Bab 99"Tunggu!" teriak Jihan.Axel menoleh. "Ada apa, Tante?"Jihan tergesa-gesa mengatur langkah, berusaha mensejajarkan diri di samping lelaki itu. Nafasnya ngos-ngosan."Tante ingin bicara denganmu, Axel. Apakah kamu punya waktu?""Silakan, Tante. Bicaralah."Keduanya lantas menepi. Axel membawa Jihan merapat ke dinding rumah sakit, membiarkan punggungnya menghadap lorong yang sepi.Tempat keduanya berada kini adalah lorong VIP. Tak banyak orang yang lewat, kecuali para petugas medis dan beberapa pengunjung."Apakah benar gadis itu adalah putrimu, Axel?" tanya Jihan."Salwa, maksud Tante?""Siapa lagi? Tante mendengar pembicaraan kalian. Regan menyatakan keinginannya untuk menikahi gadis itu. Bagaimana menurutmu?""Salwa memang putriku, Tante. Aku mengakuinya sebagai darah dagingku. Soal permintaan Regan, aku sendiri tidak bisa menjawab....""Bukankah kamu adalah daddynya?" potong Jihan.Axel mengangkat bahu. Dia menatap perempuan tua yang menjadi sahabat mommynya. Sebenarnya ia e
Bab 100"Aku hanya sekedar memejamkan mata, Mom. Aku mendengar semua yang Mom katakan. Kemarilah. Aku butuh bicara dengan Mommy." lelaki itu memberi isyarat kepada sang mommy untuk kembali mendekat."Kamu butuh istirahat. Mom akan ada di sini untuk menjagamu," tukas jihan sembari mengulurkan tangan menggenggam tangan putranya dengan lembut."Aku harus bicara, Mom. Suka atau tidak, Mommy harus tahu kebenaran ini. Aku mencintai Salwa melebihi apapun, sama ketika dulu aku mencintai Airin. Airin dan Salwa ibarat satu kesatuan dan mereka tidak terpisahkan....""Kamu hanya merasa jika Airin hidup di dalam diri Salwa. Itu tidak baik, Nak. Mom pikir cintamu kepada Salwa hanya sekedar pelampiasan. Sebaiknya kamu move on, Nak. Terimalah Chintya. Mommy akan belajar menerima Salwa sebagai cucu mommy. Kalian pasti akan menjadi keluarga yang berbahagia. Salwa akan tetap menjadi putrimu." Entah sudah berapa kali kata-kata itu Jihan ucapkan sebelumnya."Seharusnya Mommy belajar untuk menerima Salwa se
Bab 101 "Armand, kamu bisa nggak mengosongkan jadwal atau setidaknya menunda jadwal pertemuanku dengan Mrs. Maria dari Indo TV lusa nanti?" pinta Regan. "Emangnya kenapa, Tuan? Bukankah pertemuan dengan beliau sudah kita atur seminggu yang lalu? Saya tidak mau mengecewakan beliau," sahut Armand. Dia menoleh sekilas. "Aku tahu, tetapi dalam seminggu ini tidak ada jadwal kosong. Ada hal yang harus aku selesaikan Armand...." Armand terdiam. Lelaki muda nan tampan itu nampak berpikir keras. Dia tahu persis arah pembicaraan tuannya. Apalagi kalau bukan menyangkut nona mudanya yang sekarang entah berada di mana. Sebenarnya Armand merasa kasihan dengan Regan. Dia ingin sekali membantu lelaki itu. Namun dia sudah memilih tidak mau terlibat. Selama ini Jihan selalu menekan, mengingatkan kinerjanya yang bagus di perusahaan, membuatnya cukup percaya diri Regan tidak akan mungkin mengusik posisinya mengingatkan kinerjanya itu. Dia bukan tidak tahu jikalau selama ini Regan bersikap menjaga ja
Bab 102"Oma, mau apa datang kemari?" Suara Salwa begitu lirih. Dia duduk berhadapan dengan perempuan tua itu. Di sampingnya bunda Khadijah setia mengusap bahunya, membuat tubuh gemetar itu berangsur menjadi hangat. "Oma hanya ingin menjengukmu, Salwa," ujarnya santai Tidak mungkin. Hati kecil Salwa berteriak. Perempuan tua itu pasti memiliki tujuan tertentu. Tempat ini adalah tempat terpencil dan orang sekelas oma Jihan tidak akan pernah mau berkunjung ke tempat ini jika tidak dalam situasi mendesak "Kamu terlalu pintar, Salwa." Oma Jihan menyeringai. "Ini untuk yang pertama dan mungkin terakhir kalinya aku berkunjung kemari. Oma mohon, pulanglah ke rumah. Katakan kepada Regan agar ia mau menerima Chintya dan menikah dengannya. Sebagai balasannya, aku akan meminta keluarga Gunadi untuk mengakuimu sebagai cucu mereka," paparnya. "Aku tidak butuh pengakuan apapun, Oma. Aku sudah merasa cukup dengan diriku sendiri. Keluarga bagiku tidaklah penting, karena di lingkungan panti ini aku
