共有

Bab 6. Hari Pasar

作者: Mylilcosmos
last update 最終更新日: 2025-10-30 19:55:59

Sejak pagi suara-suara di jalanan mulai ramai terdengar dan itu bukanlah hal yang terjadi setiap hari.

Ji An dibangunkan oleh suara ketukan pintu pelan di kamarnya. Kemarin ia meminta ayahnya untuk membangunkannya lebih awal.

"Apa kau akan pergi ke kota untuk berjualan hari ini?" Ji Deyan bertanya pada putrinya yang baru saja duduk di kursinya.

Ji An bergumam "Mm" dan mengangkat mangkuk nasinya mulai makan.

"Apa tidak lelah? Kau baru saja kembali kemarin dari perjalanan panjang. Mengapa tidak beristirahat dua atau tiga hari lagi?" Ji Deyan mengambil sayuran tumis untuk ditambahkan ke mangkuk putrinya.

"Tidak apa-apa. Semalam aku sudah cukup tidur. Hari ini adalah hari pasar di Kota Xi, tidak bisa dilewatkan begitu saja."

Ji Deyan sangat mengenal putrinya. Karena sudah memutuskan begitu, maka ia akan melakukannya.

Lagipula pergi berjualan di mana saja saat ada peluang adalah hal yang selalu rutin ia lakukan.

Hari itu adalah hari pasar di Kota Xi yang letaknya berada di balik gunung. Berjalan kaki ke sana membutuhkan waktu sekitar satu jam dan naik gerobak yang ditarik lembu membutuhkan waktu setengah jam.

Para warga di desa mereka kebanyakan adalah petani, pengumpul herba dan peternak.

Tiap hari pasar, bahkan sebelum matahari muncul, banyak di antaranya sudah mulai berangkat dengan membawa barang-barang yang mereka produksi maupun kumpulkan untuk dijual.

Mereka tentu tidak akan pergi terlalu jauh dari desa untuk berjualan.

Biasanya, orang-orang di desa akan pergi ke Kota Xi atau Kota Gu yang letaknya paling dekat dengan desa, sekaligus paling ramai. Kedua kota itu yang satu berada di utara dan yang satu di selatan.

"Aku akan pergi bersama Kakak." Usul Ji Shuang yang sedari tadi hanya mendengarkan dalam diam.

Tanpa mengangkat kepalanya, Ji An hanya ragu sesaat sebelum mengangguk setuju. Ia mempercepat makannya.

"Itu akan lebih baik. Hari ini kau tidak perlu menemani Ayah mengunjungi pasien, bantu saja Kakakmu di pasar." Sahut Ji Deyan.

Hubungan antara kedua bersaudara itu selalu naik turun. Terkadang akur, terkadang akan dingin. Bukankah hampir semua hubungan antar saudara kandung seperti itu?

Sebenarnya, saat mereka masih kecil dulu Ji An selalu memperlakukan Ji Shuang dengan penuh kasih sayang.

Namun sejak beranjak dewasa kemudian bergaul dengan teman-temannya dan beberapa kali membuat masalah untuk keluarga, sikap Ji An padanya mulai berubah.

Ji Shuang bukannya tanpa penyesalan.

Dia tidak berdaya menolak ajakan teman-teman yang sudah dikenalnya sedari kecil. Sebelum ia mencoba menolak, ia sudah menyerah duluan oleh bujukan mereka.

Di usia seperti itu para pemuda memang penuh dengan semangat untuk mencoba segala hal.

-----------

Pasar itu bertempat di tengah Kota Xi.

Masih sangat pagi namun di tepi jalan disepanjang pasar sudah hampir penuh dengan para pedagang. Tempat yang kosong sudah cukup sulit ditemukan.

Namun Ji An tidak khawatir tidak mendapatkan tempat untuk berjualan.

Ia mempercepat langkahnya menuju sebuah kedai sarapan, diikuti oleh Ji Shuang yang membawa bungkusan besar di punggungnya.

