Edward juga mulai memenuhi piringnya sendiri. Terlihat beberapa tamu yang juga mulai mendekati meja dan melirik sajian mewah yang ada di atasnya.
Edward mengamati Eowyn yang tanpa kentara terus-menerus mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Wanita itu sepertinya sedang mencari-cari seseorang. Mungkin mencari keberadaan kekasihnya. Pikir Edward dalam hati.
Edward ingin mengenal lebih jauh pria macam apa yang menjadi kekasih Eowyn. Yang bisa meninggalkan wanitanya di tengah-tengah pesta glamor yang dipenuhi orang-orang kaya yang hanya mementingkan sesuatu dibalik balutan mewah yang mereka pakai. Dengan sinis Edward mengamati para tamu yang berjalan ke sana kemari.
"Aku takut terpaksa harus memanggil regu penyelamat untuk menggotongmu keluar dari sini. Aku yakin semua asupan kalori yang menumpuk di piringmu itu akan mempersulit gerakanmu, Eowyn," Edward menggoda Eowyn dengan menunjuk hasil buruan wanita itu dengan jari telunjuknya.
"Kalau kau merasa malu kedapatan berdiri di dekat wanita yang memegang sepiring penuh makanan, jangan sungkan meninggalkan diriku di sini , Edward," sambil berbicara, Eowyn memasukan sepotong mini cake ke dalam mulutnya dan merasakan tekstur lembut kue itu di dalam mulutnya.
Eowyn sengaja tak melihat ke arah atasannya. Ia tak ingin melihat tatapan Edward yang mencengkal dirinya.
Ia tahu dan sangat menyadari semua pria pasti akan merasa terganggu jika disodorkan pemandangan seperti ini. Contohnya Nathan, kekasihnya itu pasti akan segera merampas piring itu dari tangannya dan menguliahi dirinya selama sejam penuh tentang tata krama bersikap sopan di lingkungan kalangan atas.
"Aku tak akan pernah meninggalkanmu dengan alasan apapun,Eowyn. Tak akan pernah," suara Edward yang terdengar serius membuat Eowyn spontan mendongak menatap wajah pria yang sudah ia kenal selama dua tahun belakangan ini.
Tatapan mereka terkunci satu sama lain. Eowyn terdiam dan melupakan nasib kue yang masih ada di dalam mulutnya.
"Itu aku maksudkan jika kau kekasihku. Tapi nyatanya aku adalah atasanmu. Cepat habiskan makananmu dan jangan membiasakan diri berbicara dengan mulut penuh seperti itu," Edward tidak peduli jika ucapannya terdengar naik satu oktaf.
"Tapi harus ada orang yang menjawabmu. Jika aku hanya diam ..." ucapan Eowyn terputus karena disela oleh suara seorang pria yang terdengar menahan amarah.
"Apa yang sedang kau lakukan di sini, Eowyn?!" Nathan muncul entah dari mana. Sekarang pria itu sedang menatap ke arahnya dengan mimik kesal yang tidak ditutupi.
"Eowyn sedang menikmati makanannya. Aku yakin penglihatanmu tentu masih berfungsi dengan baik," timpal Edward dengan sikap santai. Eowyn segera menyadari ada nada peringatan terselubung dalam ucapan atasannya itu.
Ia sangat mengenal baik sifat Edward dan yakin sebentar lagi akan terjadi konfrontasi diantara dua pria yang ada di hadapannya.
"Dari mana saja kau, Nath. Aku baru keluar sebentar mencari angin di taman belakang, begitu aku kembali kau sudah tak terlihat. Aku mau mengenalkanmu pada atasanku," Eowyn berceloteh untuk meredakan kegugupannya.
Nathan menoleh sekilas ke arah Edward yang jelas penampilannya jauh melebihi dirinya. Edward memiliki warna kulit kuning langsat dan berwajah aristokrat yang sangat tampan. Disempurnakan postur tubuhnya yang terawat baik.
Wibawa yang terpancar dari diri Edward membuat Nathan sedikit menahan sikap kasarnya yang ditujukan pada Eowyn.
