dengan Carlson dan setelah itu membiarkan mereka seperti orang yang tak saling mengenal. Ketika tadi ia merasakan kesal karena pria itu pura-pura mengenalinya, kini ia sendiri berharap seperti itu. Tetapi sebentar, Nevilla menghentikan langkahnya, ia seakan lupa tujuannya datang ke kota ini.Nevilla kembali berjalan sesaat setelah Carlson menyadari dirinya berhenti mengikuti pria itu. Ia lalu dengan langkah cepat menyejajarkan diri. Ia sempat melirik pada Carlson yang sedari tadi tidak bicara. Ia sedikit menundukkan wajah saat mengetahui dirinya kini menjadi tontonan karyawan yang tidak sengaja sedang melintas atau dilintasi. Ia mendongak kala Carlson membuka pintu ruangan istirahat dan menyuruhnya masuk. Mau tidak mau, Nevilla berjalan memasuki rumah serba putih itu.“Apa yang ingin kamu bicarakan?” tanya Nevilla ter
Adero memilih untuk tidak mengejar Nevilla, meskipun ia ingin sekali menarik wanita itu untuk tetap bersamanya. Ia menggelengkan kepala dan hendak meninggalkan tempatnya berdiri, tetapi ia melihat Viana tidak sengaja menumpahkan minuman kepada Nevilla. Ia buru-buru mendekat, menarik Nevilla serta melihat keadaannya.“Kamu bisa kembali, Viana. Aku yang akan mengurus dia,” ujar Adero. Ia bisa melihat wajah khawatir dengan tatapan memelas dari Viana sebelum wanita itu pergi dari hadapan dirinya dan Nevilla.“Sebaiknya kamu ikut denganku,” kata Adero sambil menarik pergelangan tangan Nevilla.Adero cukup tersentak kala Nevilla melepaskan genggaman tangannya. Meski begitu, ia tetap menampakkan wajah biasa dan menatap wanita itu meminta penjelasan. Melihat Nevilla menatap kemejanya yang kotor, ia tidak tahan lagi tetapi sebisa mungkin bersikap biasa saja.“Aku akan kembali ke ruanganku dan mencoba meminta bantuan dari karyawan lain
Nevilla tidak bisa berhenti menatap Carlson yang terlihat khawatir. Ia jelas-jelas tidak begitu memusingkan ucapan Aron, ia hanya ingin sedikit menarik perhatian Carlson yang ia tebak bahwa pria itu mungkin menyukainya. Ia mengalihkan pandang pada Ale yang sedang menyesap kopi, pria itu sudah datang sedari tadi tetapi belum mengucapkan sepatah kata pun.Nevilla tidak mau kalah, ia juga mengambil gelas kopi dan meneguknya. Jujur saja, ia memang sedari tadi merasa haus karena menunggu sangat lama. Ia menyelipkan rambutnya ke telinga sebelum kembali menyesap kopi.“Aku tidak tahu apakah kemeja itu akan cocok untukmu, tetapi kata si pemilik toko itu, kemeja itu sering menjadi incaran para pekerja kantor.”Nevilla menaruh gelas ke meja, ia lalu membuka tas kertas dan melihat kemeja yang dimaksud. Ia tersenyum dan berkata, “Aku rasa ini cocok untukku. Terima kasih banyak.”Nevilla melihat label harga kemeja itu, ia membekap mulutnya send
Nevilla menatap Ale dan Carlson bergantian, ia menghela napas kasar lalu duduk dengan malas. Ia tidak menyangka, jika Pak Javier akan membatalkan rencana pertemuan mereka, padahal mereka sudah dalam perjalanan sehingga mereka kini mampir di restoran siap saji untuk makan siang.“Aku benar-benar tidak habis pikir, dia membatalkan pertemuan dengan mendadak. Apa ia tidak memiliki banyak waktu sehingga baru memberi tahu?” Carlson terlihat kesal kemudian menyeruput kopi pesanannya.Nevilla melirik pada Ale, ia mencoba bersikap biasa saja meski sebenarnya ia tidak ingin berada di sini karena rasanya tidak menyenangkan. Ia ingin segera kembali ke perusahaan tetapi tak kuasa menolak karena pasti Ale akan mengomel. Ia mengalihkan padangan dari meja menuju ke seluruh sudut restoran, ia tidak melihat banyak pengunjung walaupun restoran ini memiliki desain yang unik.“Pak Javier mungkin lupa memberi tahu, jadi sebaiknya kita memaklumi saja. Apakah sebaikny
Nevilla menyadari tatapan Carlson berubah padanya setelah yang pria itu lakukan padanya. Ia sendiri masih tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh pria itu. Jika memang Carlson hendak melindunginya mengapa pria itu mengatakan akan selalu ada bersamanya. Bukankah itu aneh?Namun, yang Nevilla syukuri adalah ia tidak perlu menatap mata Aron dan mendapatkan segala bentuk rasa tidak adil dari pria itu. Nevilla juga kian menyadari, mendekati Aron tidak akan menguntungkan apa pun. Ia harus jauh lebih cerdik daripada pria yang hanya bisa memberikan harapan palsu padanya.Serena menyenggol lengan Nevilla yang sedari tadi melamun di tempat. Nevilla menoleh dengan wajah jengah, sebab ia yakin Serena akan memberi tahu topik hangat kembali karena tatapannya terlihat antara percaya tidak percaya. Jadi, Nevilla berharap tidak ada gosip yang aneh-aneh.“Sebentar, aku perlu memastikan berita ini benar atau tidak. Aku tidak ingin disebut sebagai penyebar berita palsu,