Eowyn tidak punya pilihan selain menuruti perkataan Nathan. Mereka disambut dengan antusias oleh Diego, sang tuan rumah dan istrinya yang terlihat sangat anggun, Claire.
Saat ini mereka dikelilingi sekelompok sosialita yang penuh kepura-puraan. Saling memamerkan kekayaan masing-masing walau tidak kentara. Dan menyombongkan diri mereka dengan cara berpura-pura menyanjung tinggi lawan bicaranya.
Eowyn merasa muak dan bosan harus terus-menerus tersenyum dan tertawa padahal tidak ada hal lucu yang mereka bicarakan. Ia dikelilingi orang-orang yang penuh tipu muslihat, penuh kepalsuan. Bahkan Eowyn menyadari ia juga bagian dari semua kepalsuan ini.
Ia berharap bisa melewati malam ini dengan tidak jatuh tersungkur di depan kaki mereka karena mungkin ia akan mati bosan lalu berakhir dengan tertidur pada posisi ia berdiri seperti sekarang ini.
Dan seperti biasa, Nathan hanya sanggup berada di sisinya tak lebih dari 15 menit. Sekarang pria itu terlihat bercakap-cakap dan memamerkan senyum menawannya ke arah wanita cantik bergaun mahal yang menjadi teman bicaranya.
Eowyn memandang muram ke arah Nathan. Satu hal yang ia yakini, Nathan melupakan keberadaannya dengan begitu cepat. Jelas terlihat kekasihnya itu lupa jika dia datang tidak sendirian.
Kenapa Nathan mengajakku kemari jika akhirnya dia hanya meninggalkan aku berdiri sendirian seperti orang linglung? Eowyn menghembuskan nafas kesal lalu berjalan menjauh, meninggalkan pemandangan yang menyesakkan hatinya.
Dengan mengikuti dorongan hatinya, ia berjalan ke arah pintu di sisi sebelah kiri yang ternyata mengarah ke taman. Suasana di luar sini terasa lebih tenang dibandingkan di dalam.
Terdengar juga suara air mancur yang menjadi penghias taman. Ia melihat ada beberapa pasangan yang mungkin membutuhkan privasi, lebih memilih duduk sambil mengobrol di gajebo-gajebo yang memang sengaja dibuat untuk bersantai daripada bergabung bersama para tamu lainnya di dalam. Membutuhkan privasi lebih untuk bisa merayu para wanita muda yang bukan istrinya.
Itu sudah menjadi rahasia umum dikalangan para orang kaya yang bergaya hidup mewah dan memuja kesenangan duniawi.
Seringkali para istri menutup mata mereka atas perselingkuhan suaminya. Dan berakhir dengan mengikuti jejak para suami, memiliki simpanan pria tak berduit yang mencintai kemewahan. Eowyn menggelengkan kepalanya saat memikirkan semua itu.
Dari tempatnya berdiri suara para tamu terdengar hanya berupa dengungan tak berarti. Walau penerangannya kurang tapi Eowyn memilih bersantai di sini saja daripada menjadi nyamuk pengganggu di dalam sana. Lagipula Nathan juga tak akan menyadari kepergiannya.
Eowyn sedang melangkah menuju kursi panjang di dekat air mancur ketika mendengar suara seorang pria memanggilnya.
"Eowyn, sedang apa kau di sini? Aku mencarimu dari tadi dan ternyata kau ada di sini, sayang." Kata pria itu dan suaranya terdengar tidak asing di telinga Eowyn. Tapi yang jelas pria itu bukan kekasihnya. Nathan tak akan pernah memanggilnya dengan sebutan itu.
"Hai, Sayang. Kenapa kau menatap ke arahku seakan sedang melihat hantu," suara pria itu kian mendekat dan ada seorang wanita yang berjalan di sampingnya tapi Eowyn masih belum bisa melihat dengan jelas. Ia lalu menyalahkan Nathan yang terburu-buru tadi hingga ia lupa memakai lensa kontaknya.
Pria itu kini berdiri di hadapannya dan tersenyum ke arah Eowyn lalu merentangkan kedua tangannya memeluk Eowyn dengan erat.
Ya, Tuhan .... Apa matanya memang sudah rusak parah atau ia sedang berhalusinasi hingga menganggap pria yang sedang memeluknya ini adalah Pak Edward!
