Edward sedang mengamati pasangan yang sedang berdansa. Lagu Endless love mengiringi tiap langkah kaki mereka yang harmoni.
Kali ini Edward lebih memilih duduk di kursi tinggi.Tangannya memutar-mutar gelas champagne di atas meja bundar dengan gaya malas-malasan. Padahal Bella begitu berharap Edward akan menggandengnya ke lantai dansa.
Mata Edward menangkap sosok Eowyn yang terlihat sedang berdansa dengan kekasihnya. Wanita itu setegang senar gitar didalam pelukan Nathan.
Edward mengerutkan keningnya. Memaksa dirinya untuk mengingat sesuatu yang terkunci di dalam ingatannya.
Ia berusaha menggali kembali ingatannya yang mengabur. Ini tentu tak lepas dari peranan penting champagne yang lumayan banyak mengisi lambungku, pikir Edward dalam hati.
Nathan ... Nama itu terdengar familiar tapi ia sama sekali tak bisa mengingatnya. Yang jelas pria itu bukan kenalannya apalagi rekan bisnisnya.
Apa mungkin karena mereka sudah pernah bertemu saat pria itu datang menjemput Eowyn di tempat kerja?Saat dimana ia masih belum memberikan fasilitas mobil perusahaan dan apartemen kepada sekretarisnya.
Tanpa sadar Edward berjalan ke arah mereka dan mengabaikan panggilan Bella yang terlihat berusaha meredam kekesalannya.
"Bolehkah aku berdansa denganmu, Eowyn?" Tanpa menunggu persetujuan dari mereka berdua, Edward langsung mengambil alih tangan Eowyn dari Nathan dan menyentuh ringan pinggang wanita itu.
Sepertinya pria ini harus diajari cara berdansa yang benar, pikir Edward dalam hati. Karena ia melihat Nathan mencengkeram pinggang Eowyn dan jelas itu akan menimbulkan perasaan tidak nyaman.
Edward bisa merasakan tatapan kebingungan dari sekretarisnya tapi ia tak peduli. Ia juga tak memedulikan tatapan terkejut bercampur amarah dari Nathan yang berdiri mematung dengan cuping hidung yang kembang kempis berusaha mengendalikan emosinya.
Edward malah membalasnya dengan senyuman lebar. Silakan buat keributan jika kau punya sembilan nyawa, kawan. Ejek Edward dalam hati. Ia tahu pria macam apa si Nathan itu. Hanya pria bernyali dangkal yang senang mengintimidasi pasangannya. Dasar pengecut payah!
Eowyn jelas tidak siap dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Berada diantara dua pria tampan yang sama-sama memiliki kekuasaan dan kekayaan jelas tidak akan membuatmu merasa bangga.
Oke, aku akui ... Nathan memang tak setampan Edward dan jelas atasannya itu jauh memiliki segalanya dibandingkan kekasihnya. What ...?! Eowyn, aku sangat yakin ada yang salah dari susunan syaraf di otakmu! Bisa-bisanya tumbuh pemikiran seperti itu dalam kepalamu. Dasar memalukan!
Eowyn mengedip-ngedipkan matanya dengan gerakan cepat untuk menghilangkan ketegangannya. Ia melihat dengan cemas ke arah Nathan yang kini terlihat seperti bom waktu yang siap meledak kapan saja.
"Sepertinya ada salah dengan dirimu. Pertama, kau dengan sengaja mengabaikan wanita cantik disebelahmu. Kedua, kau dengan sengaja datang menghampiri kami dan mengambil alih kekasihku. Kau jelas tahu aku tak mau mempermalukan diriku sendiri dengan membuat keributan di pesta Diego. Kau sungguh lancang, sobat."
"Aku hanya berusaha membantumu. Kau terlihat butuh minum dan sebaiknya kau istirahatkan kakimu sejenak, Nathan. Aku tak akan membawa lari Eowyn. Kami tak akan kemana-mana. Jadi simpan saja rasa khawatirmu dan silakan manjakan dirimu dengan beberapa gelas champagne. Aku yakin setelah itu kau akan merasa jauh lebih baik." Edward mengucapkan semua itu tanpa menoleh ke arah Nathan, terkesan mengusirnya. Ia sengaja melakukan itu sebagai bentuk pembalasan atas perlakuan kasar pria itu pada Eowyn.