"Letakkan makanan itu, Eowyn. Sebentar lagi akan dimulai acara dansa. Aku tak ingin saat itu kau masih berkutat dengan benda mengerikan yang terlihat menggunung itu," Nathan mengatakan itu seolah yang ia pegang saat ini adalah ular beracun.
Eowyn mengerti arah pembicaraan kekasihnya itu. Ia tahu Nathan selalu melarang keras dirinya menikmati sajian di pesta dengan tidak membiarkan dirinya menikmati menu yang ada melebihi tiga potong kue berukuran kecil.
Sedangkan dirinya tak memiliki hak sedikitpun untuk melarang Nathan setiap kekasihnya itu mulai menghampiri para wanita cantik yang datang ke acara pesta yang sama dengan mereka.
"Baiklah,Nath. Ayo kita tinggalkan makanan beracun ini. Edward, maafkan diriku karena tak bisa menemanimu menghabiskan semua ini," Eowyn buru-buru meletakkan piringnya dan berpamitan pada Edward sebelum pria itu kehilangan kesabaran dan akhirnya melakukan sesuatu yang mengerikan seperti misalnya membalikkan piring yang sedang dia pegang ke atas kepala Nathan.
Eowyn tidak bisa membayangkan jika itu sampai terjadi, ia yakin besok paginya wajah mereka bertiga akan terpampang dengan jelas di halaman depan surat kabar!
"Sudah berkali aku katakan padamu,Eowyn. Perbaiki sikapmu menyangkut makanan. Kau makan terlalu berlebihan. Kau adalah kekasih Nathan, seharusnya kau berprilaku layaknya kaum sosialita. Apa masih belum cukup aku mengajarimu selama empat tahun kita berpacaran."
"Aku yakin kau telah salah menyebut lamanya waktu kita menjalin hubungan. Tepatnya tiga tahun dan bukan empat tahun, Nath," koreksi Eowyn dengan nada sedih.
Kekasihnya itu bahkan tak ingat dengan pasti sudah berapa lama mereka bersama. Dalam pikiran Nathan hanyalah bagaimana dia bisa terlihat mencolok ketika berjalan diantara orang-orang yang sekelas dengannya.
Seringkali Eowyn berpikir mungkin Nathan merasa malu dan menyesal telah menjalin hubungan dengannya. Hal itu bisa dilihat dari tingkah laku pria itu yang brengsek.
Nathan seringkali mengabaikannya dan lebih memilih mencurahkan perhatiannya pada wanita lain yang jelas tak bertingkah memalukan di sampingnya.
Dia juga Selalu memuji wanita lain di depan Eowyn, entah disengaja ataupun tidak. Yang jelas hal itu sangat melukai hatinya.
Tapi bukan Nathan namanya jika pria itu bisa merasa bersalah. Malah Nathan terlihat tak peduli dengan hal itu dan dengan angkuhnya dia berjalan mendahului Eowyn, memamerkan senyum ramahnya menyambut uluran tangan seorang wanita yang dia panggil Jane.
Wanita itu sangat cantik dan langsing dalam balutan gaun merah bertali tipis dengan model belahan tinggi yang cukup membuat detak jantung para pria bertambah dua kali lebih cepat.
Wanita itu memakai sepatu merah berhak sangat tinggi. Ia yakin ujung sepatunya yang meruncing itu akan menjadi senjata yang paling ampuh ketika menghadapi musuh.
Imajinasinya langsung aktif membentuk gambaran Jane dalam balutan gaun merah sambil memegang sepatu hak tinggi miliknya untuk menghalau sepasukan hyena yang mengerubunginya. Eowyn sontak mengatupkan bibirnya rapat-rapat sebelum semburan tawanya terlepas dari mulutnya.
Eowyn berdiri dengan canggung di belakang Nathan yang jelas-jelas telah melupakan keberadaannya. Ia merasa sangat malu, sakit hati dan merasa tak diinginkan.
