Share

Bab 9. Memasak

Penulis: RedVelved
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-19 09:07:03

Becca memasuki kawasan perumahan elit. Matanya takjub melihat rumah-rumah besar nan mewah dengan halaman luas yang tertata apik. Becca membatin dalam hati, pasti setiap rumah dilengkapi kolam renang untuk memanjakan para penghuninya.

Becca kembali memeriksa alamat yang Pak Yandi diberikan padanya. Rumah nomor 7 yang bercat putih. Rumah Tuan Arga. Becca pelan-pelan memacu motornya dan akhirnya ia melihat sebuah rumah indah bercat putih. Rumah dengan desain klasik nan mewah.

Menghentikan motornya di depan gerbang, Becca dihampiri petugas keamanan.

"Selamat sore, Nona. Ada yang bisa saya bantu?" tanya Satpam dengan wajah ramah.

"Selamat sore, Pak. Maaf saya mau bertanya, benarkah ini rumah Tuan Arga?" tanya Becca balas tersenyum.

"Benar. Apakah Nona ini Nona Becca?" tanyanya lagi.

"Benar, Pak." Becca agak bingung mengapa satpam tahu namanya.

"Nona Becca, silahkan masuk. Motornya diparkir di dalam saja. Tadi Pak Yandi sudah pesan pada saya agar jika Nona datang, langsung disuruh masuk saja," jelas Pak Satpam dengan wajahnya yang ramah.

"Terima kasih sekali, Pak."

Becca pun masuk ke dalam kawasan rumah Tuan Arga yang luas. Taman yang terawat dengan aneka tanaman yang menghiasi. Becca takjub, apalagi melihat rumah yang terlihat megah bercat dominan warna putih.

Becca pun diantarkan masuk ke dalam rumah. Ia disambut oleh seorang wanita paruh baya yang sepertinya asisten rumah tangga senior di rumah ini.

"Inikah yang namanya Becca?" tanya Ibu itu dengan ramah.

"Benar, Bu." Becca menjawab sopan.

"Bu Isti, saya kembali ke pos dulu ya," pamit Pak Satpam lalu berlalu pergi.

"Terima kasih, Pak Budi," ucap Bu Isti.

"Becca, panggil saya Bu Isti ya. Saya sudah diberitahu Pak Yandi kalau kamu akan bekerja di sini setiap sore. Betul kan begitu?" tanya Bu Isti memastikan.

"Iya, Bu Isti."

"Ya sudah, ayo kita langsung menuju ruang kerja kita, dapur .... " Bu Isti tersenyum ceria sambil menggandeng tangan Becca.

Becca sangat senang, ternyata bekerja di rumah Tuan Arga tidak semengerikan yang ia bayangkan. Sepertinya malah akan menyenangkan.

"Wow ... dapurnya bersih, rapi dan moderen," ucap Becca tak sadar saat melihat dapur yang luas, moderen, bersih dan rapi. Ia memang belum pernah melihat secara langsung dapur yang demikian.

"Becca, kamu akan memasak apa malam ini untuk Tuan Muda kita?" tanya Bu Isti tanpa basa-basi.

"Bu Isti, memangnya di sini nggak ada kokinya?" Becca malah bertanya tanpa menjawab pertanyaan Bu Isti.

"Kokinya baru Minggu lalu resign karena akan menikah di kampungnya," jelas Bu Isti.

"Lalu kenapa di sini sepi sekali, nggak ada penghuni lainnya selain Tuan Arga dan Bu Isti?" tanya Becca celingukan melihat segala arah mencari keberadaan orang yang ada.

"Nggak ada. Tuan Muda nggak suka jika rumahnya banyak berseliweran orang. Kalau pagi datang 2 orang asisten rumah tangga yang membantu membersihkan rumah dan selesai itu mereka langsung pulang. Hanya saya saja yang tinggal  di sini," jelas Bu Isti tersenyum ramah.

"Oh begitu." Becca manggut-manggut tanda mengerti tapi tidak menyangka jika rumah sebesar ini hanya ditinggali Tuan Arga dan seorang asisten rumah tangga.