Setelah masuk ke dalam kedai untuk menyapa sang pemilik, dia segera keluar lagi.

Ji Shuang yang sedari tadi mengamatinya dari luar kedai menghampirinya dan menatapnya, menunggu instruksi.

"Kita bisa berjualan di sini." Ujarnya.

Mereka berdua, kakak dan adik mulai sibuk mengatur barang-barang.

Di atas meja kecil yang dipinjam dari kedai, kini berjejer mainan-mainan seperti kincir angin bambu, boneka bambu dan pernak pernik kecil lainnya.

Mainan-mainan itu dibuat sendiri oleh Ji An di waktu senggangnya.

Biasanya, saat tidak memiliki pekerjaan lain di luar rumah, ia akan berdiam di rumah membuat berbagai macam pernak pernik. Ji Shuang dan ayahnya kadang akan ikut membantu saat mereka sedang tidak ada kunjungan rumah.

Menjelang siang hari, pengunjung pasar mulai berkurang.

Udara berangsur menjadi panas. Berdiri lama di bawah terik matahari seperti itu sungguh tak tertahankan.

Untungnya di depan kedai ada sebuah pohon jujube yang dimanfaatkan kakak beradik itu untuk berteduh.

"Bukankah itu Kakak Xuanyi?" Ji Shuang melihat seorang di kejauhan.

Ji An melihat ke arahnya memandang. Memang, seorang pemuda dengan sikap seorang terpelajar sedang berjalan ke arah mereka.

Wajahnya yang tampan tersenyum saat tatapan mereka bertemu.

"Xuanyi, lihat dirimu.. Aku hampir tidak mengenalimu." Ji An berjalan memutarinya seolah sedang menilai penampilannya.

Wu Xuanyi sejenak bingung dan menatapnya dengan pandangan bertanya. Detik berikutnya ia akhirnya mengerti apa yang dimaksudkan Ji An, ia pun tersenyum, berkata, "Orangtuaku baru saja kembali dari ibu kota. Mereka membawakanku beberapa set pakaian yang katanya sangat populer di ibu kota."

Ia tersenyum lagi, memutar sedikit tubuhnya dan bertanya," Apakah tidak terlihat bagus?"

Saat tersenyum, sepasang lesung pipinya nampak, membuatnya terlihat lebih mudah didekati.

Ji An menggeleng, "Tidak. Ini terlihat sangat bagus padamu."

Ji Shuang mengangguk setuju.

"Benarkah? Mmh, baguslah kalau terlihat bagus." Matanya yang cerah menatap Ji An lekat.

Ia lalu melihat-lihat pernak-pernik milik mereka dan memilih beberapa di antaranya. "Yang ini terlihat lucu, bungkuskan untukku. Aku akan membelikannya untuk Xiao Mei. Lalu yang ini, dan yang ini juga bungkuskan."

"Ah..aku sungguh iri, Xiao Mei punya kakak sebaik dirimu. Selalu ingat untuk membelikannya barang-barang bagus saat berada di luar." Desah Ji An.

Wu Xuanyi berdehem. "Bukankah aku sedang membantumu menjual barang."

Ji An melirik wajahnya yang sedikit memerah lalu terkekeh ringan, ia berkata, "Xuanyi selalu baik hati."

Seperti itulah Wu Xuanyi teman semasa kecilnya.

Dulu saat keluarga mereka baik-baik saja maupun sekarang saat keluarga mereka sudah merosot, perlakuannya terhadap Ji An dan saudaranya tidak berubah, ia selalu baik.

Awalnya, keluarga Ji An juga tinggal di Kota Xi dan kediaman keluarganya tidak jauh dari kediaman keluarga Wu.

Kakek Ji An dulunya adalah seorang tabib yang cukup memiliki nama. Saat kakeknya masih hidup, kehidupan mereka jauh lebih baik. Namun setelah sang kakek meninggal, keluarga mereka makin merosot.

Di akhir, ia tak lupa menambahkan sebuah mainan lagi untuk dikemasnya sebagai bonus dan mengirim Xuanyi pergi.