Dalam kondisi yang serba membingungkan ini, ia masih sempat berpikir jika pria ini mungkin orang yang kebetulan sangat mirip dengan atasannya.
Baru saja ia akan mengutarakan isi hatinya tapi pria itu dengan tak kentara menggiringnya agak menjauh dari pendengaran wanita yang berdiri di belakangnya dan sedang menatap ke arah mereka dengan rasa ingin tahu yang tak ditutupi. Pak Edward berbisik cepat di telinga Eowyn.
"Eowyn, aku mohon padamu untuk kali ini saja kau bisa menolongku mengusir wanita itu dari hadapanku. Dia menempel terus seperti lintah dan tak mau pergi. Aku membohonginya dengan mengatakan jika aku membawa kekasihku kemari," suara bisikan Pak Edward terasa menggelitik sesuatu yang berada jauh di dalam dirinya. Bibir pria itu bergerak saat ia berbicara dengan suara rendah, menyentuh ringan daun telinga Eowyn.
Edward lalu melepaskan pelukannya dan mengisi keheningan yang merebak diantara mereka dengan memperkenalkan kedua wanita cantik yang ada di hadapannya.
Kedua Wanita itu saling menatap dalam diam. Wanita yang lebih tinggi dengan postur tubuh semampai dan dandanan yang terlalu berlebihan menurut Edward, sedang menatap sinis ke arah Eowyn yang balik menatap dengan mimik yang sulit diartikan.
"Sayang, apa kau sudah makan? Apa perlu aku ambilkan makanan untukmu? Tolong jangan marah lagi. Aku berjanji akan mengubah sikapku. Kau tahu kan jika aku sangat mencintaimu? Selamanya mencintamu, Eowyn," Eowyn seperti terhipnotis saat mendengar ucapan atasannya yang terdengar sangat serius.
Tatapan Pak Edward begitu intens saat mengucapkan kalimat itu dengan suara khasnya yang berat, seakan hanya ia satu-satunya wanita yang ada di dalam hidup pria itu.
Eowyn berkedip dengan cepat. Hampir saja ia melupakan satu fakta bahwa semua ini hanyalah sandiwara!
Jantungnya tetap berdebar hebat walau semua perkataan yang keluar dari bibir atasannya itu merupakan kebohongan terbesar yang paling menggelikan.
Tapi Pak Edward mengatakan semua itu dengan .... Dengan apa, Eowyn? Dengan tatapan penuh cinta maksudmu? Ejek suara hatinya.
Eowyn mengejutkan dirinya sendiri dengan mengeluarkan bunyi cengukan. Apa masih belum cukup penderitaan yang ia alami malam ini? Kekasihnya sibuk ke sana kemari menebar pesona dan ia berakhir di sini, terperangkap dalam sandiwara bodoh yang diciptakan atasannya.
Ingin rasanya Eowyn menangis meraung-raung sambil berguling-guling di taman ini untuk melampiaskan kekesalannya. Tapi tentu saja ia tak akan melakukannya walau ia sangat ingin.
Ia sangat yakin Nathan akan dengan senang hati menggantungnya jika ia berani mempermalukan pria itu.
Eowyn mengabaikan perhatian palsu Pak Edward. Ia berjalan ke arah air mancur dan berpura-pura tertarik pada benda yang berbentuk dua wanita yunani yang sedang memegang kendi berisi air yang terus melimpah ruah dan jatuh menyerupai air terjun kecil ke dalam kolam berbentuk bulat.
Edward mengamati sekretarisnya yang malam ini berpenampilan sangat berbeda. Eowyn mengenakan gaun putih lengan sabrina yang menyempit dibagian pinggang rampingnya dan melebar di bagian bawah.
Rambut hitamnya yang sepunggung terlihat berkilau indah. Wanita itu membiarkannya tergerai begitu saja. Membuat tangan Edward terasa gatal ingin mendaratkan jari tangannya ke situ.
Sial, Edward! Kau bahkan belum sempat menyentuh minuman sedikitpun malam ini. Tapi pikiranmu sudah melantur kemana-mana, maki Edward pada dirinya sendiri lalu meminta diri untuk meninggalkan Bella agar bisa menyusul "kekasihnya".