Bab 103Salwa memilih menyelesaikan urusannya di butik Salwa collection menemui Natalia, baru sesudah itu ia akan ke gedung RVM group. Salwa collection adalah salah satu prioritasnya. Dia tidak mau usaha peninggalan sang mommy mengalami masalah. Dari Natalia, ia banyak mendapat masukan dan belajar bagaimana cara mengelola sebuah bisnis fashion.Dia tidak menghabiskan waktunya terlalu lama di butik Salwa collection. Satu jam kemudian dia sudah kembali berada di mobil. Tujuan berikutnya adalah gedung RVM group, tempat Regan menghabiskan sebagian besar waktu siangnya untuk bekerja.Salwa enggan menemui lelaki itu di rumah Oma Jihan. Dia sedang tak ingin mengunjungi rumah itu apalagi harus berurusan dengan Oma Jihan. Terlebih rumah itu banyak menyimpan kenangan, tentang masa-masa indah saat bersama Regan dan AirinSembari menyetir, Salwa menatap salah satu lengannya yang dilingkari sebuah gelang hasil karya mommynya. Ah, sayang sekali mommynya keburu pergi untuk selamanya. Seandainya masi
Bab 104"Apakah kamu tidak merindukanku, Sayang?" Suara Regan melemah."Maafkan aku, Daddy. Kita tidak bisa lagi berpelukan. Non muhrim," ujar Salwa lirih. Dia menangkupkan telapak tangan di dadanya."Non muhrim?" Regan tersentak. Dia merasa sangat asing dengan istilah itu."Kata bunda Khadijah, aku bukan putri kandung Daddy. Tak ada hubungan darah sedikitpun diantara kita. Ayah dan putri angkat itu non muhrim, bukan mahrom. Kita tidak boleh bersentuhan, kecuali kalau darurat."Kata-kata itu begitu menggetarkan hatinya. Regan baru menyadari, perubahan penampilan sweety-nya kini, tentu saja di barengi oleh perubahan cara berpikir. Lelaki itu menghela nafas sembari menunjuk sofa di sudut ruangan."Berceritalah padaku, Sayang. Apa yang sudah kamu alami selama berada di panti asuhan itu?" Tatapannya lembut memindai wajah cantik berbalut kerudung model pashmina itu."Justru aku ingin bertanya sama Daddy, kenapa Daddy tidak menjemputku di Panti Asuhan itu? Tidak mungkin Daddy tidak tahu sel
Bab 105"Sayang, kamu kenapa?" Regan berlari kecil menyusul gadis itu.Setibanya di wastafel, ia memberanikan diri memijat pundak Salwa. Gadis itu terus memuntahkan semua isi perutnya, lantas berkumur-kumur."Wajahmu pucat sekali, Sayang." Lelaki itu sangat terkejut."Aku tidak apa-apa, Daddy. Mungkin masuk angin," sahutnya dengan tubuh gemetar."No, Sayang. Kamu harus segera ke dokter. Sekecil apapun penyakitmu, harus segera diketahui." ucap Regan sembari memapah sweety-nya keluar dari restoran.Setelah menyelesaikan pembayaran, lelaki itu membawa Salwa menuju klinik dokter terdekat.Sampai saat ini, Regan masih tidak menggunakan jasa dokter pribadi. Regan masih belum menemukan pengganti yang cocok sebagai dokter pribadinya, menggantikan dokter Dirga yang telah ia pecat setelah Airin meninggal dunia tempo hari."Bagaimana kondisi kekasih saya, Dokter?" tanya Regan tak sabar setelah dokter perempuan bernama Nina itu selesai memeriksa Salwa.Kini mereka tengah duduk berhadapan di ruang
Bab 106Bukankah momen seperti ini sudah sekian lama ia dambakan? Regan tidak munafik. Meskipun ia bisa menerima Airin apa adanya, tetapi memiliki anak sendiri, darah dagingnya adalah keinginan terbesarnya sejak belasan tahun yang lalu.Hanya karena ia lelaki yang sangat setia kepada istrinya dan menghormati komitmen di dalam sebuah pernikahan, bahwa seorang lelaki hanya untuk satu orang wanita, ia berhasil meredam keinginannya yang satu itu. Padahal Jihan mommynya telah berulang kali meminta untuk melakukan program bayi tabung atau menitipkan spermanya di rahim ibu pengganti. Dia selalu menolak mentah-mentah usul mommynya. Justru keinginan itu akhirnya terkabul melalui Salwa, seorang gadis kecil yang dulunya ia rawat dengan sepenuh cinta.Terlepas dari penyebab titik kehidupan baru yang tumbuh di rahim Salwa, tetap saja ini adalah anugerah buat Regan. Lelaki itu tak mampu menyembunyikan kegembiraan. Dia memeluk gadis itu, menyusut air matanya dan memapahnya keluar dari rumah sakit.K