この本を無料で読み続ける
コードをスキャンしてアプリをダウンロード

最新チャプター

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 44. Bersikeras

    Xuanyi tidak langsung membantah ibunya dengan keras. Ia tahu, jika ia membela Ji An mati-matian, ibunya akan semakin tidak senang padanya, sehingga keinginannya untuk bersamanya akan lebih sulit. Jadi dia hanya menahan diri ketika wanita yang disayanginya dibicarakan seperti itu.Maka ia berkata tanpa amarah, "Aku mengerti kekhawatiran Ibu. Namun, aku bisa menjamin bahwa Ji An adalah gadis yang baik dan jujur. Keadaan hidupnya yang telah berubah telah membuatnya terbiasa melakukan berbagai pekerjaan di luar. Mengenai utang keluarganya, ini juga lambat laun akan diselesaikan.""Bukan itu intinya! Telah diselesaikan atau belum, ini tetap akan mempengaruhi pandangan orang lain. Memangnya keluarga kita begitu terpuruk hingga tidak mampu mengambil seorang gadis dari keluarga bergengsi untuk menjadi menantu keluarga? Kita bukannya begitu tidak mampu!" Ia mengatakan itu semua dalam sekali tarikan napas.Saat berikutnya, ia mengambil tangan putranya, menatapnya dengan memohon, "Yi'er, Ibu moh

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 43. Rencana Kecil Du Yunzhao

    Beberapa waktu setelah pertengkaran itu, keadaan kembali menjadi tenang.Namun, ada beberapa hal yang berubah dari ibunya.Ia menjadi lebih pemurung. Terkadang menjadi sangat sensitif. Suatu ketika, saat kediaman mereka sedang mengadakan perjamuan, ia menemukan ibunya sedang menatap penuh kebencian pada seseorang di seberang meja.Orang yang ditatap itu adalah bibi tetangga, ibu Ji An.Ia tidak mengerti apa yang membuat ibunya marah kepada ibu Ji An.Kemudian, saat para tamu satu per satu pamit kepada tuan rumah, ia sedang berdiri di sisi ayahnya ketika ia menyadari tatapan ayahnya menjadi linglung.Du Yunzhao kecil penasaran. Ia mengikuti arah pandang sang ayah, yang berujung pada seseorang yang sedang berjalan keluar dari ambang paviliun tamu.Itu lagi-lagi bibi tetangganya.Apa yang membuat kedua orang tuanya begitu memperhatikan bibi tetangga ini?Sekitar setahun setelah kejadian itu, ibunya meninggal dunia.Tabib bilang, ibunya terlalu banyak pikiran hingga setahun belakangan in

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 42. Memohon Kepada Ibu

    Sebelum pergi di pagi hari, Feng Jin telah memberitahu Ji An bahwa mereka akan pergi ke kabin hutan dua hari lagi, saat hari bulan penuh.Ji An segera menyetujuinya. ----Nyonya Besar Wu sedang berada di halamannya ketika putra keduanya, Wu Xuanyi masuk dari luar.Ia sedikit menunduk, menyapanya, "Ibu." Nyonya Wu tersenyum, "Yi'er, sangat jarang melihatmu datang menemui Ibu sepagi ini."Ia lalu menunjuk kursi di dekatnya, "Duduklah. Jangan terus berdiri seperti itu."Masih dengan kepala tertunduk, Xuanyi duduk dengan patuh."Katakan, ada apa kau mencari Ibumu?"Xuanyi mengangkat kepalanya, bertemu dengan tatapan ibunya."Ibu, aku ingin menikah."Mata Nyonya Wu yang melebar, dipenuhi dengan kegembiraan, "Yi'er, ini sangat baik, kau akhirnya mau mendengarkan Ibu. Bagus, bagus, kalau begitu Ibu akan segera mencarikan seseorang...""Ibu."Sebelum bisa menyelesaikan ucapannya, Xuanyi segera memotongnya. Nyonya Wu mengangkat alisnya, menatapnya dengan penuh tanya."Aku ingin menikahi Ji

