Share

Part-4 (sakit untuk kesekian kalinya)

Edward juga mulai memenuhi piringnya sendiri. Terlihat beberapa tamu yang juga mulai mendekati meja dan melirik sajian mewah yang ada di atasnya.

Edward mengamati Eowyn yang tanpa kentara terus-menerus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Wanita itu sepertinya sedang mencari-cari seseorang. Mungkin mencari keberadaan kekasihnya. Pikir Edward dalam hati.

Edward ingin mengenal lebih jauh pria macam apa yang menjadi kekasih Eowyn. Yang bisa meninggalkan wanitanya di tengah-tengah pesta glamor yang dipenuhi orang-orang kaya yang hanya mementingkan sesuatu dibalik balutan mewah yang mereka pakai. Dengan sinis Edward mengamati para tamu yang berjalan ke sana kemari.

"Aku takut terpaksa harus memanggil regu penyelamat untuk menggotongmu keluar dari sini. Aku yakin semua asupan kalori yang menumpuk di piringmu itu akan mempersulit gerakanmu, Eowyn," Edward menggoda Eowyn dengan menunjuk hasil buruan wanita itu dengan jari telunjuknya.

"Kalau kau merasa malu kedapatan berdiri di dekat wanita yang memegang sepiring penuh makanan, jangan sungkan meninggalkan diriku di sini , Edward," sambil berbicara, Eowyn memasukan sepotong mini cake ke dalam mulutnya dan merasakan tekstur lembut kue itu di dalam mulutnya.

Eowyn sengaja tak melihat ke arah atasannya.  Ia tak ingin melihat tatapan Edward yang mencengkal dirinya.

Ia tahu dan sangat menyadari semua pria pasti akan merasa terganggu jika disodorkan pemandangan seperti ini. Contohnya Nathan, kekasihnya itu pasti akan segera merampas piring itu dari tangannya dan menguliahi dirinya selama sejam penuh tentang tata krama bersikap sopan di lingkungan kalangan atas.

"Aku tak akan pernah meninggalkanmu dengan alasan apapun,Eowyn. Tak akan pernah," suara Edward yang terdengar serius membuat Eowyn spontan mendongak menatap wajah pria yang sudah ia kenal selama dua tahun belakangan ini.

Tatapan mereka terkunci satu sama lain. Eowyn terdiam dan melupakan nasib kue yang masih ada di dalam mulutnya.

"Itu aku maksudkan jika kau kekasihku. Tapi nyatanya aku adalah atasanmu. Cepat habiskan makananmu dan jangan membiasakan diri berbicara dengan mulut penuh seperti itu," Edward tidak peduli jika ucapannya terdengar naik satu oktaf.

"Tapi harus ada orang yang menjawabmu. Jika aku hanya diam ..." ucapan Eowyn terputus karena disela oleh suara seorang pria yang terdengar menahan amarah.

"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Eowyn?!" Nathan muncul entah dari mana. Sekarang pria itu sedang menatap ke arahnya dengan mimik kesal yang tidak ditutupi.

"Eowyn sedang menikmati makanannya. Aku yakin penglihatanmu tentu masih berfungsi dengan baik," timpal Edward dengan sikap santai. Eowyn segera menyadari ada nada peringatan terselubung dalam ucapan atasannya itu.

Ia sangat mengenal baik sifat Edward dan yakin sebentar lagi akan terjadi konfrontasi diantara dua pria yang ada di hadapannya.

"Dari mana saja kau, Nath. Aku baru keluar sebentar mencari angin di taman belakang, begitu aku kembali kau sudah tak terlihat. Aku mau mengenalkanmu pada atasanku," Eowyn berceloteh untuk meredakan kegugupannya.

Nathan menoleh sekilas ke arah Edward yang jelas penampilannya jauh melebihi dirinya. Edward memiliki warna kulit kuning langsat dan berwajah aristokrat yang sangat tampan. Disempurnakan postur tubuhnya yang terawat baik.

Wibawa yang terpancar dari diri Edward membuat Nathan sedikit menahan sikap kasarnya yang ditujukan pada Eowyn.

"Letakkan makanan itu, Eowyn. Sebentar lagi akan dimulai acara dansa. Aku tak ingin saat itu kau masih berkutat dengan benda mengerikan yang terlihat menggunung itu," Nathan mengatakan itu seolah yang ia pegang saat ini adalah ular beracun.

Eowyn mengerti arah pembicaraan kekasihnya itu. Ia tahu Nathan selalu melarang keras dirinya menikmati sajian di pesta dengan tidak membiarkan dirinya menikmati menu yang ada melebihi tiga potong kue berukuran kecil.

