Share

Part 6

"Ya ... Ya, Edward. Semua baik-baik saja, terima kasih. Aku ... Ee, kami hanya sedang membahas masalah .... " ucapan Eowyn yang tersendat akibat gugup langsung dipotong dengan kasar oleh Nathan. 

"Sebaiknya kau segera menyingkir, sobat. Ini menyangkut masalah antara aku dengan kekasihku dan tidak ada hubungannya sama sekali denganmu. Jadi silakan kau tinggalkan kami berdua sekarang juga," kata Nathan memasang mimik kesal karena Edward sudah berani menyela ucapannya. 

Bertepatan saat itu lantunan musik pun berhenti, para tamu langsung menepi dan mencari tempat untuk beristirahat sejenak sebelum musik kedua dimainkan.

"Ini akan menjadi masalahku jika kau membuat Eowyn merasa tidak nyaman. Aku juga bisa melaporkanmu dengan kasus kekerasan verbal. Sebaiknya jaga sikapmu dan nikmati saja pesta ini. Diego tidak akan tinggal diam jika ada orang yang merusak pestanya. dan aku jamin kau akan segera dicoret dari daftar pesta sosialita manapun jika kau berani melakukannya," Edward berkata dengan suara rendah sambil tersenyum ramah ke arah Nathan, tidak ingin ucapannya sampai menarik perhatian para tamu yang hadir.

Kemudian Edward menepuk-nepuk pelan punggung Nathan seakan memberi pria itu semangat dan mengedipkan sebelah matanya ke arah Eowyn dengan maksud memberi wanita itu dukungan lalu dengan langkah ringan meninggalkan mereka berdua.

Tindakannya itu tentu saja berhasil mengecoh orang-orang yang mengira mereka adalah dua sahabat yang sedang mengobrol.

Kini tinggal mereka berdua, Eowyn memberanikan diri menatap wajah Nathan sambil berusaha menenangkan debaran jantungnya. 

Saat ini mereka berdua duduk di sofa mewah bergaya mediterania. Nathan duduk disebelahnya. Sambil berbicara Nathan menyentuh ringan bahu Eowyn. 

Eowyn berusaha menjaga mimik wajahnya agar terlihat biasa saja karena Eowyn tak ingin Nathan sampai mengendus rasa takutnya, atau pria itu akan mulai menyerang diri Eowyn dengan ucapan-ucapan kasar yang selalu berhasil menjatuhkan mentalnya.

"Jika malam ini kau tak menginap di tempatku, jangan harap kau bisa bekerja di tempat pria brengsek itu lagi. Siapa nama atasanmu yang tukang ikut campur itu? Oya, Edward namanya. Dia pikir dia itu siapa?" dengan wajah mencela Nathan melayangkan pandangannya kearah Edward menghilang tadi.

"Aku jelas tak mungkin menginap ditempatmu, Nathan. Kau tentu tahu itu tidak mungkin. Aku mohon jangan memaksaku karena aku belum siap," suara Eowyn lebih berupa bisikan. Eowyn bahkan menurunkan pandangannya. Ia tak memiliki keberanian untuk menatap kekasihnya itu.

Ada nada takut mewarnai ucapan Eowyn dan Nathan tahu itu, ia tersenyum sinis. sungguh menyenangkan jika kau bisa bermain-main dengan perasaan takut seseorang, pikir Nathan dalam hati.

"Apa aku sedang meminta pendapatmu, Eowyn? Kau tentu mengenal sifatku dengan sangat baik, pernahkah aku menerima penolakan? Dengarkan aku, Eowyn. Aku sudah sangat muak padamu. Jangan berpikir jika kau sangat berharga hingga aku harus menyanjung-nyanjung dirimu," Eowyn masih menunduk. Nathan tak peduli jika perkataannya terdengar kasar. Ia memang sengaja melakukannya. 

Eowyn pantas mendapatkannya karena wanita itu selalu menolaknya. Tidak pernah ada seorang wanitapun yang sanggup menolaknya. Malam ini ia akan memaksa Eowyn menuruti kemauannya.

"Coba kau lihat sekelilingmu. Kau sama sekali tak sebanding dengan mereka, Eowyn. Para wanita yang hadir malam ini terlihat sangat memukau. Aku tinggal menjentikkan jariku maka para wanita itu akan memenuhi semua keinginanku. Tapi malam ini aku tak menginginkan mereka semua. Tapi dirimu, Eowyn. Malam ini aku hanya menginginkanmu. Kau dengar itu?" Nathan sengaja berbisik di telinga Eowyn. Nada suaranya pelan membelai daun telinga wanita itu. 

Bulu kuduk Eowyn seketika meremang. Ia bisa merasakan nada ancaman terselip dalam setiap kata yang diucapkan Nathan. 

"A-aku ... ti .... Maafkan aku, Nathan. Aku ti-tidak bisa," dengan suara tersedak Eowyn berusaha menyelesaikan kalimatnya. 

Hatinya menciut. Ia tahu sebentar lagi Nathan akan memuntahkan kemarahannya tapi ia tidak bisa, tidak akan pernah bisa memenuhi keinginan Nathan.

Eowyn mencintai Nathan dengan sangat mendalam. Dari awal perkenalan mereka yang tidak disengaja, Eowyn langsung jatuh cinta pada sosok Nathan yang menawan.

Masih teringat dengan jelas pertemuan pertama mereka diawali dengan kejadian yang memalukan.

Saat itu Eowyn bersama teman kantornya pergi makan siang. Tanpa sengaja ia menubruk seorang pria yang berjalan dari arah berlawanan dan dengan ceroboh menumpahkan hampir seluruh isi jus alpukat yang ia pegang. 