"Becca, ayo kita mulai masak. Kamu ada rencana mau masak apa?" tanya Bu Isti lagi sambil mengarahkan Becca ke kulkas besar yang ada di dapur itu.

Mata Becca membelalak ketika kulkas dibuka. Berbagai sayur, buah dan tertata rapi disana. Juga ada daging yang banyak tersimpan di freezer.

"Bu Isti, makanan favorit Tuan Arga apa sih?" tanya Becca.

"Tuan Muda orang yang sederhana sebenarnya. Dia paling suka ayam goreng kremes dengan sambal bawang, lalapannya selada dan mentimun. Udah itu aja," kata Bu Isti tersenyum. Memang Tuan Mudanya sangat menyukai makanan itu tapi entah kenapa Tuan Muda tidak suka akan masakannya. Pernah ia bilang kalau masakan Bu Isti bercitarasa aneh di lidahnya. Jadi Bu Isti tidak pernah memasak lagi untuk Tuan Arga.

"Ya udah yuk kita masak itu aja," kata Becca bersemangat.

Becca pun menyiapkan bahan dan bumbu untuk membuat ayam goreng kremes. Tangannya sigap bekerja, ia memang terbiasa mengerjakan apa saja karena tinggal di panti asuhan harus bisa semuanya.

Sementara Bu Isti hanya menjadi asisten Becca, ia hanya membantu sesuai apa yang Becca perintahkan.

"Bu Isti, kan Tuan Arga itu kaya banget ya, kenapa dia malah suka makan di rumah?" tanya Becca penasaran.

"Kan sudah aku bilang, Tuan Arga itu pada dasarnya sederhana. Ia lebih nyaman makan di rumah. Kalau tidak terpaksa, Tuan lebih memilih makan di rumah daripada makan di resto. Padahal jika dipikir, makanan dari resto sudah pasti enak ya," kata Bu Isti sambil membayangkan makanan enak yang bisa dipilih di resto-resto terkenal.

"Oh gitu ternyata."

Becca tidak menyangka jika ternyata Tuan Arga lebih suka makanan rumahan biasa.

Hampir satu jam Becca dan Bu Isti berkutat di dapur menyelesaikan masakannya. Jam sudah menunjukkan pukul 18.30 saat makanan sudah siap dan Becca sedang menatanya di meja makan.

Tuan Arga masuk ke ruang makan dan mengambil tempat duduk. Ia hanya melirik keberadaan Becca yang terlihat sibuk menata makanan di atas meja.

"Selamat malam, Tuan Arga. Selamat makan, semoga Tuan suka," ucap Becca kaku, ia bingung bagaimana harus menghadapi Tuan Arga yang wajahnya terlihat tidak ramah.

"Masak apa ini?" tanya Tuan Arga sambil mengamati makanan yang terhidang. Sebenarnya ia sudah tahu tapi hanya ingin membuat Becca bertambah kikuk saja. Ia geli melihat Becca yang ketakutan berada di dekatnya.

"Ini ada ayam goreng kremes dan sambal bawang, Tuan," ucap Becca sambil menunduk.

"Sepertinya enak. Terima kasih ya. Ehm ... kamu sudah makan?" tanya Tuan Arga lagi.

"Belum, Tuan. Maaf saya akan ke dapur dulu saja. Silahkan menikmati," ucap Becca yang buru-buru hendak kabur dari sana. Ia sudah membalikkan badannya dan berjalan.

"Eh tunggu dulu! Mau ke mana kamu? Sini temani saya makan!" perintah Tuan Arga.

Becca yang mendengarnya segera menghentikan langkahnya. Ia bingung kenapa Tuan Arga ingin dia menemani makan malam ini.

"Tapi, Tuan .... " Becca bingung akan mengatakan apa.

"Tapi apa?! Sudah jangan banyak bicara, aku sudah lapar. Cepat duduk dan makan, temani saya!" perintah Tuan Arga tanpa bisa dibantah.

