Home / Romansa / Kekasih Taruhan / 4. Target Utama

Share

4. Target Utama

Author: Rilla
last update Huling Na-update: 2022-02-21 11:04:19

Menjadi pusat perhatian para gadis sudah biasa bua Adit, tapi tidak untuk kali ini. Berada di sebuah Villa hanya berdua dengan seorang gadis membuatnya kebingungan. Walaupun ia sudah menghubungi Randi dan mengatakan jika dirinya sudah sampai, namun rombongan tersebut belum juga menampakkan batang hidungnya.

Kecanggungan itu semakin terjadi di mana langit secara perlahan menjadi gelap.

"Mas dokter mau makan? Atau mau minum? Dari tadi saya tawarin, tapi mas dokter nggak mau." Mia masih mencoba mencairkan suasana. Ia sendiri juga bingung harus melakukan apa. Ia tak tahu jika dokter yang Randi ajak, sangatlah pendiam.

"Nggak usah. Terima kasih." jawab sang dokter. Mia lagi-lagi hanya bisa tersenyum canggung.

Mia masih mencoba menghubungi Kleo. Tapi nomor gadis itu tak bisa dihubungi. Susah sinyal atau bagaimana ,ia juga tak paham.

"Atau bagaimana kalau kita--"

"Assalamu'alaikum." suara teriakan salam terdengar dari luar. Dan dengan jelasnya Mia hafal siapa pemilik suara kalau bukan sepupu tampannya itu.

"Eh, pak dokter. Maaf pak, kami lama. Soalnya diajak dulu ke rumah warga." ucap Randi sambil menyalami Adit.

"Nggak apa-apa. Santai saja."

"Dan lo ninggalin gue sendirian. Selama ini sampai gue lumutan dan butek.? Enak aja lo cuma minta maaf ke Adit. Ke gue mana kata maaf lo?" bentak Mia kesal.

Mia ikut menatap Kleo yang entah kenapa gadis itu terlihat bodoh saat menatap Adit.

"Lo juga!" bentak Mia yang kali ini ditujukan pada Kleo.

Kleo yang dibentak langsung melirik Mia. Gadis itu langsung nyengir lebar dan berjalan mendekati Mia, memeluk sahabatnya itu erat lalu mencubit pipi Mia pelan, "Lo jangan marah-marah ah. Kan cantiknya hilang."

"Ck!  Mau apa lo sekarang puji-puji gue? Sana!"

"Ih, ngambekan banget. Malu ini sama pak dokter. Masyaallah bapak tampan banget. Ngalahin tampan lo Ran." seloroh Kleo membuat Randi mendelik jengah.

Randi melirik tas ransel milik Adit yang masih tergeletak di samping sofa.

"Ya ampun sampai lupa. Dokter belum tahu kamar dokter di mana kan? Sini ikut saya dok.!"

Adit mengangguk. Ia meraih tas ranselnya dan berjalan mengikuti Randi menuju salah satu kamar yang cukup besar dan hanya diisi oleh satu ranjang saja. Mungkin karena Adit statusnya sebagai narasumber jadi lebih di spesialkan.

Setelah mengantarkan Adit menuju kamar, Randi kembali keluar menemui teman-temannya namun tak bersama Adit. Pria itu memilih untuk beristirahat terlebih dahulu.

Disisi lain, Mia dan Kleo masuk ke kamar mereka, mereka sengaja memilih kamar untuk dua orang, jadilah mereka bisa berbicara dan bercerita dengan bebas.

"Ganteng banget dokternya." ucap Kleo penuh semangat.

"Jantung lo aman Mia? Lo ketemu lebih dulu sama Adit."

Mia tak merespon, ia memilih diam dan menatap Kleo.

"Woii! Ditanyain malah diam!"

"Nggak. Gue malah kepikiran, gimana kalau Adit yang gue jadiin target gue?"

Kleo seketika menatap Mia tak percaya. Kenapa Mia bisa berpikiran untuk menjadikan Adit target untuk dijadikan kekasih.

Kalau ia lihat, Adit bukanlah tipe pria yang mudah di dekati. Biasanya pria setampan itu tipenya sangat tinggi, apalagi Adit seorang dokter.