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 41. Sebuah Pernyataan Tak Terduga

    Malam semakin larut, suara percakapan yang berisik terdengar di mana-mana di dalam menara.Saat pertunjukan tarian di panggung mulai terasa membosankan, Ji An mengajak Feng Jin untuk kembali.Lagipula, ia harus bangun pagi untuk bekerja besok.Sang iblis tentu saja belum keluar karena ia belum tidur. Atau mungkin saja malam ini ia memilih untuk tidak keluar."Maaf, lain kali aku akan mentraktirmu dengan suguhan yang lebih layak." Ji An berkata."Aku hanya mengajakmu melihat-lihat sebelumnya, bukan memintamu untuk mentraktir."Ji An mengangguk.Ketika mereka hendak keluar, sebuah rombongan besar tengah masuk ke dalam menara, memenuhi pintu.Ji An yang telah berjalan duluan di depan, terpisah dengan Feng Jin oleh kerumunan.Saat ia memutuskan untuk menunggunya di luar, Ji An mendengar seseorang memanggil namanya."Adik An." Sapa Wu Xuanyi gembira. Ia tidak menyangka akan begitu cepat bertemu lagi dengan gadis yang telah mengganggu tidurnya semalam."Xuanyi?" Ji An tertawa, "Aku tidak me

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 40. Memabukkan

    Feng Jin menatap gadis di depan yang tampak lebih pendiam dari biasanya. Seperti kemarin, saat ini mereka berdua sedang makan malam di dalam kamar Ji An. Pandangannya sesekali akan terangkat, mengamati gerak geriknya tanpa kentara. Gadis itu tiba-tiba menghela napas berat, kali berikutnya pandangannya tampak linglung. Ia jelas sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Ji An menatap Feng Jin kemudian menundukkan kembali pandangannya, sorot matanya agak sendu. Tangannya yang sedang memegang sumpit, hanya mengaduk-aduk nasi di mangkuk, jelas ia tidak sedang berselera. "Sesuatu terjadi?" Feng Jin menurunkan matanya. Ji An menggeleng, masih mengaduk-aduk nasi di mangkuk, "Ng..sebenarnya, tidak ada hal penting yang terjadi." Ketika Ji An mengangkat wajahnya lagi, ia bertemu dengan tatapan Feng Jin yang seakan sedang bertanya "Lalu ada apa denganmu?" Ji An menunduk, meringis, "Aku.. sepertinya aku telah membuat hinaan seseorang berhasil mempengaruhiku." Ia kemudian ters

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 39. Pelanggan bermulut Pedas

    Feng Jin hendak berbaring ketika hidungnya menangkap sebuah aroma familiar.Ia menunduk, mengendus jubah hitamnya.Aroma lembut itu berasal dari sana. Sepertinya itu tertinggal saat ia membungkus Ji An dengan jubahnya semalam.Feng Jin tampak sedikit kikuk saat kemudian ia akhirnya berhasil berbaring di atas dipan.Matanya dengan linglung menatap langit-langit kamar sejenak sebelum perlahan menutup.-----Ji An masih sibuk di belakang dapur restoran.Waktu makan siang selalu ramai dengan pelanggan. Sehingga mereka harus bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan setiap pesanan.Sedangkan Ji An yang tidak terlibat langsung dengan para tamu, sedang mengatur penempatan berbagai bahan-bahan segar yang diantarkan tadi pagi.Seseorang keluar dari pintu belakang dapur, menghampirinya."Nona Ji, bisakah kau menggantikanku sebentar untuk mengantarkan salah satu pesanan tamu di depan?" Seorang pelayan wanita bertanya, sementara wajahnya berkerut seperti sedang menahan sesuatu.Ji An segera menger

続きを読む
無料で面白い小説を探して読んでみましょう
GoodNovel アプリで人気小説に無料で!お好きな本をダウンロードして、いつでもどこでも読みましょう!
アプリで無料で本を読む
コードをスキャンしてアプリで読む
DMCA.com Protection Status