Sedangkan dirinya tak memiliki hak sedikitpun untuk melarang Nathan setiap kekasihnya itu mulai menghampiri para wanita cantik yang datang ke acara pesta yang sama dengan mereka.

"Baiklah,Nath. Ayo kita tinggalkan makanan beracun ini. Edward, maafkan diriku karena tak bisa menemanimu menghabiskan semua ini," Eowyn buru-buru meletakkan piringnya dan berpamitan pada Edward sebelum pria itu kehilangan kesabaran dan akhirnya melakukan sesuatu yang mengerikan seperti misalnya membalikkan piring yang sedang dia pegang ke atas kepala Nathan.

Eowyn tidak bisa membayangkan jika itu sampai terjadi, ia yakin besok paginya wajah mereka bertiga akan terpampang dengan jelas di halaman depan surat kabar!

"Sudah berkali aku katakan padamu,Eowyn. Perbaiki sikapmu menyangkut makanan. Kau makan terlalu berlebihan. Kau adalah kekasih Nathan, seharusnya kau berprilaku layaknya kaum sosialita. Apa masih belum cukup aku mengajarimu selama empat tahun kita berpacaran."

"Aku yakin kau telah salah menyebut lamanya waktu kita menjalin hubungan. Tepatnya tiga tahun dan bukan empat tahun, Nath," koreksi Eowyn dengan nada sedih.

Kekasihnya itu bahkan tak ingat dengan pasti sudah berapa lama mereka bersama. Dalam pikiran Nathan hanyalah bagaimana dia bisa terlihat mencolok ketika berjalan diantara orang-orang yang sekelas dengannya.

Seringkali Eowyn berpikir mungkin Nathan merasa malu dan menyesal telah menjalin hubungan dengannya. Hal itu bisa dilihat dari tingkah laku pria itu yang brengsek.

Nathan seringkali mengabaikannya dan lebih memilih mencurahkan perhatiannya pada wanita lain yang jelas tak bertingkah memalukan di sampingnya.

Dia juga Selalu memuji wanita lain di depan Eowyn, entah disengaja ataupun tidak. Yang jelas hal itu sangat melukai hatinya.

Tapi bukan Nathan namanya jika pria itu bisa merasa bersalah. Malah Nathan terlihat tak peduli dengan hal itu dan dengan angkuhnya dia berjalan mendahului Eowyn, memamerkan senyum ramahnya menyambut uluran tangan seorang wanita yang dia panggil Jane.

Wanita itu sangat cantik dan langsing dalam balutan gaun merah bertali tipis dengan model belahan tinggi yang cukup membuat detak jantung para pria bertambah dua kali lebih cepat.

Wanita itu memakai sepatu merah berhak sangat tinggi. Ia yakin ujung sepatunya yang meruncing itu akan menjadi senjata yang paling ampuh ketika menghadapi musuh.

Imajinasinya langsung aktif membentuk gambaran Jane dalam balutan gaun merah  sambil memegang sepatu hak tinggi miliknya untuk menghalau sepasukan hyena yang mengerubunginya. Eowyn sontak mengatupkan bibirnya rapat-rapat sebelum semburan tawanya terlepas dari mulutnya.

Eowyn berdiri dengan canggung di belakang Nathan yang jelas-jelas telah melupakan keberadaannya. Ia merasa sangat malu, sakit hati dan merasa tak diinginkan.

Eowyn berusaha melihat ke atas, ke langit-langit ruangan yang berbentuk kubah dengan ornamen yang sangat indah. Setiap air matanya mengancam keluar, ia selalu mendongakkan kepalanya. Tindakan itu sangat ampuh untuk menghentikan aliran air matanya.

Eowyn mendengar ada pesan masuk di ponselnya. Ia lalu membuka tasnya dan mengeluarkan ponselnya untuk melihat isi pesan itu.

"Abaikan manusia brengsek itu. Tegakkan bahumu dan angkat dagumu, Eowyn. Jika aku mau, saat ini juga aku bisa membuatnya dikucilkan dari kelompok sosialita yang dipenuhi manusia-manusia membosankan."

Darah Eowyn seketika berdesir membaca isi pesan yang ternyata dikirim oleh Edward. Eowyn tidak berani mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan sosok Edward.

Atasannya itu ternyata melihat apa yang dilakukan Nathan padanya dan memutuskan jika dia tak menyukai dengan apa yang dilihatnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status