"Aku berharap kau bisa memaafkan aku,Eowyn. Aku tidak berniat mengambil kesempatan dengan memelukmu tadi. Apa kau tahu, Wanita itu sungguh menjengkelkan. Dia tidak mempan oleh tolakan halusku. Jadi aku harus bagaimana?" Edward mengamati perubahan mimik wajah Eowyn.
Ia berharap wanita itu tidak marah padanya. Oke, ia mengakui jika tadi ia sedikit khilaf dan ia tahu kelakuannya itu sangat tidak terpuji. Sedikit khilaf katamu? Kau memeluk wanita itu dengan sangat erat lebih daripada yang dibutuhkan.
Tunggu dulu, bukankah aku melakukan itu untuk meyakinkan Bella?! Jangan mencari pembenaran, Sobat. Kau tahu jika yang kau katakan itu merupakan suatu kebohongan besar.
Edward mengatupkan bibirnya rapat-rapat untuk mencegah makian kasar yang hampir melompat keluar dari mulutnya.
"Tidak masalah, Pak. Aku senang bisa membantumu walau saat ini kita tidak sedang berada di lingkungan kantor," niat awal ingin bersikap sopan tapi nyatanya Pak Edward langsung murka mendengar ucapannya.
"Kau tak perlu mengingatkan aku tentang keberadaan kita sekarang. Aku tahu sekarang kau tidak sedang bekerja. Jika kau merasa keberatan, katakan saja. Aku akan membayarmu dengan pantas," begitu selesai melontarkan kalimat pedas itu Edward langsung menyesalinya. Ya, Tuhan! Tatapan wanita itu .... Seakan mengoyak-ngoyak hatinya.
"Hmm, maaf sekali lagi, Eowyn. Tidak seharusnya aku mengucapkan hal itu. Terima kasih karena kau sudah menolongku tadi. Kau datang dengan siapa, Eowyn? Aku tak melihat keberadaan kekasihmu di manapun," Edward berusaha mencairkan suasana dengan mengalihkan topik pembicaraan.
"Aku sangat yakin masih ingat dengan kejadian tadi. Kalau kau ingat, aku sama sekali tak melakukan apapun untuk menolongmu, Pak."
Kata-kata Eowyn mau tak mau mengingatkan kembali adegan saat dimana mereka berpelukan. Bukan, tepatnya ia yang memeluk wanita itu. Ya, memang betul yang dikatakan Eowyn. Wanita itu tak melakukan apapun untuk menyingkirkan Bella dari hadapannya.
Lantas kenapa kau mengucapkan terima kasih? Dasar Atasan sinting! Edward menarik nafas panjang. Ia betul-betul kehilangan akal untuk membungkam suara hatinya yang tukang ikut campur.
"Setidaknya kau membiarkan aku memelukmu. Jika kau menamparku tadi maka sandiwaraku tentu akan terbongkar. Itu berarti kau telah menolongku, Eowyn. Kenapa sangat sulit membuatmu menyetujui apa yang aku ucapkan. Kau selalu saja membantah," hardik Edward dengan suara tertahan. Tentu saja ia tak mau menimbulkan kehebohan di taman belakang rumah Diego.
Lagi-lagi kena marah. Memang dalam hidupku ini tidak pernah ada kata indah di dalamnya. Ratap Eowyn dalam hati.
"Setiap ucapanku juga tak pernah langsung kau setujui, Pak. Itu jika kau menyadarinya. Tak habis pikir aku melihat atasanku ini. Entah apa maunya dia," gerutu Eowyn pada dirinya sendiri.
Dengan seketika Bulu kuduk Eowyn meremang begitu ia menyadari tanpa sengaja suara hatinya terucap keluar dari bibirnya.
Eowyn terbelalak dengan sebelah tangan menutupi mulutnya dan memandang ngeri ke arah atasannya yang malah tertawa terpingkal-pingkal. Tertawa? Biasanya Pak Edward akan langsung menggebrak meja begitu mendengar pembelaan diri dari Eowyn.
Tapi tentu saja atasannya itu tak akan melakukannya. Bukankah di sini bukan kantor? Lagipula tidak ada meja di sekitar mereka yang bisa dijadikan objek pelampiasan Pak Edward. Iya, terus saja melantur sesuka hatimu, Eowyn.
"Tolong pelankan suaramu, Pak. Dan aku mau memberitahumu ... Hmm, tapi sepertinya wanita cantik yang bergelayut manja padamu .... "
"Bisa minta waktunya sebentar? Kita harus bicara, Edward. Tidak lama, hanya lima menit. Aku mohon padamu, Edward." Bella muncul seperti hantu. Bukankah wanita itu sudah pergi dari tadi? Erang Edward sebelum akhirnya membalikkan badannya dengan enggan.