Eowyn membelalakan matanya, tidak mempercayai penglihatannya. Jus alpukat yang kental dan lengket itu kini telah berpindah ke baju pria di depannya. 

Dengan hati mencelos ia menatap Pria malang itu yang kini sedang memandangi bagian depan kemejanya yang kotor dan lengket. Lalu pria itu kemudian menatap ke arahnya. Terlihat jelas pria itu sedang berusaha menahan amarahnya.

Seketika tubuh Eowyn membeku. Ia tak berani memikirkan kalimat makian terburuk yang akan dilontarkan pria itu. 

"Apa yang kau lakukan pada kemejaku?"

Glek...! Eowyn menelan air liurnya yang entah kenapa tiba-tiba terasa pahit. Lututnya gemetar. Ia sedang membayangkan berapa kerugian yang harus ia ganti. Eowyn mengerang dalam hati. Dilihat sepintas kemeja itu sepertinya sanggup menguras isi tabungannya. 

"Ma-maafkan a-aku ... Aku sungguh tidak sengaja. A-aku ...." Eowyn tergagap dengan memalukan. Ia buru-buru membersihkan tumpahan jus itu. Tapi Sepertinya hari ini bukanlah hari keberuntungannya. Bukannya terlihat semakin bersih, noda di kemeja pria itu malah semakin menyebar.

Ia bisa merasakan tatapan pria itu menghujam jantungnya. Kenapa ia selalu melakukan hal memalukan di depan pria-pria menawan?!

Ayolah, Eowyn ... Permalukan dirimu lebih dalam lagi, ejek Eowyn pada dirinya sendiri.

"Bisa saja kau dengan sengaja melakukannya. Kau harus membayar semua ini," pria itu memberi isyarat agar Eowyn mengikutinya. 

Pria itu melewati meja tempat teman-teman kantor Eowyn duduk. Eowyn melirik ke arah mereka yang jelas-jelas mengabaikan dirinya dan tanpa malu-malu memberikan tatapan memuja ke arah pria itu. 

Eowyn mendengus dengan gaya serampangan. Dasar tak tahu malu! Teman-temannya bahkan tidak menyadari noda jus alpukat yang masih menempel di kemeja pria itu. Jelas saja mereka tak melihatnya! Karena mata mereka hanya melihat apa yang ingin mereka lihat saja. 

"Sekarang aku bertanya padamu. Bagaimana kau membayar semua kesalahanmu ini?" mereka kini duduk berhadapan. Pria itu dengan entengnya menyampirkan kedua lengannya di sandaran kursi berbentuk sofa.

Pria itu menatapku! Eowyn, tentu saja dia menatapmu. Memang begitu seharusnya yang dilakukan seseorang saat berbicara dengan lawan bicaranya. Jangan terlalu berlebihan! 

"Aku akan menggantinya. Tolong beritahu ..." pria itu langsung memotong sebelum Eowyn sempat menyelesaikan kalimatnya. 

"Jika yang kau maksud dengan ganti rugi itu adalah membayar dengan uang, aku memberitahumu jika itu sungguh tidak perlu karena aku lebih dari sanggup untuk membeli berapapun kemeja yang aku inginkan. Sampai disini apakah kau sudah mengerti?" pria itu menyunggingkan senyumnya. Seketika Eowyn tersesat dibuatnya. Sungguh, Eowyn ... kau tidak jauh berbeda dibandingkan dengan teman-teman kantormu itu! 

Apakah terlalu berlebihan jika aku mengatakan jantungku berdetak lebih cepat tiga kali lipat dari yang semestinya? 

"Ya, aku mengerti. Ehm, maksudku aku tak mengerti. Lalu aku harus bagaimana untuk membayar kerugianmu?" tanya Eowyn dengan kening berkerut. 

"Jadilah kekasihku selama sebulan penuh. Anggap itu sebagai ganti ruginya," jawab pria itu sambil menyeringai.

"Oke. Eh, maksudku ... Apa?! Kau sudah gila, ya ... menyuruhku menjadi kekasihmu? Kita bahkan tidak saling kenal!" Eowyn ingin mencubit dirinya sendiri. Mungkin ia sedang bermimpi dan berharap bisa segera terbangun.

"Oke kalau begitu. Namaku Nathan dan kau ...? Oke, Eowyn ... nama yang sungguh indah. Sama seperti orangnya. Nah, sekarang kita sudah saling kenal," Nathan tersenyum jenaka ke arah Eowyn. Sejak saat itu mereka menjalin hubungan hingga sampai saat ini. 

Betapa ia merindukan manisnya beberapa bulan pertama ketika menjadi kekasih Nathan. 

"Aku tidak percaya kau bisa duduk di sampingku dan sibuk melamun, Eowyn. Aku paling tidak suka saat aku berbicara dan kau sibuk dengan pikiranmu sendiri. Kau anggap apa aku ini? Badut?" Eowyn tersentak dari lamunannya dan spontan meminta maaf. 

Nathan menarik lengan Eowyn dengan kasar dan menuntunnya kembali ke lantai dansa. Musik kembali mengalun. Eowyn merasakan cengkeraman kuat di pinggangnya. Nathan memeluk pinggang Eowyn lebih erat dari semestinya. 

Wajah mereka berdekatan. Eowyn sampai bisa melihat pantulan dirinya di pupil mata kekasihnya itu. Adakah ketulusan yang bisa ia lihat di kedalaman mata pria yang ia cintai? 

Tak terasa matanya mulai memanas. Ia ingin Nathan memeluknya dengan penuh kasih, bukan dengan amarah seperti ini. 

Ia begitu mencintai Nathan sampai terasa menyesakkan dadanya. Karena hanya orang yang betul-betul kau cintai secara mendalam yang bisa melukaimu sedemikian rupa.  

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status