Share

Part-3 ( mengharapkan ketulusanmu)

"Aku berharap kau bisa memaafkan aku,Eowyn. Aku tidak berniat mengambil kesempatan dengan memelukmu tadi. Apa kau tahu, Wanita itu sungguh menjengkelkan. Dia tidak mempan oleh tolakan halusku. Jadi aku harus bagaimana?" Edward mengamati perubahan mimik wajah Eowyn.

Ia berharap wanita itu tidak marah padanya. Oke, ia mengakui jika tadi ia sedikit khilaf dan ia tahu kelakuannya itu sangat tidak terpuji. Sedikit khilaf katamu? Kau memeluk wanita itu dengan sangat erat lebih daripada yang dibutuhkan.

Tunggu dulu, bukankah aku melakukan itu untuk meyakinkan Bella?! Jangan mencari pembenaran, Sobat. Kau tahu jika yang kau katakan itu merupakan suatu kebohongan besar.

Edward mengatupkan bibirnya rapat-rapat untuk mencegah makian kasar yang hampir melompat keluar dari mulutnya.

"Tidak masalah, Pak. Aku senang bisa membantumu walau saat ini kita tidak sedang berada di lingkungan kantor," niat awal ingin bersikap sopan tapi nyatanya Pak Edward langsung murka mendengar ucapannya.

"Kau tak perlu mengingatkan aku tentang keberadaan kita sekarang. Aku tahu sekarang kau tidak sedang bekerja. Jika kau merasa keberatan, katakan saja. Aku akan membayarmu dengan pantas," begitu selesai melontarkan kalimat pedas itu Edward langsung menyesalinya. Ya, Tuhan! Tatapan wanita itu .... Seakan mengoyak-ngoyak hatinya.

"Hmm, maaf sekali lagi, Eowyn. Tidak seharusnya aku mengucapkan hal itu. Terima kasih karena kau sudah menolongku tadi. Kau datang dengan siapa, Eowyn? Aku tak melihat keberadaan kekasihmu di manapun," Edward berusaha mencairkan suasana dengan mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku sangat yakin masih ingat dengan kejadian tadi. Kalau kau ingat, aku sama sekali tak melakukan apapun untuk menolongmu, Pak."

Kata-kata Eowyn mau tak mau mengingatkan kembali adegan saat dimana mereka berpelukan. Bukan, tepatnya ia yang memeluk wanita itu. Ya, memang betul yang dikatakan Eowyn. Wanita itu tak melakukan apapun untuk menyingkirkan Bella dari hadapannya.

Lantas kenapa kau mengucapkan terima kasih? Dasar Atasan sinting! Edward menarik nafas panjang. Ia betul-betul kehilangan akal untuk membungkam suara hatinya yang tukang ikut campur.

"Setidaknya kau membiarkan aku memelukmu. Jika kau menamparku tadi maka sandiwaraku tentu akan terbongkar. Itu berarti kau telah menolongku, Eowyn. Kenapa sangat sulit membuatmu menyetujui apa yang aku ucapkan. Kau selalu saja membantah," hardik Edward dengan suara tertahan. Tentu saja ia tak mau menimbulkan kehebohan di taman belakang rumah Diego. 

Lagi-lagi kena marah. Memang dalam hidupku ini tidak pernah ada kata indah di dalamnya. Ratap Eowyn dalam hati.

"Setiap ucapanku juga tak pernah langsung kau setujui, Pak. Itu jika kau menyadarinya. Tak habis pikir aku melihat atasanku ini. Entah apa maunya dia," gerutu Eowyn pada dirinya sendiri.

Dengan seketika Bulu kuduk Eowyn meremang begitu ia menyadari tanpa sengaja suara hatinya terucap keluar dari bibirnya.

Eowyn terbelalak dengan sebelah tangan menutupi mulutnya dan memandang ngeri ke arah atasannya yang malah tertawa terpingkal-pingkal. Tertawa? Biasanya Pak Edward akan langsung menggebrak meja begitu mendengar pembelaan diri dari Eowyn.

Tapi tentu saja atasannya itu tak akan melakukannya. Bukankah di sini bukan kantor? Lagipula tidak ada meja di sekitar mereka yang bisa dijadikan objek pelampiasan Pak Edward. Iya, terus saja melantur sesuka hatimu, Eowyn.

"Tolong pelankan suaramu, Pak. Dan aku mau memberitahumu ... Hmm, tapi sepertinya wanita cantik yang bergelayut manja padamu .... "

"Bisa minta waktunya sebentar? Kita harus bicara, Edward. Tidak lama, hanya lima menit. Aku mohon padamu, Edward." Bella muncul seperti hantu. Bukankah wanita itu sudah pergi dari tadi? Erang Edward sebelum akhirnya membalikkan badannya dengan enggan.

"Kau bisa memulainya dari sekarang, Bella. Kami berdua akan mendengarkanmu. Tapi jika maksudmu kita akan membicarakannya di tempat lain, maaf ... dengan berat hati aku tak bisa mengabulkan permintaanmu," kata-kata Edward terdengar lebih serius kali ini. Tatapannya tajam menusuk, menandakan kesabarannya sudah mulai hilang.

