Home / Fantasi / Kekasih Sang Tuan Peri / Bab 7. Pria Berpakaian Hitam

Share

Bab 7. Pria Berpakaian Hitam

Author: Mylilcosmos
last update Last Updated: 2025-10-31 19:08:18

"...Festival kali ini kudengar akan lebih meriah dari sebelumnya. Orang-orang bilang Penguasa Kota yang baru menyumbang cukup banyak untuk perayaan Festival Dewi Air kali ini." Su Jingyi terlihat antusias saat menceritakan ini pada Ji An.

Su Jingyi ini adalah tetangga sekaligus teman dekat Ji An yang rumahnya hanya berjarak tiga rumah dari rumah keluarga mereka.

Dihadapannya, Ji An sedang mendengarkan sambil bertopang dagu dengan satu tangan, ia bertanya, "Lalu, apa rencanamu?"

Su Jingyi menatapnya cerah, "Bagaimana kalau kita berdua membuka kios makanan?"

"Jenis apa yang akan dijual?

"Sup mie? Pangsit? Apa kau punya ide bagus?"

Ji An memikirkannya.

"Kita sudah menjual sup pangsit tahun lalu, kurasa agak merepotkan membawa semua peralatan memasak itu ke kota. Mm...bagaimana dengan kudapan? Kita bisa membuatnya di rumah terlebih dulu, tidak perlu repot-repot membawa peralatan memasak apapun."

"Eeh, menurutku ide ini sangat baik. Kita juga bisa berjualan dengan santai sambil menyaksikan keramaian. Bagus!" Ujar Jingyi bersemangat.

Hari itu, berteduh dari terik matahari dibawah pohon plum di halaman, Ji An dan Su Jingyi menghabiskan hampir setengah hari untuk mendiskusikan kudapan yang akan mereka jual di Festival Dewi Air kali ini.

Kemampuan memasak Ji An hanya rata-rata. Asalkan sayurannya tidak keras, asalkan dagingnya tidak mentah, maka menurutnya itu baik-baik saja untuk dikonsumsi.

Terakhir kali ia telah mengubah daging domba yang sangat berharga pemberian seorang tetangga menjadi daging domba pucat berair yang hambar, sejak saat itu ayah dan adiknya tidak membiarkannya mengolah hidangan daging apapun lagi.

Menurut mereka, ia hanya menodai keberhargaan bahan-bahan itu.

Untungnya para pria di keluarganya sangat pandai memasak.

Oleh karena itu, tahun lalu saat Su Jingyi dengan ragu-ragu mengusulkan agar mereka mencoba berjualan makanan saat festival di kota, Ji An segera menyetujuinya.

Tentu saja bukan dia yang akan membuat makanannya. Ia hanya akan menyerahkan semua urusan makanan itu pada Su Jingyi.

Ji An sangat yakin akan kemampuan Su Jingyi.

Bagaimana tidak, Jingyi memiliki ayah yang bekerja di sebuah restoran besar di Kota Gu.

Bakatnya tentu saja ia miliki. Kemampuannya telah terasah sejak kecil dengan mengamati dan membantu ayahnya saat sedang mengembangkan resep-resep baru untuk restoran.

-----------

Hari Festival di Kota Gu.

"Wuah, ini benar-benar ramai. An An, lihat, lihat di sana!" Su Jingyi dengan bersemangat menunjuk ke kerumunan besar orang yang sedang mengelilingi sesuatu.

Dari tengah-tengah kerumunan itu, sesekali terlihat api besar yang berkobar ke langit.

"Pergilah. Aku akan berjaga di sini. Kembalilah saat sudah puas melihat." Ujarnya tersenyum.

Setelah mengusir Jingyi, Ji An kembali sibuk membungkus pesanan orang-orang yang singgah ke kios mereka.

Saat tidak ada lagi yang berbelanja, ia akan berdiri di depan kios untuk mengamati orang-orang yang berlalu-lalang.

Sebagian besar orang yang datang mengenakan pakaian-pakaian berwarna cerah. Pakaian cerah yang dikenakan saat festival dipercaya akan mendatangkan keberuntungan.

