Adero memilih untuk tidak mengejar Nevilla, meskipun ia ingin sekali menarik wanita itu untuk tetap bersamanya. Ia menggelengkan kepala dan hendak meninggalkan tempatnya berdiri, tetapi ia melihat Viana tidak sengaja menumpahkan minuman kepada Nevilla. Ia buru-buru mendekat, menarik Nevilla serta melihat keadaannya.
“Kamu bisa kembali, Viana. Aku yang akan mengurus dia,” ujar Adero. Ia bisa melihat wajah khawatir dengan tatapan memelas dari Viana sebelum wanita itu pergi dari hadapan dirinya dan Nevilla.
“Sebaiknya kamu ikut denganku,” kata Adero sambil menarik pergelangan tangan Nevilla.
Adero cukup tersentak kala Nevilla melepaskan genggaman tangannya. Meski begitu, ia tetap menampakkan wajah biasa dan menatap wanita itu meminta penjelasan. Melihat Nevilla menatap kemejanya yang kotor, ia tidak tahan lagi tetapi sebisa mungkin bersikap biasa saja.
“Aku akan kembali ke ruanganku dan mencoba meminta bantuan dari karyawan lain
Nevilla tidak bisa berhenti menatap Carlson yang terlihat khawatir. Ia jelas-jelas tidak begitu memusingkan ucapan Aron, ia hanya ingin sedikit menarik perhatian Carlson yang ia tebak bahwa pria itu mungkin menyukainya. Ia mengalihkan pandang pada Ale yang sedang menyesap kopi, pria itu sudah datang sedari tadi tetapi belum mengucapkan sepatah kata pun.Nevilla tidak mau kalah, ia juga mengambil gelas kopi dan meneguknya. Jujur saja, ia memang sedari tadi merasa haus karena menunggu sangat lama. Ia menyelipkan rambutnya ke telinga sebelum kembali menyesap kopi.“Aku tidak tahu apakah kemeja itu akan cocok untukmu, tetapi kata si pemilik toko itu, kemeja itu sering menjadi incaran para pekerja kantor.”Nevilla menaruh gelas ke meja, ia lalu membuka tas kertas dan melihat kemeja yang dimaksud. Ia tersenyum dan berkata, “Aku rasa ini cocok untukku. Terima kasih banyak.”Nevilla melihat label harga kemeja itu, ia membekap mulutnya send
Nevilla menatap Ale dan Carlson bergantian, ia menghela napas kasar lalu duduk dengan malas. Ia tidak menyangka, jika Pak Javier akan membatalkan rencana pertemuan mereka, padahal mereka sudah dalam perjalanan sehingga mereka kini mampir di restoran siap saji untuk makan siang.“Aku benar-benar tidak habis pikir, dia membatalkan pertemuan dengan mendadak. Apa ia tidak memiliki banyak waktu sehingga baru memberi tahu?” Carlson terlihat kesal kemudian menyeruput kopi pesanannya.Nevilla melirik pada Ale, ia mencoba bersikap biasa saja meski sebenarnya ia tidak ingin berada di sini karena rasanya tidak menyenangkan. Ia ingin segera kembali ke perusahaan tetapi tak kuasa menolak karena pasti Ale akan mengomel. Ia mengalihkan padangan dari meja menuju ke seluruh sudut restoran, ia tidak melihat banyak pengunjung walaupun restoran ini memiliki desain yang unik.“Pak Javier mungkin lupa memberi tahu, jadi sebaiknya kita memaklumi saja. Apakah sebaikny
Nevilla menyadari tatapan Carlson berubah padanya setelah yang pria itu lakukan padanya. Ia sendiri masih tidak mengerti dengan apa yang dilakukan oleh pria itu. Jika memang Carlson hendak melindunginya mengapa pria itu mengatakan akan selalu ada bersamanya. Bukankah itu aneh?Namun, yang Nevilla syukuri adalah ia tidak perlu menatap mata Aron dan mendapatkan segala bentuk rasa tidak adil dari pria itu. Nevilla juga kian menyadari, mendekati Aron tidak akan menguntungkan apa pun. Ia harus jauh lebih cerdik daripada pria yang hanya bisa memberikan harapan palsu padanya.Serena menyenggol lengan Nevilla yang sedari tadi melamun di tempat. Nevilla menoleh dengan wajah jengah, sebab ia yakin Serena akan memberi tahu topik hangat kembali karena tatapannya terlihat antara percaya tidak percaya. Jadi, Nevilla berharap tidak ada gosip yang aneh-aneh.“Sebentar, aku perlu memastikan berita ini benar atau tidak. Aku tidak ingin disebut sebagai penyebar berita palsu,