Sebaiknya kau menyerah dan segera pergi sejauh mungkin selagi kau bisa. Pria ini bisa berubah menjadi sangat kejam. Bahkan tatapan matanya bisa seketika mengubahmu menjadi batu. Ewoyn hanya bisa mengucapkan semua itu dalam hatinya.

Jika memungkinkan kepalamu pasti akan meledak karena tak sanggup harus terus-menerus menampung semua kalimat tak terucap dari mulutmu ... Ejek suara hatinya.

Dasar sarkastis! Omel Eowyn pada dirinya sendiri. Lama-kelamaan ia pasti akan menjadi gila karena memelihara kebiasaan berbicara pada dirinya sendiri.

"Kalau begitu, lain kali saja baru kita bicarakan. Sampai jumpa, Edward," Bella berbicara sambil melirik ke arahnya. Mengirimkan sinyal permusuhan antar sesama wanita. Lalu wanita bertubuh indah itu beranjak pergi dengan gerakannya yang gemulai.

Yang benar saja, jika kau mau ... Ambil saja Pak Edward untukmu. Aku tak menyukai persaingan. Satu-satunya hubungan nyataku dengan Pak Edward hanyalah berwujud laporan perusahaan. Ingin sekali Eowy melontarkan kalimat yang ada di benaknya itu tapi lagi-lagi ia hanya bisa mengutarakannya dalam hati sambil memandangi kepergian wanita itu.

Jangan lupa sertakan juga hubungan sandiwara yang baru kalian jalani beberapa menit yang lalu .... Begitu pemikiran itu terlintas di kepalanya, Eowyn spontan menutup mulutnya dengan tangan padahal ia tidak sedang berbicara dan langsung dihadiahi tatapan penuh tanya dari Pak Edward.

"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, Eowyn. Dan aku juga mau mendengarkan kelanjutan omonganmu yang sempat terpotong saat Bella datang tadi," Edward kembali membalikkan badannya menghadap Eowyn dan menunggu wanita itu bersuara.

"Pertanyaan yang mana, Pak? Dan omonganku yang mana lagi? Karena sudah banyak yang kita bicarakan dari tadi."

" Pertanyaanku tadi, kau datang dengan siapa? Kau juga berkata ingin memberitahuku sesuatu. Apa yang mau kau beritahukan?" dengan tidak sabaran Edward mengulangi pertanyaannya.

"Aku datang dengan teman priaku, Pak. Namanya Nathan dan jangan bertanya padaku kenapa dia tak terlihat di dekatku. Walau aku tahu kau pasti tak akan puas hanya dengan mendengarkan jawaban seperti itu," butuh keberanian bak prajurit perang untuk mengatakan semua itu.

Tapi nyatanya emosi Edward tak terpancing. Ia memandang lekat-lekat wanita yang ada di hadapannya ini tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Lalu ia memberi kode pada wanita itu agar mengikutinya masuk ke dalam. Sudah saatnya mereka kembali berbaur dengan tamu yang lain.

"Pertanyaanku yang juga belum kau jawab adalah, apa kau sudah makan?" tanya Edward sambil menggiring Eowyn ke meja yang dipenuhi makanan enak dan di sisi sebelahnya terdapat berliter-liter champagne kualitas terbaik.

Diego memang selalu memastikan para tamu undangannya keluar dari pintu rumahnya dalam keadaan terpuaskan dan selama sebulan penuh namanya akan terus disebutkan dalam topik pembahasan mengenai perjamuan makan termewah kalangan sosialita.

"Dan sebelum kau menjawab pertanyaanku, aku ingin meminta sesuatu padamu. Bisakah kau hilangkan sebutan "Pak" setiap kau memanggilku? Cukup hanya memanggilku Edward tanpa embel-embel lainnya. Aku merasa menjadi tua sebelum waktunya," Edward mengamati Eowyn yang terlihat sedang mempertimbangkan usulannya.

"Baiklah,Edward. Tidak ada orang yang bisa membantahmu, termasuk aku," Eowyn memilih mengalah karena percuma saja jika ia melawan.

Lebih baik sekarang ia memusatkan perhatiannya pada makanan yang menggiurkan di hadapannya. Putus Eowyn dalam hati.

"Kalau begitu, ayo ... kita makan," ajak Edward  sambil mengambilkan piring untuk Eowyn dan  dirinya sendiri.

"Ini merupakan kalimat terindah pertama yang kau ucapkan malam ini, Edward. Kau tahu, aku selalu tak habis pikir jika melihat makanan yang melimpah seperti ini tapi seakan hanya menjadi pajangan semata. Lihatlah sekelilingmu, Edward. Para pria sibuk merayu ke sana kemari sedangkan para wanita sibuk menebar pesona. Itulah sebabnya semua makanan enak ini terabaikan," Eowyn berkata dengan suara pelan agar suaranya hanya bisa didengar Edward.

Wanita ini bole juga dalam hal berpikir logis. Memang betul yang dikatakan Eowyn. Semua makanan lezat ini akan berakhir di tong sampah. Pikir Edward dalam hati sambil mengamati Eowyn yang mengitari meja dan mengisi penuh piringnya dengan aneka cemilan kue.

Melihat hal itu, Edward diam-diam tersenyum. Ia kemudian menyimpulkan jika malam ini ia tak akan terlalu merasa bosan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status