Kemudian pandangan Ji An tertuju pada seorang anak kecil yang terjatuh di tengah jalanan saat hendak mengejar sang ibu yang tanpa sengaja terpisah darinya.

Anak itu nampak kebingungan ketika tidak lagi melihat jejak ibunya. Wajahnya perlahan menjadi sendu dan ia hendak membuka mulut untuk menangis saat Ji An dengan cepat menghampiri dan membantunya berdiri.

"Gadis Kecil, shh shh, tidak apa-apa, tidak apa-apa.. Kakak akan membantumu menemukan Ibu, bagaimana?" Ji An berjongkok, tersenyum ramah padanya sambil menepuk-nepuk pakaiannya yang berdebu dan mencoba membujuknya.

Sebelum anak itu menanggapi, kepalanya segera menoleh ke depan saat mendengar seseorang memanggil namanya.

"Ibu!" Teriaknya sangat gembira.

Dia segera melepaskan diri dari Ji An dan berlari ke tempat ibunya menunggu, tanpa sekalipun menoleh.

Ji An tersenyum lega.

Ia masih disana memperhatikan saat gadis kecil itu berlari dalam langkah-langkah kecil menuju ibunya.

Setelah puas melihat, ia segera berdiri dan hendak berbalik untuk kembali ke kios.

BUKK!!

"Akh!" Jeritnya pelan.

Ia telah menabrak sesuatu!

Matanya yang refleks menutup tadi, kembali membuka.

'Sesuatu' itu ternyata adalah seorang pria. Ji An belum pernah melihat orang setinggi itu!

Dan barusan, ia tepatnya telah menabrak dada bidang pria itu!

Pria tak dikenal itu mengenakan jubah panjang bertudung berwarna hitam seperti gagak. Dengan tudung yang menutupi kepalanya, wajahnya hampir tak terlihat.

Tidak ada adegan menahan pinggang agar tidak terjatuh, alih-alih pria itu hanya bergeming saat ia terpental mundur beberapa langkah.

Untungnya, dengan sigap Ji An berhasil menyeimbangkan diri dan tidak terjatuh dengan memalukan.

Ia mengusap-usap hidungnya yang sakit sambil mengamati orang di depannya.

Dada itu begitu kokoh!

Entah harus mengagumi atau mengutuk dada kokoh yang telah menyebabkan hidungnya kini sakit..!

Saat berikutnya, ia agak bimbang apakah ia harus minta maaf atau apakah harus memarahi orang itu karena menabraknya.

Namun, tidak butuh waktu lama sebelum pria itu dengan cepat meninggalkan lokasi dengan langkah-langkahnya yang panjang.

Ji An menoleh ke samping menatap kepergiannya dengan mulut setengah terbuka.

Ini..mengapa orang itu pergi begitu saja?!

Seolah-olah dia baru saja hanya menabrak lalat!

Ia berbalik dengan sangat tidak puas.

Lalu kembali menoleh untuk melihat pria berpakaian hitam itu yang kini sudah jauh darinya.

Di hari festival seperti ini, siapa yang akan memakai pakaian gelap seperti itu?

Pakaian hitam itu, benar-benar membawa ketidakberuntungan!

Saat itu Su Jingyi telah kembali dari menonton pertunjukan akrobat.

Ia memperhatikan Ji An berdiri di tengah jalan dengan wajah muram melihat ke suatu arah, ia segera menghampirinya.

"An An, ada apa?" Jingyi ikut melihat ke arah yang sedang dilihat Ji An.

Ia menarik kembali pandangannya, menggeleng, dan berkata, "Bukan apa-apa."

Su Jingyi bergumam "oh" sebelum terkesiap. Ia mengambil tangan Ji An yang terkulai.

"An An, kau terluka?! Mengapa ada banyak darah di tanganmu?"

"Ah? Terluka?"

Agak bingung, Ji An menurunkan pandangannya dan melihat tangannya yang dipegang oleh Su Jingyi. Memang benar, ada darah di sana.

Dimana dia terluka?

