Share

Chapter 3

Author: Mutiara Sukma
last update Huling Na-update: 2021-06-25 12:43:36

"Bu, semua sudah sesuai perintah, apa ada yang bisa dilakukan lagi, Bu?" telepon dari Pak Idrus 

Ada rasa khawatir muncul di hatiku, takut Mas Arya akan menggunakan jabatan untuk mengeruk uang perusahaan. Ini tak bisa dibiarkan.

Kupastikan besok kau pulang dengan wajah muram, Mas.

Tak rela rasanya aku membiarkan kamu menduakanku dengan cara kampungan begini. Menikah diam-diam, seakan aku ini tak ada artinya.

"Ma, Tante Fitri bakal selamanya ya disini?"tanya Alif.

Aku yang sedang melipat mukena selepas sholat Dzuhur, melirik ke arah Alif yang tiba-tiba sudah ada di dalam kamarku.

"Engga, sayang cuma sementara saja. Sampai Tante Fitri dapat kerjaan lagi," ujarku lembut.

"Alif ga nyaman, Ma?" Alif menunduk, antara takut dan tapi ingin bicara.

"Ga nyaman kenapa sayang?"

"Tante Fitri, pakaian nya terbuka banget. Udah gitu kerjaannya main hape terus ngajak dedek Alisa nonton film dewasa,"

Aku terperangah, rasanya aku selalu dirumah. Tak pernah membiarkan ulat bulu itu mendekati anak-anak.

"Kapan sayang? kok Mama ga pernah melihat Dedek Alisa main sama Tante Fitri?"

"Itu Ma, kalau Mama udah keluar kamar, Tante Fitri masuk ke kamar Alisa, lalu mengajak Alisa nonton sampe malam. Alif juga jadi ga bisa tidur, brisik,"

Hmm..kurang aj*r jal*ng itu, memang sudah tiga malam ini aku mengajak Mas Arya tidur lebih awal. Mengunci kamar dan menyimpan kunci nya ditempat yang aman, sehingga laki-laki gatal itu tak bisa migrasi ke kamar sebelah.

Berkali-kali aku terjaga mendengar suara pintu yang hendak dibuka, tapi mana bisa. Kuncinya sudah aku amankan saat Mas Arya lengah.

Mungkin itu yang menyebabkan si ulat bulu marah, dan membalas dendam dengan merusak anakku. Awas aja kau ya! 

Alif telah kuberitahu bahwa kamarnya mulai nanti malam akan kukunci dari luar, dan jangan-jangan mencoba membuka pintu jika bukan aku yang membukakan nya.

Malam ini Mas Arya pulang dengan wajah ditekuk, kusut seperti pakaian yang tak disetrika.

"Kenapa sayang?" kataku sok mesra, karena aku melihat dengan sudut mata ada Fitri yang sedang memperhatikan kami dari ruang tengah dan pura-pura main hape.

"Entahlah Dek, tiba-tiba saja pemilik utama Perusahaan merekrut manager baru, Papa diturunkan menjadi staff biasa." 

" Apa? kita miskin dong, Pa!" pekikku sengaja. 

"Ssst jangan kenceng-kenceng, Ma. Malu di dengar Fitri." katanya sambil melirik wanita yang ku yakin mendengar jeritanku tadi.

"Trus gimana, Pa?" 

"Papa mau bertemu dengan Direktur utama perusahaan itu. Papa mau protes, kerja sudah bertahun, bukannya diberi apresiasi, malah diturunkan jabatan. Perusahaan apa itu!"

Aku mengusap-usap punggung suamiku, kali aja keluar jin nya, hehehe

"Sabar, Mas, memang siapa Direktur utamanya, Mas?" pancingku.

"Mas juga ga tau, selama ini Perusahaan dipercaya kan kepada Pak Idrus. Pak Idrus sendiri juga tak tahu keberadaan yang punya, karena mereka komunikasi hanya lewat telepon saja," 

Mas Arya menyugar rambutnya, frustasi. Bayangkan dari gaji puluhan juta, merosot menjadi delapan juta saja, itupun kalau dia tak neko-neko.hihihi 

"Ya ampun, Mas... gimana hidup kita setelah ini," 

Fitri berjalan kearah kami.