"Kau bisa memulainya dari sekarang, Bella. Kami berdua akan mendengarkanmu. Tapi jika maksudmu kita akan membicarakannya di tempat lain, maaf ... dengan berat hati aku tak bisa mengabulkan permintaanmu," kata-kata Edward terdengar lebih serius kali ini. Tatapannya tajam menusuk, menandakan kesabarannya sudah mulai hilang.
Sebaiknya kau menyerah dan segera pergi sejauh mungkin selagi kau bisa. Pria ini bisa berubah menjadi sangat kejam. Bahkan tatapan matanya bisa seketika mengubahmu menjadi batu. Ewoyn hanya bisa mengucapkan semua itu dalam hatinya.
Jika memungkinkan kepalamu pasti akan meledak karena tak sanggup harus terus-menerus menampung semua kalimat tak terucap dari mulutmu ... Ejek suara hatinya.
Dasar sarkastis! Omel Eowyn pada dirinya sendiri. Lama-kelamaan ia pasti akan menjadi gila karena memelihara kebiasaan berbicara pada dirinya sendiri.
"Kalau begitu, lain kali saja baru kita bicarakan. Sampai jumpa, Edward," Bella berbicara sambil melirik ke arahnya. Mengirimkan sinyal permusuhan antar sesama wanita. Lalu wanita bertubuh indah itu beranjak pergi dengan gerakannya yang gemulai.
Yang benar saja, jika kau mau ... Ambil saja Pak Edward untukmu. Aku tak menyukai persaingan. Satu-satunya hubungan nyataku dengan Pak Edward hanyalah berwujud laporan perusahaan. Ingin sekali Eowy melontarkan kalimat yang ada di benaknya itu tapi lagi-lagi ia hanya bisa mengutarakannya dalam hati sambil memandangi kepergian wanita itu.
Jangan lupa sertakan juga hubungan sandiwara yang baru kalian jalani beberapa menit yang lalu .... Begitu pemikiran itu terlintas di kepalanya, Eowyn spontan menutup mulutnya dengan tangan padahal ia tidak sedang berbicara dan langsung dihadiahi tatapan penuh tanya dari Pak Edward.
"Kau belum menjawab pertanyaanku tadi, Eowyn. Dan aku juga mau mendengarkan kelanjutan omonganmu yang sempat terpotong saat Bella datang tadi," Edward kembali membalikkan badannya menghadap Eowyn dan menunggu wanita itu bersuara.
"Pertanyaan yang mana, Pak? Dan omonganku yang mana lagi? Karena sudah banyak yang kita bicarakan dari tadi."
" Pertanyaanku tadi, kau datang dengan siapa? Kau juga berkata ingin memberitahuku sesuatu. Apa yang mau kau beritahukan?" dengan tidak sabaran Edward mengulangi pertanyaannya.
"Aku datang dengan teman priaku, Pak. Namanya Nathan dan jangan bertanya padaku kenapa dia tak terlihat di dekatku. Walau aku tahu kau pasti tak akan puas hanya dengan mendengarkan jawaban seperti itu," butuh keberanian bak prajurit perang untuk mengatakan semua itu.
Tapi nyatanya emosi Edward tak terpancing. Ia memandang lekat-lekat wanita yang ada di hadapannya ini tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Lalu ia memberi kode pada wanita itu agar mengikutinya masuk ke dalam. Sudah saatnya mereka kembali berbaur dengan tamu yang lain.
"Pertanyaanku yang juga belum kau jawab adalah, apa kau sudah makan?" tanya Edward sambil menggiring Eowyn ke meja yang dipenuhi makanan enak dan di sisi sebelahnya terdapat berliter-liter champagne kualitas terbaik.
Diego memang selalu memastikan para tamu undangannya keluar dari pintu rumahnya dalam keadaan terpuaskan dan selama sebulan penuh namanya akan terus disebutkan dalam topik pembahasan mengenai perjamuan makan termewah kalangan sosialita.
"Dan sebelum kau menjawab pertanyaanku, aku ingin meminta sesuatu padamu. Bisakah kau hilangkan sebutan "Pak" setiap kau memanggilku? Cukup hanya memanggilku Edward tanpa embel-embel lainnya. Aku merasa menjadi tua sebelum waktunya," Edward mengamati Eowyn yang terlihat sedang mempertimbangkan usulannya.
"Baiklah,Edward. Tidak ada orang yang bisa membantahmu, termasuk aku," Eowyn memilih mengalah karena percuma saja jika ia melawan.
Lebih baik sekarang ia memusatkan perhatiannya pada makanan yang menggiurkan di hadapannya. Putus Eowyn dalam hati.
"Kalau begitu, ayo ... kita makan," ajak Edward sambil mengambilkan piring untuk Eowyn dan dirinya sendiri.