Dengan terpaksa, Becca pun mengambil tempat duduk agak jauh dari tempat duduk Tuan Arga. Ia memang merasa lapar, tapi jika makan semeja dengan Tuan Arga seperti ini membuat selera makannya tiba-tiba menghilang. Makanan yang terasa enak pun jadi terasa tidak enak di lidahnya.

Sementara Tuan Arga hanya memandangi wajah Becca yang terlihat tidak nyaman. Entah mengapa melihat Becca tersiksa membuat kesenangan tersendiri untuknya. Senyum tipis tersungging di sudut bibir Tuan Arga, ia tidak akan melepaskan Becca dengan mudah malam ini.

-

-

-

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kekasih Simpanan   Bab 50. Menangis Bersama

    Mobil Arga melaju dengan kecepatan sedang, perlahan menjauh dari vila yang selama dua hari ini mereka tinggali. Becca menatap pemandangan indah yang terhampar didepan matanya dengan mata kosong. Pikirannya melayang tak menentu. Sementara Arga yang menyetir di sebelahnya pun tampak terdiam. Pandangannya fokus menatap jalan aspal yang tampak berkelok di hadapannya. Perlahan menuruni perbukitan dan melaju menuju kota tempat tinggalnya.Becca sama sekali tidak ingin memulai percakapan apapun dengan Arga. Bahkan kepalanya berpaling seakan sedang menikmati pemandangan indah yang mereka lewati sepanjang jalan. Namun siapa sangka jika pikirannya melayang memikirkan diriya sendiri. Entahlah Becca harus marah atau bagaimana. Terus terang ia kecewa dengan sikap Arga yang ingin menjadikannya seperti wanita simpanan. Rasanya ia ingin memaki Arga, namun nyalinya seakan menciut saat ingat siapa Arga. Bagaimanapun Arga adalah bosnya walaupun saat ini statusnya adalah pacar Arga.Heh ... Benarkah a

  • Kekasih Simpanan   Bab 49. Disekap

    Ponsel Becca berdering seakan menjerit minta segera diangkat. Dengan setengah hati, Becca pun mengambil ponsel yang masih tersimpan di dalam tasnya.Mila? Ada apa dia telpon? Tanya Becca dalam hati.Segera Becca menggeser tombol hijau di layar ponselnya.- "Hallo, Mila."- "Becca!!! Kamu masih hidup kan?!"- Ha??? Kamu lagi ngigau ya?"- "Enak aja, aku ini lagi di galeri. Kamu kemana sih kok udah 2 hari menghilang? Habis pulang kerja ini rencana aku mau laporin kamu ke polisi loh."- "Aku nggak ngilang, Mila. Aku lagi dalam misi penting."- "Apaan misi-misi! Bec, kalau kamu nggak pulang malam ini, beneran deh aku bakal lapor ke kantor polisi."- "Hahaha ... Kamu kangen sama aku ya, Mil?"- "Becca! Aku nggak bercanda!"- "Iya iya, sabar dong, Mil. Jangan ngegas mulu' ntar kecenya ilang loh. Sabar ntar malem aku pasti pulang kok. Don't worry be happy, okey ... "- "Beneran loh ya ... Awas ntar kalau ka

  • Kekasih Simpanan   Bab 48. Masih Hidup?

    Tubuh Becca menggeliat, rasa geli mengusik ketenangan tidurnya. Ia merasakan lehernya diciumi dengan mesra. Apakah ini mimpi?"Aaaaaaa ... " Sekuat tenaga Becca bangun dari tidurnya dengan berteriak histeris."Astaga, Becca! Apa-apaan sih kamu?! Kamu mimpi buruk?" tanya Arga terkejut, ia sedang asyik-asyiknya menciumi leher putih mulus milik Becca eh ... yang punya malah berteriak membuat jantungnya serasa melompat."Eh sayang, kamu disini?" tanya Becca kebingungan.Nampaknya ia lupa jika semalam tidur bersama Arga. Dan saat ini mata Arga seketika membeliak dengan pemandangan indah yang terpampang di depan matanya. Becca yang polos tanpa sehelai benang pun.Tanpa sadar, Arga menelan salivanya dan seketika gairah kembali membuncah dalam tubuhnya. Juniornya seketika mendesak ingin dipuaskan."Istigiii!" teriak Becca saat menyadari jika kedua bukit kembarnya terlihat menantang minta dibelai. Reflek tangannya langsung menarik selimut untuk menutupi

