Share

Pov Dina 2

Kepalaku rasanya semakin berat, pandanganku pun mulai berkunang-kunang, sepertinya badanku sudah tidak bertulang lagi, lemas seketika kurasakan, untung saja ada Maria yang menahan tubuhku agar tidak terjatuh. Samar-samar aku mendengar suara mamang yang semakin mendekat.

"Non, non Dina kenapa neng? Kok bisa seperti?"

"Duh pak, ceritanya panjang pak, nih buruan kita bawa Dina pulang, takut keburu tengah malam, terus papanya tahu lagi"

"Ya neng, ayo sini biar mamang yang bawa non Dina."

Perlahan tubuhku sudah berada di dalam mobil, aku mencoba melihat keluar pintu mobil, tapi pandangan ku semakin kabur. Aku hanya mendengar pembicaraan dua orang di luar mobil.

"Pak tolong bawa Dina pulang ya, tapi jangan sampe tau papanya, kasihan Dina pak, dia ada masalah dengan Tommy terus dia minum kebanyakan, makanya dia jadi gini. Tapi besok juga udah enakan kok dia pak"

"Baik neng, makasih ya neng, sudah ngabari saya, tadi saya juga sudah mengikuti non Dina, tapi kehilangan jejak pas Non Dina naik taxi dari cafe neng.."

"Ya pak, ya sudah bapak pulang hati-hati ya"

"Neng gak bareng kita aja pulangny?"

"Ehm gak usa pak, saya bawa kendaraan sendiri pak"

"Ya sudah neng, kami jalan dulu ya"

Aku merasakan mobil melaju dengan cepat, rasa berat di kepala dan mual di perut membuatku enggan membuka mata dan mulut untuk bercerita dengan mamang. Tak lama kemudian aku merasa diriku di angkat oleh sesorang, aku mendengar ketukan pintu rumah, dan ada suara yang tak asing di telingaku.

Tok...tok..tok...

"Maaf pak, tadi non Dina pingsan, maaf juga saya tidak mengabari bapak" terdengar ucapan mamang ke seseorang yang aku duga itu pak Azzam.

"Eh ia pak, saya bawa istri saya ke atas dulu, terimakasih pak" terdengar ucapan pak Azzam dan membawa tubuhku masuk sambil di gendongnya. Aku tidak tau apa yang akan terjadi dengan diriku kalau tidak di tolong oleh Maria. Aku terlelap di sebuah kasur empuk dan terasa lembab di wajah ku, seperti seseorang sedang membersihkan tubuhku dan mengganti bajuku. Tak lama aku terlelap hingga pagi menjelang. Aku terbangun samar-samar aku mendengar suara merdu seseorang yang sedang mengaji, ada rasa tenang di hati tapi tiba-tiba saja perutku terasa mual, dan aku segera berlari kekamar mandi.

Hoek..hoek.. perutku mual, kepalaku juga pusing banget, mungkin ini efek dari minuman semalam yang aku minum.

"Dina... kamu kenapa?" Suara pak Azzam yang masuk kekamar mandi sambil memijat tengkuk dan kepalaku.

"Jangan sentuh aku, sudah sana pergi, aku bisa sendiri.." teriakku di saat aku merasa tangannya menyentuhku.

"Baiklah, aku akan pergi ke bawah untuk mengambil teh hangat untuk mu"

Aku kembali berjalan ke ranjangku dan membaringkan tubuhku, kembali muncul di ingatanku ucapan Tommy semalam, rasanya aku tidak terima dengan keputusannya. Aku harus bisa mengambil kembali cintanya untuk ku.

"Dina..." tiba-tiba saja pria yang aku benci datang dan mendekat ke arahku, aku berusaha untuk tetap cuek dengan kehadirannya.

"Ini tehnya, kamu minum dulu biar enakan. Kalau memang masih terasa pusing dan mual kita berobat ya"

"Tidak perlu memperdulikanku, aku bisa berobat sendiri kalau memang itu aku butuhkan. Dan satu lagi jangan pernah ikut campur dengan urusanku. Kalau papa sampai tau kejadian semalam, aku tidak akan memafkan mu"

Aku kembali menarik selimutku, tanpa menyentuh teh yang dia beri padaku.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status