"Mas, Mbak, maaf aku besok ijin keluar ya, mau ketemu teman,"

Mas Arya diam saja, matanya gugup. Pasti nih, benalu mau maki-maki atas kemiskinan suaminya.

"Oh iya silahkan, Fit, jalan jam berapa?" kataku.

"Kalau boleh aku numpang mobil Mas Arya ya Mbak, sebab aku belum tahu daerah sini!" 

Tuh kan? modus banget. lihat aja besok, kamu mau gigit jari, apa gigit panci. Nesya Dita Maharani dilawan.

Mas Arya sudah tidur, dengan santai aku membuka ponselku. Semua pesan dari pelakor itu terbaca olehku. Beberapa hari ini aku telah menyadap telepon Mas Arya, jangan main-main, makanya. Benar saja, si hello Kitty marah-marah, karena hampir seminggu dirumahku. Tak sekalipun Mas Arya mendatanginya, mungkin dia takut bulukan kali ya, hehehe.

[Besok Sebelum kamu ke kantor, aku mau kamu membelikan aku rumah. Aku sudah dapat info rumah bagus dan dijual sama pemiliknya.] 

[Iya, sayang...pasti aku belikan.]

[Satu lagi, aku tak mau tinggal disini lagi, aku berasa jadi babu, tau ga!]

[Sayang, ini kan dalam rangka pedekate dengan Dita, kita main cantik biar kamu bisa diterima dengan baik olehnya.]

[Tapi, aku ga suka dengan cara Mbak Dita memperlakukanku, sampai-sampai menyuruhku ke warung hanya membeli pembalut, dan kamu tahu, Mas. di warung orang menyangka aku itu pembantu baru kalian 😭]

Pantes ya, wajah Mas Arya waktu itu marah memendam marah. Tapi ga berani, dia hanya diam. Syukurlah, akupun tak perlu adu mulut sama dia, apalagi adu kekuatan. Bisa-bisa jurus taekwondo jaman kuliah dulu kupraktekin sama dia.

[Pokoknya, besok aku mau kamu ajak aku liburan, ga usah kerja. Udah seminggu kamu ga memberiku nafkah batin, aku rindu...]

[Iya sayang, nanti kamu pura-pura ijin aja sama Dita, bilang mau ke rumah temen atau apa , nanti bareng aku berangkat kerja. Kita habiskan hari seharian di hotel😘😘]

Hatiku mendidih membaca pesan itu, coba aja kalau kalian bisa ke hotel, baru aku kasih jempol satu.

Beberapa hari ini aku tetap melayani suamiku, walau hatiku terluka. Apa masih kurang? apa yang disana lebih enak, padahal aku juga selalu merawat tubuhku juga merawat mahkota itu dengan rajin olah raga, percuma aku punya tabungan gendut macam perut bos kaya, kalau untuk hal begitu aku tak bisa. Wajah masih cantik, perut ramping, dan anu juga terawat, ternyata tak membuat suamiku setia. Jangan salahkan jika aku menjadi kejam.

*****

Pagi-pagi Fitri sudah rapi, wajahnya berseri. Begitupun dengan Mas Arya, aku sih cuek aja. Dengan telaten aku menyiapkan sarapan buat mereka. 

"Hayo pada sarapan dulu." ajakku.

Tanpa malu, perempuan itu duduk tepat disamping Mas Arya, mungkin dia mengira aku tak akan cemburu secara mereka sepupuan. Sepupu Halu.

Tahan, tahan, belum waktunya anarkis, biar dia menikmati peran menjadi nyonya. Dari pagi, aku sendiri yang membuat sarapan. Mbok Yuna masih aku liburkan sampai si ulat keket ini pergi dari sini, tanpa potong gaji tentunya.

Mereka mulai terlihat santai, makan sambil ngobrol dan bercanda. 

"Mas, emang ditempat kamu ga ada kerjaan buat Fitri, kasian dia bete dirumah terus," kataku yang masih menahan emosi.

"Hmmm...belum ada sayang, nanti kalau ada pasti aku kasih tau," 

Aku manggut-manggut, ya wajarlah ga ada. Karena Mas Arya hanya staff biasa, mana bisa masukin orang. Tapi aku ada rencana buat mereka, tunggu saja.

Mereka sudah siap-siap berangkat, aku mengantarkan mereka hingga ke pintu. Wajah Fitri benar-benar terlihat bahagia. Tunggu saja sayang, ga akan lama.