"Lo yakin? Maksud gue, gue bukan larang ya, tapi dia ganteng banget coy, nggak yakin gue dia nggak punya pacar. Apalagi dokter. Style nya saja style anak orang kaya."

"Yakin lah. Eh, mau anak presiden kek dia, kalau cinta ya cinta aja."

Tawa Kleo tiba-tiba memenuhi kamar. Ia tertawa sejadi-jadinya karena ucapan Mia.

"Yakin lo Adit bakalan jatuh cinta sama lo?"

"Yakinlah!"

"Mia, ini target lo seorang dokter lho! Dokter muda lagi."

"Trus emang kenapa kalau target gue seorang dokter? Toh dia manusia juga. Dokter itu hatinya jauh lebih peka. Tahu nggak lo?"

"Peka kalau sama pasiennya."

"Ya gue jadi pasiennya aja."

Kleo menatap Mia horor. Jadi pasien Adit? Mau ngapain sahabatnya ini?

"Lo masih sehat kan Mia?" Kleo mengecek suhu tubuh Mia dan masih sama dengan suhu tubuhnya. "Masih sehat."

"Ya emang masih sehat gue! Lo kira gue kenapa."

"Gila. Gue ngira lo Gila Mia. Udah! Lo buang tu espek--epsek--apalah itu namanya, Epsektasi, ep--"

"Ekspektasi! Ngomong gitu doang belibet lho."

Kleo mencibir, "Iya itu maksud gue. Lo buang deh tu jauh-jauh. Cari target yang lain aja di Jakarta. Di sana banyak. Di jurusan kita juga bejibun cowoknya."

Mia seketika melambaikan tangannya dengan maksud menolak.

"Eh, ngapain gue cari lagi? Di depan mata udah ada, tinggal jalani aja. Lagian kan yang usaha itu gue, yang mau cari pacar itu gue, kenapa lo yang esmosi?"

"Bukannya gue Esmosi Mia! Adit itu kejauhan. Lo cuma nyari buat gandengan wisuda doang."

Mia menghela nafas panjang, "Kalau buat gandengan wisuda doang, Randi juga ada Kle. Akan lebih bagus kalau gue cari pacar itu memang untuk gue."

Kleo menatap Mia tak percaya, "lo serius? Alhamdulillaaaah. Akhirnya sahabat gue yang satu ini punya niatan juga biat serius." syukur Kleo. Ia beringsut mendekati Mia, lalu memukul pundak Mia, "Kalau itu tujuan lo, gue dukung Mia. Gue dukung lo seratus persen. Akhirnyaaaa. Emang sudah saatnya lo lepas dari bayang-bayang masa lalu lo itu. Kalau perlu gue bantuin lo. Pake dukun pake dukun deh kita."

"HUSSS! Bawa-bawa dukun segala. Lo kira gue jelek banget apa."

Kleo langsung tertawa, "Bukan itu maksud gue, biar usaha lo makin cepat, Mia."

"Nggak usah pakai dukun-dukunan. Gue percaya sama kemapuan wajah gue. Hehehe."

Kleo bertepuk tangan salut. Ia mengacungkan kedua jempol tangannya pada Mia. Memuji semangat gadis tersebut untuk bisa lepas dari bayang-bayang masa lalu.

Karena menurutnya, memang sudah saatnya Mia membuka diri dan tak terlalu terpuruk dengan kehidupannya yang dulu. Setidaknya perjuangannya saat ini harus bisa benar-benar membuatnya bahagia.

Kalau bisa, sampai gadis itu menikah. Dan ia berharap, semua akan berjalan lancar tanpa adanya tangisan dan air mata.

"Lo harus semangat. Gue yakin lo bisa. Apapun yang terjadi nanti kedepannya, lo jangan nyerah. Kalau gue lihat, memang sulit. Karena Adit itu tipe para gadia banget, dan kita juga belum tahu Adit sudah punya pacar atau belum. Setidaknya lo harus cari tahu dulu, dia sudah punya pendamping atau belum. Itu yang harus lo lakuin pertama kali."

Mia mengangguk. Ia akan berusaha. Setidaknya Tuhan memudahkan satu langkahnya. Ia tak perlu lagi mencari target ,karena targetnya sendiri yang datang menghampirinya. Jadi satu tugasnya selesai.