Demi Tuhan! Ia juga tidak menyukai sandiwara ini tapi ia harus melakukannya atau Bella akan terus mengekorinya dan membuatnya tak bisa menikmati malam minggunya dengan tenang. Percuma saat ini ia dikelilingi makanan enak dan champagne melimpah jika ia tak bisa menikmatinya.
"Aku berharap kau bisa memaafkan aku,Eowyn. Aku tidak berniat mengambil kesempatan dengan memelukmu tadi. Apa kau tahu, Wanita itu sungguh menjengkelkan. Dia tidak mempan oleh tolakan halusku. Jadi aku harus bagaimana?" Edward mengamati perubahan mimik wajah Eowyn. Ia berharap wanita itu tidak marah padanya. Oke, ia mengakui jika tadi ia sedikit khilaf dan ia tahu kelakuannya itu sangat tidak terpuji. Sedikit khilaf katamu? Kau memeluk wanita itu dengan sangat erat lebih daripada yang dibutuhkan. Tunggu dulu, bukankah aku melakukan itu untuk meyakinkan Bella?! Jangan mencari pembenaran, Sobat. Kau tahu jika yang kau katakan itu merupakan suatu kebohongan besar.
Edward juga mulai memenuhi piringnya sendiri. Terlihat beberapa tamu yang juga mulai mendekati meja dan melirik sajian mewah yang ada di atasnya. Edward mengamati Eowyn yang tanpa kentara terus-menerus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Wanita itu sepertinya sedang mencari-cari seseorang. Mungkin mencari keberadaan kekasihnya. Pikir Edward dalam hati. Edward ingin mengenal lebih jauh pria macam apa yang menjadi kekasih Eowyn. Yang bisa meninggalkan wanitanya di tengah-tengah pesta glamor yang dipenuhi orang-orang kaya yang hanya mementingkan sesuatu dibalik balutan mewah yang mereka pakai. Dengan sinis Edward mengamati para tamu yang berjalan ke sana kemari. "Aku takut terpaksa harus memanggil regu penyelamat untu
Pesan berikutnya pun menyusul muncul di layar ponsel Eowyn. "Jangan menangis, jangan pernah menangis untuknya. Kau lebih berharga daripada yang kau sadari, Eowyn. Dia tak layak menerima ketulusanmu." Eowyn menengadah dan tatapannya langsung berserobot dengan Edward yang berdiri di seberang ruangan. Pria itu sedang mengamatinya dengan segelas champagne di tangan kanannya, entah kenapa malam ini pria itu terlihat sangat maskulin. Edward terlihat begitu tampan dalam balutan jas tiga potong berwarna hitam. Seakan baru pertama kali kau melihatnya memakai jas. Eowyn berusaha mengabaikan ejekan suara hatinya yang terdengar sinis. Eowyn mengakui jika selama ini ia tak terlalu memperhatikan atasan
"Ya ... Ya, Edward. Semua baik-baik saja, terima kasih. Aku ... Ee, kami hanya sedang membahas masalah .... " ucapan Eowyn yang tersendat akibat gugup langsung dipotong dengan kasar oleh Nathan. "Sebaiknya kau segera menyingkir, sobat. Ini menyangkut masalah antara aku dengan kekasihku dan tidak ada hubungannya sama sekali denganmu. Jadi silakan kau tinggalkan kami berdua sekarang juga," kata Nathan memasang mimik kesal karena Edward sudah berani menyela ucapannya. Bertepatan saat itu lantunan musik pun berhenti, para tamu langsung menepi dan mencari tempat untuk beristirahat sejenak sebelum musik kedua dimainkan. "Ini akan menjadi masalahku jika kau membuat Eowyn merasa tidak nyaman. Aku juga bisa melaporkanmu dengan kasus kekerasan verbal. Sebaiknya jaga sikapmu dan nikmati saja pesta ini. Diego tidak akan tinggal diam jika ada orang yang merusak pestanya. dan aku jamin kau akan segera dicoret dari daftar pesta sosialita manapun jika kau berani
