Share

Tak ada harapan

"Masya Allah, Astaghfirullah, Nisa ... Ini apa-apaan?!" Teriakku di depan pintu. Bergidik ngeri saat mahluk berbulu mendekat kearahku dan mengendus kakiku dan ini bukan cuma satu!

Ngeong!

Ngeong!

Suara khasnya membuat aku pusing, terlebih mereka mendekat kearahku dan bermain di kakiku. Seolah aku orang tua mereka.

"Nisa! Singkirkan mereka dariku!" Kembali aku teriak karena si pemilik nama belum juga menunjukan batang hidungnya.

Terlihat Nisa mendekat, dia juga tengah mengendong satu kucing gemuk.

"Apa si, Mas? Teriak-teriak begitu!" dia menjawab tanpa dosa dan mulai berjalan menjauh.

"Nisa! Jangan kurang ajar! Bukankah aku sudah melarang kamu membawa binatang menjijikan ini? Kenapa justru kamu bawa pasukannya? Kamu mau jadi pembangkang!" Seruku tak terkendali. Aku benar-benar geram akan ulahnya.

"Memangnya sekarang kamu siapa, Mas? Melarang aku membawa mahluk terimut yang Allah ciptakan," ucapnya sambil mencium kucingnya. Aku bergidik ngeri.

Ihhh!

"Tapi aku kan masih tinggal di sini d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status