Berita tentang Viana yang menyukai Adero telah diketahui oleh karyawan A.I.A Corporation. Ha ini menimbulkan banyak reaksi, ada yang mengatakan kalau Viana terlalu berani, ada pula yang terang-terangan berpendapat kalau Adero tidak akan menerima cinta Viana, juga tentang pembicaraan jika Viana mengikuti jejak Nevilla. Tentu tidak ada yang merasa asing dengan kedekatan Aron dan Nevilla sehingga ikut menjadi bahan pembicaraan di grup pesan karyawan.Serena menatap Nevilla yang sedang membuat kopi, tidak tahu kenapa sahabatnya masih bersikap tenang. “Apa kamu benar-benar tidak akan memberikan klarifikasi apa pun? Kamu dan Pak Aron tidak memiliki hubungan yang spesial, setidaknya kamu harus memberi tahu agar tidak terjadi kesalahpahaman. Lagian, kamu akan menunggu Pak Aron sampai kapan? Kamu harus mencari pria yang bisa menghargaimu seperti Ale misalnya.”Mendengar apa yang dikatakan oleh Serena, membuat Ale yang baru menegak kopi harus tersedak. Ia segera mengambi
Dengan rasa penasaran yang tinggi, Adero melangkah mendekati kerumunan karyawan kantor dan mendapati Nevilla dipeluk oleh Serena. Ia tersenyum saat beberapa karyawan memberikan jalan agar ia bisa mendekati Serena dan Nevilla. Ia tidak tahu apa yang tengah terjadi akan tetapi melihat Ale keluar dari ruangan sambil membawa kotak. Penciuman Adero yang tajam, langsung menghentikan Ale untuk melihat isi kotak yang benar dugaan kalau isinya bangkai tikus. Ia menyuruh Ale untuk membuang, sementara ia melihat office boy membersihkan meja Nevilla. “Apa kamu baik-baik saja?” tanya Adero untuk memastikan kalau memang tidak terjadi hal buruk pada Nevilla.Nevilla mendongak dengan raut wajah pucat. “Apa kamu tidak lihat? Aku ketakutan. Siapa yang akan mengira kalau ada kotak berisi bangkai tikus berada di meja kerjaku. Lagian, aku heran sekali padahal ada karyawan ketika aku masuk ruangan akan tetapi tidak ada yang tahu siapa yang telah menaruh kotak tersebut. Aku benar-be
“Apakah Ade belum keluar dari kamarnya?” tanya Avalee saat tahu anggota keluarga sudah berkumpul di ruang makan untuk sarapan, tetapi anak tirinya belum ada di tempatnya duduk. “Apakah aku perlu memanggilkan?” Avalee menatap Arkan yang sedang menyesap kopi buatan pelayan rumah.“Dia pasti akan keluar dari kamarnya, jadi sebaiknya Ibu sarapan.” Aron pikir tak penting juga menunggu kedatangan seseorang yang tak menghargai keluarga ini. “Aku dengar Ibu akan mendatangi salah satu kerabat yang putrinya hendak bertunangan, ada baiknya Ibu segara bersiap-siap.”Arkan sengaja membanting garpu ke piring, membuat semua orang yang ada di sana langsung memperhatikan.“Kakek sedang marah ya? Ada apa?” tanya Vena dengan wajah ketakutan. “Vena mau berangkat sekolah saja. Kak Vincent, ayo!” Vena menarik tangan kakaknya sebelum dipeluk oleh Vincent.“Kamu membuatnya ketakutan. Tidak bisakah kamu melakuk
Serena terkejut ketika Nevilla menaruh beberapa berkas di meja kerjanya. Ia menghela napas kasar kemudian tersenyum. “Aku harus memberikan ini kepada Viana. Oh, malas sekali. Aku benar-benar muak dengan sikapnya. Tidak bisakah dia meminta maaf dengan benar?”Nevilla mengangkat bahu. “Aku berusaha untuk memaafkan apa yang telah dia perbuat padaku tetapi aku tidak ingin menemuinya. Kamu berikan itu padanya, katakan juga untuk segera mengirim email untuk perusahaan Recodeck karena mereka ingin segera membayar uang mukanya. Apakah kamu paham?”“Aku harap dia segera dipecat dari perusahaan!” teriak Serena tanpa memedulikan rekan kerja lain yang menatapnya penuh kebingungan. Ia membawa berkas-berkas keluar dari ruangan. Ia tak akan menolak keinginan Nevilla karena sahabatnya telah berjanji akan membantunya menyelesaikan laporan.Serena melangkah dengan cepat menuju ruangan Viana. Ia sudah mempersiapkan diri dengan baik untuk mengucapkan s
Suasana makan siang sangat canggung karena Arkan mengajak Aron dan Adero ikut serta. Ale tadi sudah memberi tahu ayahnya agar makan siang di rumah saja tetapi Arkan mengabaikan perkataannya dan malah mengajak kedua kakaknya sendiri. Ia mau tak mau harus hadir agar tidak terjadi hal yang jauh lebih mengerikan daripada saling diam seperti ini.Arkan meneguk minum setelah menyelesaikan makannya. Ia menatap Adero dan Aron yang duduk bersebelahan. Keduanya tak banyak bicara lagi setelah menyelesaikan masalah yang terjadi di perusahaan. “Apakah kalian ingin makan hidangan penutup?” tanya Arkan.“Tidak,” ujar Adero dan Aron bersamaan. Hal ini membuat Ale melirik sekilas sambil menggelengkan kepala.“Baiklah kalau begitu. Setelah ini kalian langsung kembali ke perusahaan?” Arkan menatap Adero dan Aron bergantian. Ia ingin tahu siapa dulu yang akan menjawab.“Kita akan kembali ke perusahaan karena masih ada pekerjaan yang harus di