"Aku akan segera kembali dan saat itu aku tak sudi melihat wajahmu lagi. Aku berharap kau mengerti. Diantara kita tidak pernah ada selisih paham. Jadi urus saja hidupmu sendiri, kawan." Nathan berderap pergi dengan gerakan kaku sambil menahan luapan emosinya.
"Apa yang kau lakukan, Edward? Dia akan membunuhku atau lebih parah lagi, dia akan membatasi semua aktifitasku termasuk melarangku bekerja padamu." Eowyn berkata dengan nada putus asa. Ia menghembuskan nafasnya yang tanpa sadar sedari tadi ia tahan.
Ia gelisah dan ketakutan. Bisa ia bayangkan kehidupan apa yang akan ia jalani mulai saat ini. Ia yakin Nathan akan memastikan hidupnya dipenuhi kesengsaraan.
"Apa yang kau takutkan, Eowyn? Hidupmu adalah milikmu. Dia tak bisa melukaimu jika kau tak mengizinkannya. Kau mengerti? Sudah berapa lama kalian berhubungan? Kenapa kau sanggup bertahan dengan pria semacam itu, Eowyn?" Edward memandang lekat-lekat wajah Eowyn yang tak berani membalas tatapannya. Wanita itu malah menundukkan wajahnya kian dalam.
Eowyn adalah wanita yang pintar. Sungguh tak bisa dipercaya jika wanita sepintar Eowyn bisa menerima perlakuan seperti itu. Kecuali satu hal, dia sudah pernah melakukan hubungan terlarang dengan pria itu. Stop, Edward! Betul seperti yang dituduhkan Nathan tadi, kau sungguh lancang!
Edward mengernyit mendengar kecaman suara hatinya. Memang seharusnya itu bukan menjadi urusannya.
Ia menyerobot kerumunan peserta dansa dan dengan percaya dirinya menggeser posisi Nathan hanya semata-mata ingin menjauhkan Nathan dari wanita itu.
Siapapun bisa melihat saat ini Eowyn sangat tertekan, Edward tak bisa tinggal diam. Ya, tentu saja ia akan menolong siapa saja yang berada diposisi sama seperti Eowyn. Bahkan jika wanita itu adalah Bella sekalipun, ia akan tetap turun tangan. Benarkah? Edward lebih memilih mengabaikan pertanyaan yang muncul di kepalanya dan memutuskan kembali memusatkan perhatiaannya pada Eowyn yang masih enggan mengangkat kepalanya.
"Sudah aman, dia sudah tak terlihat. Kini kau boleh mengangkat kepalamu, Eowyn." Bisik Edward diatas kepalanya. Eowyn dengan ragu-ragu mengangkat sedikit kepalanya dan matanya melirik ke atas dengan perasaan was-was.
Semua pria sama saja. Arogan dan Tukang perintah! Ingin sekali Eowyn meneriakan kalimat itu ke wajah atasannya. Tapi kalimat itu terpaksa ia telan kembali karena tak ingin membuat murka Edward. Atasannya itu bisa sangat kejam dan ia masih menginginkan pekerjaannya.
"Malam ini aku yang akan mengantarmu pulang. Bila perlu, aku akan mengantarmu sampai ke depan pintu apartemenmu. Jangan membantah. Cukup kau anggukan saja kepalamu, mengerti?" Nada suara Edward tak bisa dibantah tapi bukan Eowyn namanya jika ia langsung mengiyakan ucapan atasannya.
"Untuk apa kau lakukan semua itu, Edward? Sia-sia saja, biarpun kau mengantarku sampai depan tempat tidurku sekalipun itu tak akan menyelamatkanku." Ajaib sekali jika kata "tempat tidur" bisa membuat suasana menjadi canggung seketika."Hm, ide yang cemerlang. Kalau begitu izinkan aku mengantarmu sampai ke depan tempat ti ... " Edward sudah bisa menebak. Eowyn pasti tak akan membiarkan ia menyelesaikan kalimatnya. Ia terkekeh dalam hati.
"Jangan berani berpikir sampai ke situ. Aku tak akan mengizinkanmu mengantarku sampai sejauh itu. Cukup hanya sampai di depan gerbang apartemenku saja." Eowyn melupakan kesopanannya dan mendelik ke arah Edward dengan posisi menengadah.