Edward sedang mengamati pasangan yang sedang berdansa. Lagu Endless love mengiringi tiap langkah kaki mereka yang harmoni. Kali ini Edward lebih memilih duduk di kursi tinggi.Tangannya memutar-mutar gelas champagne di atas meja bundar dengan gaya malas-malasan. Padahal Bella begitu berharap Edward akan menggandengnya ke lantai dansa. Mata Edward menangkap sosok Eowyn yang terlihat sedang berdansa dengan kekasihnya. Wanita itu setegang senar gitar didalam pelukan Nathan. Edward mengerutkan keningnya. Memaksa dirinya untuk mengingat sesuatu yang terkunci di dalam ingatannya. Ia berusaha menggali kembali ingatannya yang mengabur. Ini tentu tak lepas dari peranan penting champagne yang lumayan banyak mengisi lambungku, pikir Edward dalam hati. Nathan ... Nama itu terdengar familiar tapi ia sama sekali tak bisa mengingatnya. Yang jelas pria itu bukan kenalannya apalagi rekan bisnisnya. Apa mungkin k
"Nath, A-aku ... " Eowyn kehilangan kata-katanya dan otomatis memandangi Edward untuk meminta pertolongan. " Ada apa dengan dirimu malam ini, Eowyn? Sejak kapan kau menjadi wanita pembangkang. Hei, tolong jauhkan tanganmu dari dia." Nathan melemparkan tatapan peringatan ke arah Edward. "Dengan berat hati aku harus memberitahumu, sobat. Aku yang akan mengantar Eowyn pulang." Dengan entengnya Edward langsung mengabaikan Nathan yang terlihat ingin menyuarakan keberatannya. "Diego, terima kasih karena sudah mengundangku kemari. Aku harus memujimu untuk pesta mewah yang kau selenggarakan malam ini. Aku berharap dalam waktu dekat ini kau akan mengundangku kembali. Kau tentu tahu teman-teman kita selalu penuh antusias menyambut pestamu. Tapi dengan berat hati aku berpamitan padamu karena harus pulang lebih awal." Suara Edward terdengar hangat di telinga Eowyn. Pria itu bisa sangat manis jika diperlukan. Seketika Eowyn menyadari kekasihnya itu sud
Kliik .... Eowyn membuka matanya .... Ia tertegun sejenak, tak menyangka apa yang selanjutnya dilakukan Edward pada dirinya. Eowyn menyangka pria itu menghapus jarak diantara mereka karena ingin menciumnya. Tapi ternyata pria itu hanya ingin membantunya melepas safety belt yang masih terpasang di badannya. Eowyn terdiam, berusaha mengatasi rasa malunya. Ia bersumpah, jika saat ini bumi tempat ia berpijak terbelah .... ia akan dengan senang hati melompat ke dalamnya. Eowyn mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya yang tidak kusut. Gerakan yang didasari rasa malu karena menyadari ia tadi sempat ikut memajukan tubuhnya ke arah pria itu. Ucapan terima kasih yang keluar dari mulut Eowyn hanya berupa bisikan. Ia mengedarkan pandangannya ke segala arah tanpa berani menatap langsung atasannya. "Ada masalah, Eowyn? Aku melihat dari tadi kau sangat gelisah. Apa kau takut kekasihmu itu mendatangimu? Jika kau ingin a
"Maaf, Nath. Aku sudah berjanji pada atasanku untuk sarapan bersamanya besok pagi," Eowyn menahan nafasnya. Menunggu dengan jantung berdebar-debar. Ia yakin sebentar lagi akan mendengar ledakan amarah kekasihnya itu. Nathan tak akan segan-segan mencaci-makinya. Ia hafal betul sifat Nathan. Kekasihnya itu selalu memaksakan kehendaknya pada Eowyn. Dan tiap Eowyn menolaknya, dia akan mengeluarkan kata-kata tajam melebihi belati. "Kau ...." Kemarahan Nathan sudah sampai ubun-ubun. Eowyn sudah berani melawannya. Apa masih belum cukup rasa malu yang harus ia tanggung? Sekarang mereka malah membuat janji temu untuk sarapan bersama di depan hidungnya! "Apa yang kau katakan, Eowyn? Coba katakan sekali lagi. Aku akan menganggap diriku salah dengar jika kau mau menarik kembali kata-katamu barusan. Semakin lama kau semakin membuatku kesal!" Nathan meraung di seberang sana sedangkan Eowyn hanya diam dan menutup matanya pasrah.