Eowyn berusaha melihat ke atas, ke langit-langit ruangan yang berbentuk kubah dengan ornamen yang sangat indah. Setiap air matanya mengancam keluar, ia selalu mendongakkan kepalanya. Tindakan itu sangat ampuh untuk menghentikan aliran air matanya.
Eowyn mendengar ada pesan masuk di ponselnya. Ia lalu membuka tasnya dan mengeluarkan ponselnya untuk melihat isi pesan itu.
"Abaikan manusia brengsek itu. Tegakkan bahumu dan angkat dagumu, Eowyn. Jika aku mau, saat ini juga aku bisa membuatnya dikucilkan dari kelompok sosialita yang dipenuhi manusia-manusia membosankan."
Darah Eowyn seketika berdesir membaca isi pesan yang ternyata dikirim oleh Edward. Eowyn tidak berani mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan sosok Edward.
Atasannya itu ternyata melihat apa yang dilakukan Nathan padanya dan memutuskan jika dia tak menyukai dengan apa yang dilihatnya.
Jauh setelah kedua orang berbeda jenis kelamin itu menaiki tangga dan lenyap dari pandangannya, Eowyn masih berdiri dengan tubuh kaku, tidak bergerak sama sekali. Danu belum beranjak, ia memandangi sosok wanita jelita yang terlihat begitu pucat. Eowyn terlihat seperti patung lilin. Wanita yang memiliki kecantikkan klasik itu seperti kehilangan jiwanya. Tatapanya kosong. Tanpa sadar Danu menghitung dalam hati, menunggu wanita itu menangis tapi Eowyn terlihat tegar. Atau air matanya telah tertuang habis tak bersisa, pikir Danu dalam hati. Ia ingin memberitahu Eowyn jika Nathan memiliki kebiasaan bersenang-senang menyangkut wanita dan sudah tak terhitung banyaknya wanita yang dia bawa pulang ke rumah ini. Tapi Danu mengunci rapat-rapat mulutnya, ia tak akan ikut campur karena itu bukan urusannya.Pertama kali melihat Eowyn saat wanita itu memasuki rumah ini, ia tahu jika Eowyn berbeda. Wanita itu sangat ramah walau terlihat sedikit canggung dan tidak nyaman dengan sekelilingnya. Tent
Eowyn mematikan lampu kamar setelah ia mengakhiri pembicaraannya dengan Edward. Ia kemudian merebahkan dirinya dan seketika tubuhnya tenggelam ke dalam selimut tebal nan empuk. Pandangannya otomatis mengarah ke langit-langit kamar. Ajaibnya lukisan bintang-bintang itu seakan berpendar. Eowyn terpana, ia tak menyangka ternyata lukisan itu menggunakan cat minyak glow in the dark. Eowyn pernah membaca di sebuah rubrik bahwa cat sejenis itu terbuat dari campuran bahan fosfor hingga membuatnya bisa berpendar di ruangan yang gelap.Ia merasa seperti sedang rebahan di ruang terbuka dan menikmati langit malam yang cerah bertaburan bintang. Salah satu lagi kelebihan Nathan yang harus ia akui, pria itu memiliki selera yang cukup tinggi. Termasuk dalam hal wanita. Kecuali dirinya, tentu saja. Eowyn merasa dirinya jauh dari kriteria wanita idaman Nathan. Ia tidak tahu apa yang merasuki Nathan hingga dia memilih Eowyn dan menyematkan tanda kepemilikan atas diri Eowyn. Atau mungkin lebih tepatny
