Share

5. Saling tatap

Pagi ini, Mia sudah bersih dengan dandanan cantiknya serta rambut terikat kuncir kuda. Ia mengenakan kaca mata yang tentu saja itu hanya untuk gaya. Dengan sedikit polesan bedak di wajah serta lipstik di bibir tipisnya, ia siap menyambut pagi dengan senyum manis.

Hari ini Randi mengatakan ada penyuluhan. Ya walaupun hanya penyuluhan biasa dan lebih tepatnya pengenalan diri pada warga. Setidaknya ia tetap harus terlihat bersih, rapi dan wangi. Setidaknya ini usaha pertamanya untuk menggaet Adit, si dokter muda yang tampan.

Jangan tanyakan betapa susahnya Mia tidur semalam. Mengingat hari ini saja ia harus memaksakan matanya untuk terpejam. 

Haaah, sepertinya ini akan jadi tantangan menarik untuk dirinya.

Sedang asik berkaca, Mia dikejutkan dengan suara pintu kamar yang terbuka. Ia segera melirik ke belakang dan mendapati Kleo sedang berdiri sambil berkacak pinggang.

"Dari tadi belum selesai juga? Lo mau penyuluhan apa mau nikahan?" ejek Kleo. 

Gadis itu berjalan mendekati Mia yang sedang tersipu.

"Cantik banget neng? Mau kemana?" godanya.

"Apaan sih. Kan penyuluhan."

"Lah iya kali penyuluhan dandanannya kayak ratu begini. Mau penyuluhan apa penyuluhan?" 

Kleo tak henti-hentinya menggoda Mia ,bahkan membuat wajah Mia memanas.

Dan goda menggoda itu selesai saat suara ketukan pintu terdengar.

"Siapa?" teriak Kleo.

"Rangga! Kalian ngapain sih? Lama amat!" terdengar suara Rangga yang cukup kesal. Mungkin karena memang sudah terlalu lama menunggu dua gadis yang saat ini sedang bercanda.

Kleo berjalan ke arah luar dan membuka pintu. Ia menatap Rangga yang sudah berdiri dengan wajah masamnya.

"Jangan lihat gue begitu. Noh sepupu lo, noh! Dandannya lamaaaaa banget. Lo tanya aja sama dia kenapa dandannya sampai segitunya." 

Rangga memunculkan kepalanya sedikit ke dalam kamar dan menatap tepat di wajah Mia.

Benar, Mia berdandan. Batinnya. 

Mia jarang berdandan. Ia tahu itu. Dan sekarang, hanya karena sebuah penyuluhan, Mia mau berdandan secantik itu?.

Rangga kembali menormalkan posisi berdirinya.

Ia berdehem sekali, "Oke. Tapi urusan kalian selesai kan? Karena tim tak akan mau menunggu kalian terlalu lama. Sudah jam delapan, gue takutnya nanti nggak bisa lihat warga yang lagi di kebun."

Kleo mengangguk, "lo tenang saja. Gue pastiin ini sepupu cantik lo, akan keluar dalam beberapa menit lagi. Ya palingan tak sampai dua menit lah."

"Baiklah." Rangga kembali melirik Mia yang ada di kamar, "Gue nggak mau nungguin lo dandan Mia. Buruan!!" sorak Rangga dengan perintahnya.

Mia cemberut seketika. Ia berdiri dari duduknya di depan cermin dan melangkah mendekati Kleo.

Rangga sudah beranjak dari tempatnya berdiri.

"Lo sih dandannya kelamaan."

"Lah, kok gue."

"Ya emang lo tersangkanya. Noh lihat! Udah pada ngumpul kan semua. Dan itu cuma karena mau nungguin lo doang."

Mia berdecih. Ia berjalan keluar mendahului Kleo.

Jujur, suasana jantungnya saat ini sudah sangat berdetak tak karuan. Semua itu hanya karena ia melihat Adit berbicara dengan Rangga. Adit sungguh terlihat tampan. Tubuh tinggi dan tegap, rahang yang tajam dan hidung yang mancung sempurna.

Ia yakin orang tua Adit sangat cantik dan tampan.  Melihat dari pahatan sempurna seorang Adit, ia yakin tak salah dengan tebakannya.

Adit mengenakan pakaian santai. Sebuah hodie berwarna putih dengan sedikit corak pada bagian depannya dan celana gunung berwarna coklat muda.

Semua mata tertuju pada Mia saat Mia keluar dari kamar. Khususnya tatapan anak cowok. Mereka seperti melihat seorang putri. Sungguh cantik dan itu berhasil membuat sedikit kepercayaan diri Mia tampil.

Tapi tak berapa lama, hal itu langsung lenyap saat ia tak melihat respon apapun dari Adit. Bahkan Adit hanya menatapnya sekilas lalu kembali melanjutkan bicaranya dengan Rangga.

"Sekarang semuanya sudah berkumpul. Saat kita keliling."