"Jangan mendelik seperti itu, Eowyn. Kau membuatku merasa seperti seorang serigala yang mendapatkan hidangan mewah untuk makan malamnya." Entah apa yang merasukinya hingga ia mengatakan hal itu.
"Dasar serigala tua jahat." Gerutu Eowyn tanpa sadar. Sedetik kemudian ia menyadari kesalahannya dan segera menutup mulutnya. Tamat riwayatku!
"Ma-maaf, Pak. Aku keceplosan. Maksudku tadi mau mengatakan hidung belang. Eh, bukan! Astaga, Pak. Bisakah kau jangan memandangiku seperti itu? Aku jadi melantur dan ..." ucapan Eowyn terhenti dan spontan mencengkram lengan Edward karena tanpa aba-aba pria itu melakukan dip dengan menurunkan tubuh Eowyn lalu kemudian memutarnya kembali ke posisi semula."Sudah cukup belum? Telingaku sampai sakit mendengar tuduhanmu. Serigala tua jahat, hidung belang, dan lagi-lagi kau memanggilku "Pak". Apa aku setua itu di matamu? Dan satu hal lagi, coba kau jelaskan maksud dari aku memandangimu seperti itu." Eowyn gelagapan mendengar ucapan Edward. Seharusnya ia tahu tak ada yang bisa menang menghadapi Edward.
"Lepaskan tanganmu dari tubuh kekasihku. Ayo, Eowyn ... kita pulang sekarang." Nathan muncul dengan membawa aroma whisky di sekujur tubuhnya.
Bersambung ke part-8 ...
Jauh setelah kedua orang berbeda jenis kelamin itu menaiki tangga dan lenyap dari pandangannya, Eowyn masih berdiri dengan tubuh kaku, tidak bergerak sama sekali. Danu belum beranjak, ia memandangi sosok wanita jelita yang terlihat begitu pucat. Eowyn terlihat seperti patung lilin. Wanita yang memiliki kecantikkan klasik itu seperti kehilangan jiwanya. Tatapanya kosong. Tanpa sadar Danu menghitung dalam hati, menunggu wanita itu menangis tapi Eowyn terlihat tegar. Atau air matanya telah tertuang habis tak bersisa, pikir Danu dalam hati. Ia ingin memberitahu Eowyn jika Nathan memiliki kebiasaan bersenang-senang menyangkut wanita dan sudah tak terhitung banyaknya wanita yang dia bawa pulang ke rumah ini. Tapi Danu mengunci rapat-rapat mulutnya, ia tak akan ikut campur karena itu bukan urusannya.Pertama kali melihat Eowyn saat wanita itu memasuki rumah ini, ia tahu jika Eowyn berbeda. Wanita itu sangat ramah walau terlihat sedikit canggung dan tidak nyaman dengan sekelilingnya. Tent
Eowyn mematikan lampu kamar setelah ia mengakhiri pembicaraannya dengan Edward. Ia kemudian merebahkan dirinya dan seketika tubuhnya tenggelam ke dalam selimut tebal nan empuk. Pandangannya otomatis mengarah ke langit-langit kamar. Ajaibnya lukisan bintang-bintang itu seakan berpendar. Eowyn terpana, ia tak menyangka ternyata lukisan itu menggunakan cat minyak glow in the dark. Eowyn pernah membaca di sebuah rubrik bahwa cat sejenis itu terbuat dari campuran bahan fosfor hingga membuatnya bisa berpendar di ruangan yang gelap.Ia merasa seperti sedang rebahan di ruang terbuka dan menikmati langit malam yang cerah bertaburan bintang. Salah satu lagi kelebihan Nathan yang harus ia akui, pria itu memiliki selera yang cukup tinggi. Termasuk dalam hal wanita. Kecuali dirinya, tentu saja. Eowyn merasa dirinya jauh dari kriteria wanita idaman Nathan. Ia tidak tahu apa yang merasuki Nathan hingga dia memilih Eowyn dan menyematkan tanda kepemilikan atas diri Eowyn. Atau mungkin lebih tepatny