"Ini merupakan kalimat terindah pertama yang kau ucapkan malam ini, Edward. Kau tahu, aku selalu tak habis pikir jika melihat makanan yang melimpah seperti ini tapi seakan hanya menjadi pajangan semata. Lihatlah sekelilingmu, Edward. Para pria sibuk merayu ke sana kemari sedangkan para wanita sibuk menebar pesona. Itulah sebabnya semua makanan enak ini terabaikan," Eowyn berkata dengan suara pelan agar suaranya hanya bisa didengar Edward.
Wanita ini bole juga dalam hal berpikir logis. Memang betul yang dikatakan Eowyn. Semua makanan lezat ini akan berakhir di tong sampah. Pikir Edward dalam hati sambil mengamati Eowyn yang mengitari meja dan mengisi penuh piringnya dengan aneka cemilan kue.
Melihat hal itu, Edward diam-diam tersenyum. Ia kemudian menyimpulkan jika malam ini ia tak akan terlalu merasa bosan.
Edward juga mulai memenuhi piringnya sendiri. Terlihat beberapa tamu yang juga mulai mendekati meja dan melirik sajian mewah yang ada di atasnya. Edward mengamati Eowyn yang tanpa kentara terus-menerus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Wanita itu sepertinya sedang mencari-cari seseorang. Mungkin mencari keberadaan kekasihnya. Pikir Edward dalam hati. Edward ingin mengenal lebih jauh pria macam apa yang menjadi kekasih Eowyn. Yang bisa meninggalkan wanitanya di tengah-tengah pesta glamor yang dipenuhi orang-orang kaya yang hanya mementingkan sesuatu dibalik balutan mewah yang mereka pakai. Dengan sinis Edward mengamati para tamu yang berjalan ke sana kemari. "Aku takut terpaksa harus memanggil regu penyelamat untu
Pesan berikutnya pun menyusul muncul di layar ponsel Eowyn. "Jangan menangis, jangan pernah menangis untuknya. Kau lebih berharga daripada yang kau sadari, Eowyn. Dia tak layak menerima ketulusanmu." Eowyn menengadah dan tatapannya langsung berserobot dengan Edward yang berdiri di seberang ruangan. Pria itu sedang mengamatinya dengan segelas champagne di tangan kanannya, entah kenapa malam ini pria itu terlihat sangat maskulin. Edward terlihat begitu tampan dalam balutan jas tiga potong berwarna hitam. Seakan baru pertama kali kau melihatnya memakai jas. Eowyn berusaha mengabaikan ejekan suara hatinya yang terdengar sinis. Eowyn mengakui jika selama ini ia tak terlalu memperhatikan atasan
"Ya ... Ya, Edward. Semua baik-baik saja, terima kasih. Aku ... Ee, kami hanya sedang membahas masalah .... " ucapan Eowyn yang tersendat akibat gugup langsung dipotong dengan kasar oleh Nathan. "Sebaiknya kau segera menyingkir, sobat. Ini menyangkut masalah antara aku dengan kekasihku dan tidak ada hubungannya sama sekali denganmu. Jadi silakan kau tinggalkan kami berdua sekarang juga," kata Nathan memasang mimik kesal karena Edward sudah berani menyela ucapannya. Bertepatan saat itu lantunan musik pun berhenti, para tamu langsung menepi dan mencari tempat untuk beristirahat sejenak sebelum musik kedua dimainkan. "Ini akan menjadi masalahku jika kau membuat Eowyn merasa tidak nyaman. Aku juga bisa melaporkanmu dengan kasus kekerasan verbal. Sebaiknya jaga sikapmu dan nikmati saja pesta ini. Diego tidak akan tinggal diam jika ada orang yang merusak pestanya. dan aku jamin kau akan segera dicoret dari daftar pesta sosialita manapun jika kau berani
Edward sedang mengamati pasangan yang sedang berdansa. Lagu Endless love mengiringi tiap langkah kaki mereka yang harmoni. Kali ini Edward lebih memilih duduk di kursi tinggi.Tangannya memutar-mutar gelas champagne di atas meja bundar dengan gaya malas-malasan. Padahal Bella begitu berharap Edward akan menggandengnya ke lantai dansa. Mata Edward menangkap sosok Eowyn yang terlihat sedang berdansa dengan kekasihnya. Wanita itu setegang senar gitar didalam pelukan Nathan. Edward mengerutkan keningnya. Memaksa dirinya untuk mengingat sesuatu yang terkunci di dalam ingatannya. Ia berusaha menggali kembali ingatannya yang mengabur. Ini tentu tak lepas dari peranan penting champagne yang lumayan banyak mengisi lambungku, pikir Edward dalam hati. Nathan ... Nama itu terdengar familiar tapi ia sama sekali tak bisa mengingatnya. Yang jelas pria itu bukan kenalannya apalagi rekan bisnisnya. Apa mungkin k