Ji An mencari-cari luka yang tidak diketahuinya di tangan maupun di tubuhnya.

Tidak. Dia sama sekali tidak menemukan luka apapun.

Sebuah pikiran muncul. Kalau ini bukan darah miliknya, mungkinkah...?

Kepalanya menoleh ke jalan tempat pria tadi sudah lama menghilang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 44. Bersikeras

    Xuanyi tidak langsung membantah ibunya dengan keras. Ia tahu, jika ia membela Ji An mati-matian, ibunya akan semakin tidak senang padanya, sehingga keinginannya untuk bersamanya akan lebih sulit. Jadi dia hanya menahan diri ketika wanita yang disayanginya dibicarakan seperti itu.Maka ia berkata tanpa amarah, "Aku mengerti kekhawatiran Ibu. Namun, aku bisa menjamin bahwa Ji An adalah gadis yang baik dan jujur. Keadaan hidupnya yang telah berubah telah membuatnya terbiasa melakukan berbagai pekerjaan di luar. Mengenai utang keluarganya, ini juga lambat laun akan diselesaikan.""Bukan itu intinya! Telah diselesaikan atau belum, ini tetap akan mempengaruhi pandangan orang lain. Memangnya keluarga kita begitu terpuruk hingga tidak mampu mengambil seorang gadis dari keluarga bergengsi untuk menjadi menantu keluarga? Kita bukannya begitu tidak mampu!" Ia mengatakan itu semua dalam sekali tarikan napas.Saat berikutnya, ia mengambil tangan putranya, menatapnya dengan memohon, "Yi'er, Ibu moh

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 43. Rencana Kecil Du Yunzhao

    Beberapa waktu setelah pertengkaran itu, keadaan kembali menjadi tenang.Namun, ada beberapa hal yang berubah dari ibunya.Ia menjadi lebih pemurung. Terkadang menjadi sangat sensitif. Suatu ketika, saat kediaman mereka sedang mengadakan perjamuan, ia menemukan ibunya sedang menatap penuh kebencian pada seseorang di seberang meja.Orang yang ditatap itu adalah bibi tetangga, ibu Ji An.Ia tidak mengerti apa yang membuat ibunya marah kepada ibu Ji An.Kemudian, saat para tamu satu per satu pamit kepada tuan rumah, ia sedang berdiri di sisi ayahnya ketika ia menyadari tatapan ayahnya menjadi linglung.Du Yunzhao kecil penasaran. Ia mengikuti arah pandang sang ayah, yang berujung pada seseorang yang sedang berjalan keluar dari ambang paviliun tamu.Itu lagi-lagi bibi tetangganya.Apa yang membuat kedua orang tuanya begitu memperhatikan bibi tetangga ini?Sekitar setahun setelah kejadian itu, ibunya meninggal dunia.Tabib bilang, ibunya terlalu banyak pikiran hingga setahun belakangan in

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 42. Memohon Kepada Ibu

    Sebelum pergi di pagi hari, Feng Jin telah memberitahu Ji An bahwa mereka akan pergi ke kabin hutan dua hari lagi, saat hari bulan penuh.Ji An segera menyetujuinya. ----Nyonya Besar Wu sedang berada di halamannya ketika putra keduanya, Wu Xuanyi masuk dari luar.Ia sedikit menunduk, menyapanya, "Ibu." Nyonya Wu tersenyum, "Yi'er, sangat jarang melihatmu datang menemui Ibu sepagi ini."Ia lalu menunjuk kursi di dekatnya, "Duduklah. Jangan terus berdiri seperti itu."Masih dengan kepala tertunduk, Xuanyi duduk dengan patuh."Katakan, ada apa kau mencari Ibumu?"Xuanyi mengangkat kepalanya, bertemu dengan tatapan ibunya."Ibu, aku ingin menikah."Mata Nyonya Wu yang melebar, dipenuhi dengan kegembiraan, "Yi'er, ini sangat baik, kau akhirnya mau mendengarkan Ibu. Bagus, bagus, kalau begitu Ibu akan segera mencarikan seseorang...""Ibu."Sebelum bisa menyelesaikan ucapannya, Xuanyi segera memotongnya. Nyonya Wu mengangkat alisnya, menatapnya dengan penuh tanya."Aku ingin menikahi Ji