Saat keduanya sudah naik ke mobil, tiba-tiba pintu mobil terbuka kasar. Fitri dengan muka menahan sakit berlari ke dalam.

Mengabaikan aku yang pura-pura panik.

"Kenapa Mas?" tanyaku saat melihat Mas Arya juga ikutan turun dan mengikuti langkah Fitri.

"Ga tau, tiba-tiba Fitri buang angin dan mencr*t dicelana," katanya.

Ingin tertawa, tapi takut dosa. Ampuh juga obat yang tadi aku masukin ke dalam sarapan wanita jalang itu. Siapa suruh ga mau bantuin didapur, jadi aku gampang bikin kamu semaput sekalian.

Syukurin!

Hari ini jatah kamu nongkrong di kamar mandi, bukan ke hotel. Dasar Pelakor!

Bersambung.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin   Bab 41

    pov Author."Dian, gue ga mau ikut campur ya, jika nanti Lo stres sendiri ngadepin istrinya Arya!" ancam Dita sebelum Dian melakukan aksinya."Tenaaang, selama ada Mas Dicky dan Lo gue yakin urusan kelar." jawabnya dengan kepercayaan diri diatas rata-rata.[Datang ke Hotel Anggrek kamar no 113 jam 3 sore! Penting!]Dita mengirim pesan ke nomor ponsel Fitri, dengan nomor baru, sesuai rencana dengan Dian.Fitri yang sedang asik goyang ikan duyung terdampar di got dalam aplikasi toktok itu mengerutkan keningnya.[Siapa?] singkat, tapi dia sangat penasaran. Hotel anggrek adalah hotel yang terkenal dengan hotel esek-eseknya.[Lo ingin tau kan suami Lo kerja apaan? ga usah banyak tanya!]Fitri meski kesal tapi tetap penasaran. Niatnya yang hendak ketemuan dengan Beni, gebetan barunya dia undur dulu sementara waktu. Beni, lelaki tajir berumur hampir lima puluh tahun, seorang suami mata keranjang yang ingin Fitri porotin hartanya.Sudah beberapa hari ini Fitri jalan berdua sepeninggal Arya be

  • Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin   Bab 40

    "Sempurna! gapapa Bu! tolong saya kali ini saja," aku memelas. Hingga ibu itu mau masuk kedalam apartemen nya dan berganti pakaian, wajahnya sumringah saat aku memberikan beberapa lembar uang merah ketangannya."Lepasin gue!" kata Ningsih saat tangannya dipegang kedua bodyguardku."Kenapa dia?" tanyaku heran."Maaf Bu, dia mau mencoba kabur!" ucap salah satu dari mereka."Ganti baju lo pake ini, dan sekalian cuci muka! cepatan!" Sebentar lagi Mas Reza datang. Aku ingin Ningsih tampil apa adanya, bukan dengan baju kurang bahan dan dadanan melebihi dempulan."Ga mau!" pekiknya."Oke, kalian bantu dia ganti baju. Sekalian mandiin," kataku mengancam."Siap Bu!" kedua algojo horor itu tersenyum mesum,hiiiiy."Oke...oke...oke...gue sendiri. Lepasin!" Ningsih meronta hingga tangan nya terlepas dari pegangan.Aku melempar daster yang tadi kudapatkan ke muka Ningsih sebelum wanita itu berlari terbirit-birit ke kamar, rasain. Berani mengangkat bendera perang dihadapanku. Mas Reza datang, wajah

  • Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin   Bab 39

    "Lho..kok kamu!" wajah wanita itu memucat. Dia yang tiduran disofa lekas bangkit lalu meraih kain yang tergeletak dilantai untuk menutupi bagian dada nya yang terbuka. Sepertinya ini sudah dia persiapkan. Pelan tapi pasti aku melangkah masuk ke apartemen milik Ningsih ditemani dua body guardku yang bertampang seram."Oh katanya kamu sakit? sakit apa sakit?" ledekku, aku mendekati Ningsih, duduk didepan dan menatapnya lekat."Aku minta dokter Reza ke sini? kenapa malah kamu?" wanita itu masih nyolot, matanya tajam memperlihatkan ketidaksukaan."Dokter Reza lagi sibuk, banyak pasien yang benar-benar membutuhkan ikhtiar untuk sembuh. Mendatangimu sama saja dia mencari penyakit!,"kataku cuek."Apa mau mu?" tanyanya kasar."Lho kok apa mauku? aku dong yang seharusnya nanya? apa maumu, minta mas Reza datang ke sini dengan pura-pura sakit? trus minta diperiksa, lalu ngaku-ngaku suamiku menggoda kamu, trus ngaku-ngaku hamil, minta dinikahi gitu?" Wanita itu gelagapan."Basi! tau ga! rencana

  • Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin   Bab 38

    "Maksud Bu Dian?" tanyaku."Ya... begitulah Mas. Mas Dicky punya wanita lain dibelakang sana." wajahnya datar. Tak tampak rasa sakit. Apa ini juga yang Dita rasakan saat itu."Laki-laki yang sekali berkhianat akan menikmatinya dan akan terus berulang-ulang hingga dia merasa jenuh sendiri, Bu." Eh, kok ini berasa menceritakan pengalaman sendiri ya?"Panggil Dian aja biar akrab. Kalau jam kantor baru panggil Bu Dian," wanita itu tersenyum, ah lesung dipipinya itu cantik sekali."Mas Gugun udah punya istri kan?" tanyanya lagi."Sudah, cuma ya begitu berasa tak punya istri. saya berangkat kerja dia masih pulas tidur. Tak memikirkan sarapan buat suaminya," Bukankah ini trik yang ampuh untuk menjerat perempuan dengan cerita yang akan membuatnya iba,hehe"Ya ampun, kasian sekali kamu Mas. Aku justru selalu telaten mengurus suami. Walau akhirnya aku tetap diduakan." senyum nya meredup."Kita seakan dua manusia yang dipertemukan dalam keadaan yang sama ya Di. Andai saja kamu belum menikah da

  • Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin   Bab 37

    pov Arya"Di-dita?"Wajah cantik didepanku terlihat jutek."Itu istrimu tak mau pulang!" Dita yang memakai switter berwarna merah muda itu menunjuk ke arah mobil dibelakang mobil mewahnya.Ya ampun...tu cewek enak-enakan tidur. "Maaf, maaf...aku ga tahu Fitri kerumah kamu, Dek." ucapku ga enak.Tak lama suami Dita datang merangkul pundak istrinya."Apa perlu istri kamu saya yang angkat?" katanya judes. Kayaknya suami istri ini terganggu acaranya gara-gara Fitri."Eh, ga usah, saya saja!" aku bergegas membuka pintu mobil dan mengendong Fitri. Tubuh ini kurus tapi berat juga, apa dosa nya terlalu banyak kali ya. Bergegas aku memasukkan Fitri ke atas ranjang eh maksudnya ke atas kasur tipis kami, dan aku kembali keluar, tepat saat Dita dan suaminya hendak pergi."Terimakasih Dek Dita, Mas!" seruku.Dita membalikkan badannya dan menatapku tajam. Benar-benar tak sepertiDita yang kukenal."Bilang istrimu, rumahku bukan panti sosial! bukan juga warung makan!" katanya Sebelum dia melanjutk

  • Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin   Bab 36

    "Halo, Dit gue to the point aja yaa? Arya Wiguna mantan kamu, kan?" sapa Dian seperti Metro mini ngejar setoran. Dian temanku jaman SMA dulu."Ho'oh napa emang!" mimpi apa semalam, bisa punya masalah sama mereka lagi. "Ini lagi ngelamar kerja di sini? terima kaga?" tanyanya."Sebenarnya udah diterima sama Mas Dicky, katanya kasian tampangnya melas banget. Tapi ngaku-ngaku namanya Gugun. Mau gue kerjain, gak?" lanjutnya."Terserah elo dah, gue udah ga ada urusan sama dia. Mau Lo jadiin pepes juga silahkan," jawabku. Dian malah ketawa ngakak."Yakiin ikhlas niih?" godanya."Ah Lo, cuma mau laporin itu doang? gue lagi nanggung, nih!" candaku sambil melirik mas Reza. lelaki itu meletakkan telunjuknya dibibir, ssst! Aku terkekeh."Pagi dinas juga, Neng?"ledek Dian.Aku membalas dengan tawa begitu juga Dian. Setelah telepon dimatikan aku mendekati Mas Reza."Mas, tolong anterin aku ke rumah Rusmini dong, Mas..." kataku merajuk."Mau ngapain?" katanya heran."Ada sesuatu yang ingin aku samp

  • Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin   Bab 35

    "Sayang, hari ini ga kerumah sakit?" kataku membangunkan Mas Reza."Hmmm..aku mau ngabisin hari bersama mu aja sayang, takut dede utun nanti kangen sama Papa nya," jawab Mas Reza sambil menarikku dalam pelukan dan mengusap perutku yang masih rata. Sssttt ada si si"Udah ga mabok?" tanyanya lagi.Aku menggeleng, entah kenapa setiap ada dia morning sickness yang kurasakan selalu menghilang, ajaib.Tok tok tok tok"Non, ada tamu?" Sesi romantis-romantisan itu terjeda oleh suara ketukan dari luar. Aku bangkit dan membuka pintu."Siapa Mbok?" tanyaku."Itu Non, si ulat bulu?" aku mengernyitkan dahi."Ada apa dia pagi-pagi kesini?" gumamku."Mau tak kasih ramuan cinta lagi ga, Non?"kata Mbok Yuna tersenyum jahat.Aku ikut tersenyum jahat, "Sabar Mbok, kita lihat tujuan nya kesini, mau ngajak perang apa mau genjatan senjata,"Mbok Yuna mengacungkan jempolnya padaku. "Aku ganti baju dulu Mbok," aku masuk kembali ke dalam, mengganti baju dengan pakaian yang lebih tertutup, takut di ulat bul

  • Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin   Bab 34

    Akupun bangkit kembali, memaksakan badan yang sebenarnya sudah sangat lelah.Aku pura-pura menyapu lantai yang sudah bersih, yang penting terlihat bekerja."Mas, daripada buang-buang tenaga menyapu yang sudah bersih, hayu ikut saya!" suara lembut namun tegas itu mengangetkanku. Dia melangkah cepat di depanku. Mau tak mau aku pun mengikuti dari belakang.Pasti mau diajak makan siang nih, secara sebentar lagi sudah waktunya istirahat. Tapi kok arahnya ke toilet, jangan jangan..."Bersihkan ini dulu, sampai waktu istirahat ya!" katanya tanpa pri-kekasihanan.Ya ampun dah seperti dapat hidangan pembuka, hueeeek!"Tapi Mbak eh Bu!" aku ingin membantah, tapi wanita itu menatapku tajam. Ga jadi ah!"Siap Bu!" akhirnya itu kata yang keluar dari mulutku. Asem! malah nyikat toilet!Istirahat tiba, aku bergegas berlari keluar pusat perbelanjaan itu. Mana kuat aku makan didalam, bisa-bisa aku pulang jalan kaki.Saat hendak menyebrang mau ke warung makan, sekilas aku melihat Dita dan suaminya lewa

  • Kejutan Untuk Suami Sok Alim Ternyata Tukang Kawin   Bab 33

    Dan benar saja suara perempuan yang aku dengar benar-benar perempuan, bukan perempuan jadi-jadian kayak si lucintakutidak.Mataku terpana, seorang wanita cantik, putih, langsing dan punya lesung pipi pada kedua pipi nya itu tersenyum hangat padaku."Silahkan Masuk, ada yang bisa saya bantu?" katanya ramah.Mulutku masih mengaga, ups."Ma-maaf Mbak Dian, benar ini Mbak Dian kan?" kataku gugup."Benar saya Dian? kok tau?" "Karena Dian-tara banyak wanita yang kutemui hanya kamu yang paling menarik hati," uhuk jurus pertama.Wanita bernama Dian itu tersenyum manis."Ah, bisa aja. Mas ini siapa dan keperluannya apa?" tanyanya"Saya sudah diterima sebagai CS di sini oleh Pak Dicky, Mbak. Pak Dicky minta saya menemui Mbak, minta seragam, name tag juga kalau boleh minta hati nya walau sepotek," aku menunduk, pura-pura malu, Jurus kedua!Wanita itu terkekeh geli."Oh, begitu.. Saya siapkan dulu ya!" katanya lalu beranjak meninggalkanku.Aku tersipu, hilang Dita, datanglah Dian. Nasib baik mas

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status