Kleo menatap Mia dalam. Sahabatnya itu kini sedang tersenyum malu-malu. Entah apa yang sedang Mia pikirkan, yang jelas rona di wajah Mia begitu cantik.

Gue berharap semua lancar Mia. Dan gue berharap setelah ini ,tak ada lagi air mata yang menemani lo. Dan jikalau ada, cukup itu air mata bahagia, bukan air mata duka.

~

(Bersambung)

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kekasih Taruhan   Chapter 15

    "Oh my-- Mia, lo cantik banget. Ada gerangan apa nih lo dandan gini?" Mia yang dipuji hanya senyum-senyum manis. Ia tak percaya hasil tangannya hari ini akan membuatnya dipuji oleh sahabat satu-satunya ini."Lo bisa aja Cleo.""Gue serius Mia." Cleo menatap Mia curiga, "Apa jangan-jangan..""Jangan-jangan apa?""Jangan-jangan lo udah punya pacar ya? Hayoooo,ngaku looo--""Ih, apaan sih Cle. Ya nggak lah. Gue masih jomblo tulen.""Lah trus buat siapa lo dandan begini?"Mia kembali tersipu. "Sebenarnya gue dandan begini mau nanya sama lo. Menurut lo kalau gue begini, apa aneh?"Cleo nyaris tergelak, "Ya nggak lah. Justru bagus banget kalau lo mau. Cantik banget lho. Mana stylenta juga oke banget." ucap Cleo sembari memperhatikan Mia dari atas sampai bawah. "Pokoknya, gimanapun penampilan lo, lo harus tetap jadi diri lo sendiri. Gue tahunya seorang Mia itu nyablak dan blak-blakan. Jangan rubah sikap lo. Paham?"Mia mengangguk. "Siyap bos. Gue paham. Mia tetaplah Mia. Sebaik apapun danda

  • Kekasih Taruhan   Chapter 14

    Mia berdiri di depan kasir dan mengantri. Setidaknya ada satu orang lagi di depannya sebelum tiba gilirannya untuk membayar semua barang yang tadi ia pilih.Sembari menunggu, Mia memainkan kuku-kuku jari tangannya sembari mengecek kutek yang baru ia pasang semalam. Sesekali ia melirik ke sekelilingnya dan kembali melihat kuku tangannya sampai tiba gilirannya untuk membayar.Mia maju ke depan kasir dan meletakkan semua barang belanjaannya di atas meja kasir untuk dihitung.Mia kembali melirik ke sana ke mari, namun lirikannya terhenti pada sebuah resto yang menjual berbagai makanan khas Korea. Namun bukan tempat makannya yang Mia perhatikan, melainkan pengunjung yang sedang makan di sana.Ia bisa melihat dengan jelas, Adit di sana sedang makan dan jangan lupakan soal seorang perempuan yang duduk di hadapan Adit. Mereka makan sambil bercanda.What?Mia mendadak panas. Ia langsung melirik belanjaannya yang ternyata sudah selesai dihitung. Ia segera mengeluarkan kartu debit nya dan membay

  • Kekasih Taruhan   Chapter 13

    "Lo paham siapa yang gue bicarain?"Dengan santai Bimo mengangguk. Mia lagi-lagi dibuat bingung. Dari mana Bimo paham? Dari mana Bimo tahu? Ia kan tak mengatakan siapa namanya."Siapa orangnya?" tanya Mia lagi dengan raut wajah sedikit bingung.Lagi-lagi Bimo mengangguk. "Udahlah Mia, gue tahu siapa yang lo bicarain. Lo pikir, di apartemen yang lo datangi tadi itu banyak pemiliknya apa. Cuma ada empat orang Mia."Mia terdiam. Ia kesusahan menelan ludahnya sendiri. "Si--siapa orangnya?" tanya Mia lagi yang memaksa Bimo untuk menyebutkan siapa tadi yang dimaksud."Haaah, dalam apartemen itu hanya ada empat penghuni. Dan tiga penghuni lainnya sudah berkeluarga, Mia. Cuma Adit yang masih sendiri. Apa lo tetap ingin gue sebutin siapa orangnya?" Mia langsung menggeleng kuat. Ia tak tahu bagaimana cara menyembunyikan dirinya dari Bimo. Ternyata Bimo kenal Adit.Melihat reaksi Mia, Bimo langsung terkikik. "Santai saja Mia. Jika incaran lo adalah Adit, gue dukung lo."Bimo menyamankan duduk