Eowyn lalu berjalan ke arah jendela setelah ia mengakhiri pembicaraannya dengan Edward. Eowyn bisa melihat kolam renang berbentuk persegi panjang yang terletak di seberang bangunan. Kolam renang itu berada di ruang terbuka yang sangat luas, tepatnya di lantai dua. Sedangkan lantai satu bangunan itu dijadikan tempat parkir. Eowyn mengagumi gajebo-gajebo yang dibangun di sekeliling Kolam renang. Semua kemewahan yang ditawarkan tempat ini menggambarkan kehidupan Nathan yang sebenarnya. Kemudian setelah puas mengamati, ia beranjak dari jendela dan menuju kamar mandi. Lagi-lagi ia menjumpai kemewahan lain di rumah Nathan. Kamar mandinya luar biasa luas, di tengah-tengah kamar mandi mewah itu terdapat jacuzzi berbentuk persegi. Dinding kamar mandinya memakai lempengan batu alam berwarna khaki. Eowyn berjalan masuk ke dalam kamar mandi yang sangat luas itu. Dibagian sudut kiri kamar mandi terdapat pancuran untuk mandi, dindin
Eowyn setengah merenung saat dalam perjalanan menuju tempat kediaman Nathan. Ia berharap keputusannya ini akan membawa perubahan baik dalam hidupnya. Nathan juga berjanji akan memberinya kamar terpisah. Eowyn menganggap itu sebagai bentuk kemurahan hati Nathan yang patut ia syukuri. Sejauh ini pria itu masih bersikap manis padanya. Karena pada dasarnya jika Eowyn bersikap penurut, Nathan juga akan senantiasa bersikap manis padanya. Nathan membawa mereka memasuki rumah mewah bertingkat dua.Sebelumnya Eowyn juga sudah beberapa kali diajak Nathan kemari. Rumah Nathan memiliki pekarangan yang sangat luas. Ada hiasan air mancur berukuran besar berdiri di tengah-tengah taman. Eowyn yakin Nathan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit untuk menata pekarangannya hingga terlihat sangat apik. "Aku sudah menyuruh pelayan membersihkan kamarmu. Seprai dan gorden juga sudah diganti," Nathan menoleh ke arah Eowyn. Raut wajah kemenangan terg
"Aku tak akan pernah mempersulit hidup siapapun, terutama dirimu, Nath. Aku hanya mohon izinkan aku memiliki sedikit privasi untuk diriku sendiri. Aku mohon ...." Eowyn bersedia bersujud jika hal itu bisa membuat Nathan merubah keputusannya. "Aku bukan penjual jadi jangan tawar-menawar denganku. Aku juga tidak menanyakan pendapatmu jadi simpan saja tenagamu untuk hal yang lebih berguna," Nathan berkata dengan nada pelan sambil tersenyum ke arah Eowyn. "Aku berhak atas hidupmu sekarang, Eowyn. Karena mungkin saja benih yang kutitipkan padamu mulai membentuk kehidupannya sekarang." "Tapi, Nath ..." kata-kata Eowyn terputus saat Edward tiba-tiba masuk melalui pintu depan. Dia datang bersama Kenzo. Nathan yang tidak siap dengan kedatangan mereka sempat tertegun sejenak. "Aku tak habis pikir kenapa akhir-akhir ini bermunculan orang-orang yang peduli dengan kehidupan pribadiku," cetus Nathan tanpa berusaha menutupi kekesalannya. "Pria br
Mulut Eowyn seperti terkunci. Ia tidak tahu harus mengatakan apa ketika mendengar penuturan Nathan. Sudah bisa ia bayangkan bagaimana kehidupannya ke depan nanti. Ia berharap tidak terjadi kehamilan pada dirinya. Mereka akhirnya menyelesaikan acara sarapan mereka dalam diam. Eowyn tidak sedikitpun mengangkat wajahnya. Ia tidak ingin Nathan melihat kesedihannya. Jika Nathan tahu pun, Eowyn yakin pria itu juga tak akan peduli. "Aku sudah menelepon pemilik perahu motor. Dia akan sampai siang ini. Aku ingin tahu apa yang akan kau katakan pada atasanmu saat dia bertanya tentang masalah ini," Nathan sengaja memancing Eowyn. Dia ingin melihat reaksinya. "Apakah kau akan memberitahunya jika kita sudah tidur bersama? Lihat ke arahku saat aku sedang berbicara padamu, Eowyn," Nathan mulai terlihat kesal karena menganggap Eowyn sengaja mengabaikannya. "Tidak, tentu saja aku tidak akan mengatakan hal itu, Nath. Jika dia bertanya, aku hanya akan mengatakan pa