Selama menyusuri jalan setapak di pedesaan, semua tim terlihat sangat antusias. Mulai dari bertemu warga yang sedang berkebun sampai takjub melihat air sungai yang begitu jernih. Bahkan mereka membayangkan kesegaran air tersebut menyapa tenggorokan mereka.

"Pagi buk." sapa Randi pada salah seorang wanita paruh baya yang sedang memikul sekarung rumput jerami dipundaknya.

"Pagi juga." balasnya.

Rombongan terpaksa berhenti karena menunggu Randi berbicara dengan salah satu warga tersebut.

Disaat yang lain ada yang memperhatikan sekitar, berbincang dengan teman sebelah, Mia justru sedari tadi fokus pada Adit. Dokter muda yang sibuk memotret indahnya pemandangan alam. Selama perjalanannya dari Villa tadi, otak Mia tak pernah berhenti memikirkan cara untuk menggoda Adit. Pasalnya ia melihat, Adit tipe pria yang cukup cuek dengan keadaan sekitarnya. Namun tidak jika ia dibutuhkan untuk medis, ia akan menangani pasiennya dengan baik. 

Mia sudah memantapkan hati untuk melangkah, namun tiba-tiba ia dihentikan dengan sosok Aulia yang juga ikut melangkah lebih dulu mendekati sang dokter. 

Mia menyipitkan matanya, begitupun dengan Kleo. Sahabat Mia itu juga ikut menatap Aulia yang mendekati Adit.

Dari tempatnya berdiri, ia melihat Aulia dan Adit berbicara dengan santainya. Seolah mereka sudah kenal sangat lama. Padahal yang ia tahu dari Randi, Adit adalah dokter baru di penyuluhan mereka. Sudah bisa dipastikan jika yang kenal Adit di sini hanya Randi.

Tapi kenapa Aulia bisa begitu luwesnya berbicara dengan Adit.

Kleo beringsut mendekati Mia. Ia menggol lengan Mia membuat Mia sedikit terganggu.

"Sepertinya lo punya saingan, Mia." ucap Kleo membuat Mia panas seketika.

Gadis itu menatap Aulia dengan kesal.  Ia tak mengira Aulia juga berniat mendekati Adit.

Dan sekarang kedua manusia itu tengah berbincang dengan santainya dan penuh tawa, seolah percakapan tersebut adalah percakapan paling seru yang pernah ada.

"Lo mesti hati-hati." ucap Kleo lagi. Dan kali ini tujuan Kleo adalah untuk memanas-manasi. Kleo paham betul kalau Mia begitu mudah untuk dipengaruhi. Jadi Kleo yakin dan percaya kalau yang ia lakukan saat ini akan membuat Mia terbakar. 

Kleo mengintip raut wajah Mia secara diam. Dan entah kenapa, Kleo mendadak bangga dengan dirinya yang sudah berhasil mempengaruhi Mia untuk kesekian kalinya.  Tentu saja itu untuk kebaikan Mia sendiri.

Sedangkan di posisinya, Adit yang tengah berbincang dengan Aulia, merasa ada seseorang yang memperhatikannya dari belakang. Dan hal itu membuat rasa penasaran Adit meningkat untuk melirik ke belakang.

Dengan perlahan,  Adit memutar kepalanya ke arah Mia dan seketika pandangan mereka bertemu. Benar tebakannya, ada yang memperhatikannya. Dan dia adalah Mia. Gadis pertama yang ia temui saat  ia sampai di Villa.

Adit mengangguk pelan sambil tersenyum pada Mia. Namun hal itu tak digubris Mia lantaran gadis itu masih emosi dengan Aulia.

Mia memilih membuang muka, membuat Adit bingung seketika. Apa ia punya salah? Kenapa Mia membuang muka darinya?.

Setelah Randi selesai berbincang, rombongan kembali berjalan menuju lokasi tempat di mana akan diadakan penyuluhan dan pemeriksaan gratis dari Adit.

*****

Mereka sampai di lokasi yang ternyata tak terlalu jauh dari tempat Randi  dan rombongan tadi berhenti.

"Ya ampun, pak dokternya cakep pisan." celoteh salah seorang ibu-ibu.

"Ho oh ya. Ganteng pisan. Mau atuh kalau masih jomblo."

"He? Maksud kamu? Kamu kan sudah punya suami. Lagian nggak ingat umur."

"Bukan untuk saya atuh mbak Surti, tapi untuk anak saya. Siapa tahu saja pak dokternya mau."

Seketika tawa meledak di lokasi tersebut membuat rombongan bingung.

"Anak kamu masih SD kelas lima. Mau dijodohin sama pak dokter? Ada-ada saja."

Mendengat itu, semua rombongan pun ikut tertawa. Termasuk Adit sendiri.

Lagi-lagi tatapan Adit bertemu dengan tatapan Mia ,namun kembali Mia buang muka ,membuat Adit kembali bingung.

'Dasar gadis aneh' batin Adit lalu kembali fokua pada kertas-kertas di mejanya.

*****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Pintia Arnadian
Lanjutkan ceritanya bagus thor .. aku menunggu update selanjutnya thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status