  • Kekasih Taruhan   Chapter 12

    Mia terdiam memucat. Apa yang baru saja ia lihat membuatnya langsung tertegun dan takut.Adit gila!Batinnya merutuk kasar. Kenapa pria itu bisa segegabah ini. Hal yang tak harus ia lihat sekarang terlihat dan ini pertama kalinya ia melihatnya secara nyata di depan mata.Mia masih berjongkok meringkuk di lantai kamar Adit. Ia tak berani membuka matanya hanya untuk sekedar melihat apa yang sedang terjadi. Sedangkan Adit, pria itu sudah selesai berpakaian rapi. Ia menatap tajam Mia. Kenekatan Mia masuk ke dalam kamarnya yang tentu saja menjadi ruang pribadinya tak bisa ditoleransi begitu saja. Mia sudah merusak peraturan yang ia buat untuk ruang pribadinya sendiri.Adit menghentikan langkahnya di hadapan Mia. Gadis itu masih terlihat menunduk dan tak mau menengadah ke atas."Oi!" Adit menendangkan kakinya pelan pada kaki Mia."Oi!" ulangnya lagi, namun Mia menggeleng."Pakai bajumu dulu. Aku--""Angkat kepala lo!" perintah Adit.Mia masih ragu, namun perlahan ia mencoba mengangkat kepa

  • Kekasih Taruhan   Chapter 11

    Mia mendadak jadi gadis yang nekat. Ia tak tahu entah dari mana keberanian ini ia dapatkan. Walaupun ancaman selalu datang dari Adit dan pria itu mengatakan jika akan terjadi sesuatu pada dirinya jika ia tak juga mau menjauh dari pria tersebut, namun ia tak peduli sama sekali. Ia ingin mendekati Adit. Dan ini kesempatan langka yang sangat sulit ia temukan. "Pulang lo!" perintah Adit lagi namun Mia lagi-lagi menggeleng. Adit berdecak kesal. Ia tak habis pikir, kenapa Mia bisa seperti ini. Rendi yang notabennya sepupu Mia tak punya kelakuan segila ini."Biarin aku masuk ya. Please.!" "Ngapain? Buat apa? Lo cuma bakaln gangguin gue. Dan satu lagi, gue nggak suka orang asing ngacak-ngacak rumah gue." ucap Adit dingin lalu kembali melanjutkan perjalanannya menuju pintu masuk ruang apartemen Adit."Nggak bakalan ganggu kok Adit. Mia janji. Beneran deh. Mia di tempat Adit cuma sampai Mia di telpon sama teman Mia itu."Adit mengehela nafas dengan kengeyelan Mia. "Ya sudah! Sini HP lo!" ad

  • Kekasih Taruhan   Chapter 10

    "Lo gila ya Mia. Gue pikir lo itu pindah ke sini juga karena tahu Adit praktek di klinik dekat apartemen lo." ucap Cleo saat gadis itu memasuki apartemen Mia."Ya nggak lah! Gue nggak tahu dia di sana. Lagian nih ya, lo tahu kan mobil gue lagi di bengkel. Ya pas kondisi begini, gue nyarinya yang terdekat.""Tapi masa lo udah nggak mempan make obat warung?""Ck!" Mia berjalan menuju lemari TV nya. Ia mengambil sesuatu di sana dan memperlihatkannya pada Cleo. "Nih! Lo lihat kan? Dari semalam gue minum ini tapi nggak mempan. Udah takdir gue kali harus ketemu Adit hari ini." celetuk Mia di akhir kalimatnya.Cleo mencibir, "Itu sih mau-mau lo aja." Cleo berbaring di sofa panjang ruang TV. Ia melihat ke arah Mia. Gadis itu menyimpan sarapan yang tadi Adit berikan padanya."Lo beneran nggak mau makan tu bubur?" Tanya Cleo kaget.Mia dengan senyum lebarnya langsung menggeleng, "Nggak." jawabnya singkat."Ih! Jorok banget sih lo, Mia.""Biarin. Kan letaknya juga dalam freezer, jadi nggak akan

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status