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 41. Sebuah Pernyataan Tak Terduga

    Malam semakin larut, suara percakapan yang berisik terdengar di mana-mana di dalam menara.Saat pertunjukan tarian di panggung mulai terasa membosankan, Ji An mengajak Feng Jin untuk kembali.Lagipula, ia harus bangun pagi untuk bekerja besok.Sang iblis tentu saja belum keluar karena ia belum tidur. Atau mungkin saja malam ini ia memilih untuk tidak keluar."Maaf, lain kali aku akan mentraktirmu dengan suguhan yang lebih layak." Ji An berkata."Aku hanya mengajakmu melihat-lihat sebelumnya, bukan memintamu untuk mentraktir."Ji An mengangguk.Ketika mereka hendak keluar, sebuah rombongan besar tengah masuk ke dalam menara, memenuhi pintu.Ji An yang telah berjalan duluan di depan, terpisah dengan Feng Jin oleh kerumunan.Saat ia memutuskan untuk menunggunya di luar, Ji An mendengar seseorang memanggil namanya."Adik An." Sapa Wu Xuanyi gembira. Ia tidak menyangka akan begitu cepat bertemu lagi dengan gadis yang telah mengganggu tidurnya semalam."Xuanyi?" Ji An tertawa, "Aku tidak me

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 40. Memabukkan

    Feng Jin menatap gadis di depan yang tampak lebih pendiam dari biasanya. Seperti kemarin, saat ini mereka berdua sedang makan malam di dalam kamar Ji An. Pandangannya sesekali akan terangkat, mengamati gerak geriknya tanpa kentara. Gadis itu tiba-tiba menghela napas berat, kali berikutnya pandangannya tampak linglung. Ia jelas sedang tidak dalam suasana hati yang baik. Ji An menatap Feng Jin kemudian menundukkan kembali pandangannya, sorot matanya agak sendu. Tangannya yang sedang memegang sumpit, hanya mengaduk-aduk nasi di mangkuk, jelas ia tidak sedang berselera. "Sesuatu terjadi?" Feng Jin menurunkan matanya. Ji An menggeleng, masih mengaduk-aduk nasi di mangkuk, "Ng..sebenarnya, tidak ada hal penting yang terjadi." Ketika Ji An mengangkat wajahnya lagi, ia bertemu dengan tatapan Feng Jin yang seakan sedang bertanya "Lalu ada apa denganmu?" Ji An menunduk, meringis, "Aku.. sepertinya aku telah membuat hinaan seseorang berhasil mempengaruhiku." Ia kemudian ters

  • Kekasih Sang Tuan Peri   Bab 39. Pelanggan bermulut Pedas

    Feng Jin hendak berbaring ketika hidungnya menangkap sebuah aroma familiar.Ia menunduk, mengendus jubah hitamnya.Aroma lembut itu berasal dari sana. Sepertinya itu tertinggal saat ia membungkus Ji An dengan jubahnya semalam.Feng Jin tampak sedikit kikuk saat kemudian ia akhirnya berhasil berbaring di atas dipan.Matanya dengan linglung menatap langit-langit kamar sejenak sebelum perlahan menutup.-----Ji An masih sibuk di belakang dapur restoran.Waktu makan siang selalu ramai dengan pelanggan. Sehingga mereka harus bergerak lebih cepat untuk menyelesaikan setiap pesanan.Sedangkan Ji An yang tidak terlibat langsung dengan para tamu, sedang mengatur penempatan berbagai bahan-bahan segar yang diantarkan tadi pagi.Seseorang keluar dari pintu belakang dapur, menghampirinya."Nona Ji, bisakah kau menggantikanku sebentar untuk mengantarkan salah satu pesanan tamu di depan?" Seorang pelayan wanita bertanya, sementara wajahnya berkerut seperti sedang menahan sesuatu.Ji An segera menger

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status