Eowyn lalu berjalan ke arah jendela setelah ia mengakhiri pembicaraannya dengan Edward. Eowyn bisa melihat kolam renang berbentuk persegi panjang yang terletak di seberang bangunan. Kolam renang itu berada di ruang terbuka yang sangat luas, tepatnya di lantai dua. Sedangkan lantai satu bangunan itu dijadikan tempat parkir. Eowyn mengagumi gajebo-gajebo yang dibangun di sekeliling Kolam renang. Semua kemewahan yang ditawarkan tempat ini menggambarkan kehidupan Nathan yang sebenarnya. Kemudian setelah puas mengamati, ia beranjak dari jendela dan menuju kamar mandi. Lagi-lagi ia menjumpai kemewahan lain di rumah Nathan. Kamar mandinya luar biasa luas, di tengah-tengah kamar mandi mewah itu terdapat jacuzzi berbentuk persegi. Dinding kamar mandinya memakai lempengan batu alam berwarna khaki. Eowyn berjalan masuk ke dalam kamar mandi yang sangat luas itu. Dibagian sudut kiri kamar mandi terdapat pancuran untuk mandi, dindin
Eowyn setengah merenung saat dalam perjalanan menuju tempat kediaman Nathan. Ia berharap keputusannya ini akan membawa perubahan baik dalam hidupnya. Nathan juga berjanji akan memberinya kamar terpisah. Eowyn menganggap itu sebagai bentuk kemurahan hati Nathan yang patut ia syukuri. Sejauh ini pria itu masih bersikap manis padanya. Karena pada dasarnya jika Eowyn bersikap penurut, Nathan juga akan senantiasa bersikap manis padanya. Nathan membawa mereka memasuki rumah mewah bertingkat dua.Sebelumnya Eowyn juga sudah beberapa kali diajak Nathan kemari. Rumah Nathan memiliki pekarangan yang sangat luas. Ada hiasan air mancur berukuran besar berdiri di tengah-tengah taman. Eowyn yakin Nathan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menata pekarangannya hingga terlihat sangat apik. "Aku sudah menyuruh pelayan membersihkan kamarmu. Seprai dan gorden juga sudah diganti," Nathan menoleh ke arah Eowyn. Raut wajah kemenangan terg
"Aku tak akan pernah mempersulit hidup siapapun, terutama dirimu, Nath. Aku hanya mohon izinkan aku memiliki sedikit privasi untuk diriku sendiri. Aku mohon ...." Eowyn bersedia bersujud jika hal itu bisa membuat Nathan merubah keputusannya. "Aku bukan penjual jadi jangan tawar-menawar denganku. Aku juga tidak menanyakan pendapatmu jadi simpan saja tenagamu untuk hal yang lebih berguna," Nathan berkata dengan nada pelan sambil tersenyum ke arah Eowyn. "Aku berhak atas hidupmu sekarang, Eowyn. Karena mungkin saja benih yang kutitipkan padamu mulai membentuk kehidupannya sekarang." "Tapi, Nath ..." kata-kata Eowyn terputus saat Edward tiba-tiba masuk melalui pintu depan. Dia datang bersama Kenzo. Nathan yang tidak siap dengan kedatangan mereka sempat tertegun sejenak. "Aku tak habis pikir kenapa akhir-akhir ini bermunculan orang-orang yang peduli dengan kehidupan pribadiku," cetus Nathan tanpa berusaha menutupi kekesalannya. "Pria br
Mulut Eowyn seperti terkunci. Ia tidak tahu harus mengatakan apa ketika mendengar penuturan Nathan. Sudah bisa ia bayangkan bagaimana kehidupannya ke depan nanti. Ia berharap tidak terjadi kehamilan pada dirinya. Mereka akhirnya menyelesaikan acara sarapan mereka dalam diam. Eowyn tidak sedikitpun mengangkat wajahnya. Ia tidak ingin Nathan melihat kesedihannya. Jika Nathan tahu pun, Eowyn yakin pria itu juga tak akan peduli. "Aku sudah menelepon pemilik perahu motor. Dia akan sampai siang ini. Aku ingin tahu apa yang akan kau katakan pada atasanmu saat dia bertanya tentang masalah ini," Nathan sengaja memancing Eowyn. Dia ingin melihat reaksinya. "Apakah kau akan memberitahunya jika kita sudah tidur bersama? Lihat ke arahku saat aku sedang berbicara padamu, Eowyn," Nathan mulai terlihat kesal karena menganggap Eowyn sengaja mengabaikannya. "Tidak, tentu saja aku tidak akan mengatakan hal itu, Nath. Jika dia bertanya, aku hanya akan mengatakan pa