  • Kekasih Simpanan   Bab 47. Pemilik Hati

    Candle light dinner, begitulah kata orang saat melihat Becca dan Tuan Arga makan bersama di balkon villa. Suasana begitu romantis dengan kerlip lilin dan cahaya bulan yang redup.Becca sangat menikmati makan malam yang telah disiapkan Tuan Arga. Bagi Becca tentu saja ini adalah candle light dinner pertamanya. Menu makanan apapun malam ini pasti terasa sangat enak di lidahnya. Selesai makan, Becca meminum segelas lemon tea sambil memandang lampu kerlap kerlip di sekitar villa. Pemandangan malam ini memang sungguh menakjubkan."Kamu suka, Bec?" tanya Tuan Arga yang terus menatap mata Becca."Suka banget, Tuan.""Kenapa panggil 'Tuan' terus sih? Panggil Sayang bisa kan?!" pinta Tuan Arga."Uhuk ... harus ya?""Ah kamu ini, terserahlah kalau gitu," ucap Tuan Arga yang menampakkan wajah cemberut."Hehe ... maaf soalnya lidah saya udah terbiasa panggil 'Tuan', jadi susah ngubahnya.""Iya iya, terserahlah. Tapi yang penting kamu sayan

  • Kekasih Simpanan   Bab 46. Fobia

    "Kalau gitu langsung kita nikahkan saja bulan depan, Pak," sahut Bu Rima antusias."Apa?!" teriak Mila dan Yandi berbarengan."Tapi ... " Yandi tergagap, seperti kehilangan kata-kata. Otaknya buntu nggak bisa berpikir."Ah Yandi, kamu ini kok kurang gercep sih," omel Bu Rima gemas.Sementara Mila sudah bisa menguasai diri dan kini hanya menampilkan senyum manisnya."Kok Ibu tau gercep segala?" Yandi sewot sendiri."Jangan salah, tua-tua begini Ibu juga sering nonton sinetron. Tau lah kalau cuma istilah begituan. Memang Ibu tinggal di dalam hutan," balas Bu Rima tidak mau kalah."Gimana Yandi?" tanya Pak Wisnu, mengembalikan ke topik pembicaraan semula."Gimana apanya?" tanya Yandi bingung."Aduh Yandi, kenapa kamu jadi lemot sih! Itu soal nikah bulan depan. Ah ... tanya kamu kelamaan. Nak Mila, gimana menurutmu? Setuju nggak kalau nikah bulan depan?" tanya Bu Rima tersenyum berharap."Ya Bu," sahut Mila santai.

  • Kekasih Simpanan   Bab 45. Nikahkan saja

    Tuan Arga menghentikan mobilnya di sebuah halaman rumah villa yang terlihat mewah namun tidak terlalu besar."Rumah siapa ini, Tuan?" tanya Becca sambil mengedarkan pandangannya ke sekitar rumah."Tentu saja rumahku. Kalau sedang butuh rehat, biasanya aku ke sini," ucap Tuan Arga sambil keluar dari mobilnya.Becca pun mengikuti. Mereka langsung disambut pengurus rumah, sepasang suami istri yang sudah tidak muda lagi."Ini beneran rumah Tuan Arga?" tanya Becca terkagum-kagum saat memasuki dalam rumah. Ternyata desain di dalam rumah terasa nyaman, walaupun minimalis."Kamu nggak percaya amat sih kalau aku bisa beli rumah disini? Kamu lupa kalau aku ini kaya?!" ucap Tuan Arga sedikit kesal."Hehe iya lupa. Habis rumahnya bagus banget." Becca hanya bisa melemparkan senyum manisnya agar Tuan Arga tidak semakin kesal padanya."Tuan Arga, Nona, silahkan ke taman belakang. Sudah ada minuman dan makanan kecil," ucap Pak Marto, pengurus r

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status