"Nath, A-aku ... " Eowyn kehilangan kata-katanya dan otomatis memandangi Edward untuk meminta pertolongan. " Ada apa dengan dirimu malam ini, Eowyn? Sejak kapan kau menjadi wanita pembangkang. Hei, tolong jauhkan tanganmu dari dia." Nathan melemparkan tatapan peringatan ke arah Edward. "Dengan berat hati aku harus memberitahumu, sobat. Aku yang akan mengantar Eowyn pulang." Dengan entengnya Edward langsung mengabaikan Nathan yang terlihat ingin menyuarakan keberatannya. "Diego, terima kasih karena sudah mengundangku kemari. Aku harus memujimu untuk pesta mewah yang kau selenggarakan malam ini. Aku berharap dalam waktu dekat ini kau akan mengundangku kembali. Kau tentu tahu teman-teman kita selalu penuh antusias menyambut pestamu. Tapi dengan berat hati aku berpamitan padamu karena harus pulang lebih awal." Suara Edward terdengar hangat di telinga Eowyn. Pria itu bisa sangat manis jika diperlukan. Seketika Eowyn menyadari kekasihnya itu sud
Kliik .... Eowyn membuka matanya .... Ia tertegun sejenak, tak menyangka apa yang selanjutnya dilakukan Edward pada dirinya. Eowyn menyangka pria itu menghapus jarak diantara mereka karena ingin menciumnya. Tapi ternyata pria itu hanya ingin membantunya melepas safety belt yang masih terpasang di badannya. Eowyn terdiam, berusaha mengatasi rasa malunya. Ia bersumpah, jika saat ini bumi tempat ia berpijak terbelah .... ia akan dengan senang hati melompat ke dalamnya. Eowyn mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya yang tidak kusut. Gerakan yang didasari rasa malu karena menyadari ia tadi sempat ikut memajukan tubuhnya ke arah pria itu. Ucapan terima kasih yang keluar dari mulut Eowyn hanya berupa bisikan. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah tanpa berani menatap langsung atasannya. "Ada masalah, Eowyn? Aku melihat dari tadi kau sangat gelisah. Apa kau takut kekasihmu itu mendatangimu? Jika kau ingin a
"Maaf, Nath. Aku sudah berjanji pada atasanku untuk sarapan bersamanya besok pagi," Eowyn menahan nafasnya. Menunggu dengan jantung berdebar-debar. Ia yakin sebentar lagi akan mendengar ledakan amarah kekasihnya itu. Nathan tak akan segan-segan mencaci-makinya. Ia hafal betul sifat Nathan. Kekasihnya itu selalu memaksakan kehendaknya pada Eowyn. Dan tiap Eowyn menolaknya, dia akan mengeluarkan kata-kata tajam melebihi belati. "Kau ...." Kemarahan Nathan sudah sampai ubun-ubun. Eowyn sudah berani melawannya. Apa masih belum cukup rasa malu yang harus ia tanggung? Sekarang mereka malah membuat janji temu untuk sarapan bersama di depan hidungnya! "Apa yang kau katakan, Eowyn? Coba katakan sekali lagi. Aku akan menganggap diriku salah dengar jika kau mau menarik kembali kata-katamu barusan. Semakin lama kau semakin membuatku kesal!" Nathan meraung di seberang sana sedangkan Eowyn hanya diam dan menutup matanya pasrah.
Ia mendengar Edward menggeram dan pria itu membalikkan badannya lalu berjalan kembali ke arah Eowyn. Mati aku ! "Jangan memelihara kebiasaan jelek dengan suka mengejek orang di belakang punggungnya. Sekarang coba kau ulangi lagi," Edward mendekatkan wajahnya, menatap lekat-lekat mata Eowyn. Ternyata mata wanita itu sungguh indah, bulu matanya sangat panjang dan lentik. Pupil mata Eowyn yang berwarna coklat muda terlihat membesar saat Edward mendekatkan wajahnya. Bahkan ia bisa melihat pantulan dirinya pada mata wanita itu. "Tutup mulutmu, Eowyn. Tidak sopan membuka mulut di hadapan atasanmu sedangkan kau belum gosok gigi," Edward menarik badannya menjauh dengan tiba-tiba lalu berjalan ke arah pintu ia masuk tadi. Kali ini tanpa menoleh, Edward mengucapkan, "Dua puluh menit waktumu, Eowyn. Aku tunggu kau di Royal Cafe." "Tapi itu tidak cukup, Edward. Aku harus ...." Eowyn mengumpat pelan. Atasannya sudah kebu