Share

Tamu tak diundang

  "Dia baik dek, kamu nggak akan nyesel. Ayah yakin sama dia begitu juga Abang," jelas Yardan dengan senyuman.

   "Tapi..."

   "Tapi kok dia batalkan investasi dan hancurkan impian Abang?" lanjut Youmna.

   "Mau ya dek, nikah sama Kai. please!" Yardan memohon.

   "Youngie nggak mau nikah sama orang yang udah hancurkan impian Abang!"

   Mendengar perkataan tersebut terucap dari lidah Youmna, Yardan tertawa terbahak-bahak membuat Youmna tak mengerti akan tingkah Yardan saat ini.

   "Kok malah ketawa?" tanya Youmna datar.

   "Kenapa? ada apa sama Kai, Abang yakin alasan kamu bukan itu!" kini Yardan berbicara lebih serius.

   Youmna terdiam karena Ia tahu menjawab hal yang sebenarnya hanya akan mengingat kan kejadian dimasa lalu dan menjawab dengan dusta pasti akan tercium oleh Yardan.

   "Hemm, yaudahlah Abang juga bukan dukun. Tapi yang Abang bisa pastikan bahwa Ia orang baik dan nggak akan pernah ngecewain kamu." yakin Yardan.

   "Gimana Abang bisa seyakin itu, sedangkan dia dengan tega hancurkan mimpi Abang!" tegas Youmna.

   Yardan memegang pipi sebelah kiri Youmna dan menatapnya dalam dengan tersenyum, "Dia nggak hancurkan mimpi Abang." Yardan bangkit dan pergi dari kamar Youmna.

   "Apa maksud Abang?" teriak Youmna kepada Yardan yang telah meninggalkannya sendiri.

Dasar!

Punya Abang satu tapi penuh misteri, banyak sekali teka-teki yang harus Youmna pecahkan sendirian, dia benar-benar tidak mengerti apa arti dari perkataan Yardan tadi.

Lelah, tentu saja!

Memikirkan hal diluar kendali.

***

   Dengan rambut acak-acakan Youmna terbangun dari tidurnya, menguap dan meregangkan otot-ototnya dengan mengangkat kedua tangan.

   Meminum segelas air putih yang sudah didiamkannya semalaman diatas nakas, matanya melirik arah jarum jam menunjukkan pukul enam pagi, hari ini Ia tidak bangun subuh untuk sholat subuh karena sedang datang tamu bulanan, sehingga bangun siang adalah andalannya.

   Pagi yang selalu menjadi aktifitas rutinnya, berdiri didepan jendela. Dengan mata yang masih terkatup Ia mencari sinar mentari, berusaha membuka mata untuk melihat sunrise dari lantai dua rumahnya.

   Tapi sayang hari ini pagi terlalu sejuk hingga mentari pun enggan mengusik, langit juga berwarna abu-abu menandakan akan turun hujan. Hanya terjangan angin mampu menerbangkan helaian rambut yang dapat Youmna rasakan dan nikmat saat ini.

   Titt ... Titt ... Titt ...

  Suara klakson mobil berbunyi, rodanya terdengar seperti memasuki pekarangan rumahnya.

   "Siapa sih, pagi-pagi berisik banget," komentar Youmna untuk mobil yang terus-menerus membunyikan klaksonnya.

   "Rumah dipinggir jalan tapi nggak seberisik ini juga kali!" umpat Youmna kesal pada pengendara tersebut, matanya berusaha mencari asal kebisingan itu melalui balkon kamarnya.

  Berdiri dengan kedua tangan yang memegang pagar balkonnya, dengan mata yang masih menyisakan kantuk dan angin yang menyapu wajahnya.

   Ia melihat sosok yang tengah berdiri di pekarangan rumahnya, tepat dibawah pohon depan kamar Youmna. Sosok itu menatap Youmna dengan senyum lucu seperti ingin tertawa.

   Mata Youmna memfokuskan ke objek yang terlihat kecil tersebut, berkali-kali Ia memerem-melekkan matanya hingga terlihat jelas wajahnya di penglihatan Youmna.

   "Kai?" kaget Youmna dengan wajah yang mengekspresikan pikiran dan isi hatinya yang heran mengapa pagi-pagi pria itu berada di rumahnya.

   Kai menatap Youmna dengan tawa, sambil mengisyaratkan bahwa 'kamu bau, kusut, belum mandi' atau 'kamu seperti singa' atau bisa jadi 'kamu jelek'.

   Tanpa instruksi Youmna membawa tubuhnya untuk masuk ke dalam kamar dengan wajah kesal, tidak terima atas ejekan yang diperlihatkan Kai melalui bahasa tubuhnya.

   "Ngapain sih dasar cowok prasmanan!" umpat Youmna sambil menutup jendela kamarnya yang besar dan terhalang hordeng.

   Youmna mengintip lagi dari balik hordeng, mencari tubuh Kami untuk memastika pria itu masih ada dihalaman atau sudah masuk kedalam.

   "Yang benar saja. Sepagi ini?" ucap Youmna masih tidak habis pikir dengan kejadian pagi ini.

   Teka-teki yang semalam Yardan berikan saja Youmna belum mampu menebaknya dan pagi ini saat tubuhnya baru saja terbangun harus dihadapkan dengan teka-teki baru, ya ampun!

   Kenapa setiap tanya datang bertubi-tubi tanpa tahu jawaban terdahulu?

   Youmna kembali mengacak-acak rambutnya, dia frustasi!

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status