Bab 84Dua mobil mewah itu terlihat melaju beriringan di jalan raya. Chintya terus berusaha agar ia tak kehilangan jejak. Namun kemacetan parah di salah satu ruas jalan menghalangi pergerakan Chintya. Mobil Regan sudah jauh berada di depan dan hilang dari pandangannya.Tak kehilangan akal, Chintya menyalakan ponsel dan mencari aplikasi pelacak lokasi. Ketika kemacetan mulai terurai, ia langsung tancap gas. Perjalanan menuju apartemen yang di huni oleh Regan dan Salwa sudah tidak berapa lama lagi. Dia harus segera mengejar lelaki itu, mencegahnya agar jangan sampai ke apartemen."Sial! Lagi-lagi macet!" maki Chintya sembari memukul stir. Dia kembali terjebak pada kemacetan, bahkan kali ini lebih parah dari sebelumnya. Padahal ia sudah hampir kawasan gedung pencakar langit itu.Chintya menatap nanar dari balik kaca mobil. Mobil-mobil yang bersusun seperti parade dan ia terjebak di tengah-tengah, tak bisa keluar. Sementara mobil Regan semakin tak terkejar.Beberapa puluh menit kemudian,
Bab 85Gadis itu mengerang antara sadar dan tidak. Namun matanya masih terpejam. Suara lirih yang di maknai Regan sebagai penerimaan atas semua perlakuannya. Ciuman yang semula lembut kemudian ritmenya kian cepat dan menuntut. Puas mengeksplore bibir kekasihnya, Regan turun sedikit ke bawah, mencumbui leher dan tulang selangka gadis itu, mengukir bukti kepemilikan atas tubuh kekasihnya. Pandangannya menggelap. Tanpa sadar tangannya bergerilya membuka kancing-kancing bagian depan, melepaskan gaun penutup tubuh indah Salwa dengan sekali sentakan. Regan melemparkan benda itu ke sembarang arah. "Cantik sekali kamu, Sayang...." Pemandangan ini baru pertama kali di lihatnya. Regan tak menyangka, gadis kecil yang dulu seringkali di gendongnya, ternyata kini memiliki tubuh yang sangat indah. Kulitnya putih serupa pualam. Dalam keadaan nyaris polos, Salwa adalah boneka hidup yang menjebol gawang keimanannya malam ini. Gelombang hasrat di tubuhnya yang di picu oleh obat laknat itu telah sempu
Bab 86Gadis itu terdiam. Hanya air matanya yang kembali tumpah. Meskipun tidak pernah mengenal hubungan cinta dengan lelaki manapun sebelumnya, tetapi Salwa tidak polos-polos amat. Dia cukup mengerti apa efek yang di timbulkan apabila obat itu terminum oleh seseorang. Pilihan ini terasa sangat sulit dan ia bisa membayangkan perjuangan Regan untuk menahan semuanya hingga akhirnya bisa sampai ke apartemen ini. Akal sehatnya tentu saja tidak mungkin membiarkan Regan berhubungan dengan wanita manapun, kecuali dirinya. Yang jadi masalah, status mereka yang hanya sekedar sepasang kekasih, bukan suami istri. Apapun, ia tak bisa membenarkan perbuatan ini. Regan dan dirinya tetap saja salah. "Maaf." Kata-kata itu berulangkali Regan ucapkan. Dia sadar sepenuhnya, perbuatannya telah melanggar janji yang pernah ia ucapkan kepada gadis itu. Dia seperti menjilat ludahnya sendiri, yang katanya akan sabar menunggu dua atau tiga tahun lagi sampai gadis itu benar-benar siap untuk menjadi istrinya.
Bab 87 "Aku sudah berusaha semaksimal mungkin, Mom, tetapi Regan masih bisa lolos," bantah Chintya. "Itu cuma alasan kamu saja, Chintya. Nyatanya kamu memang tidak bisa menaklukan Regan!" Perempuan setengah baya itu kembali membentak putrinya. "Regan itu bukan lelaki sembarangan. Dia masih bisa mengendalikan diri meskipun berada di bawah pengaruh...." Chintya tidak melanjutkan ucapannya. Perempuan muda itu menatap sang mommy dengan hati yang terluka. Betapa tidak! Demi ambisi keluarga, yang untungnya masih sejalan dengan ambisinya, ia harus melakukan segala hal. Tak peduli benar atau salah. Di titik ini entah kenapa ia merasa hanya di jadikan alat keluarganya untuk merangkul Regan masuk ke dalam keluarganya. "Mommy tentu tahu, kan, bagaimana sepak terjangku menghadapi para lelaki? Aku ini wanita penakluk, Mom! Tetapi Regan bukan orang yang mudah ditaklukkan. Mommy mikir nggak sih, siapa Regan Itu? Meskipun berlimpah harta dan kekuasaan, ia adalah lelaki yang setia dengan pasangan.
Bab 88"Axel!" Regan seketika membeku. Kedatangan Axel di luar dugaannya. Apakah Axel sudah mengetahui apa yang sudah menimpa putrinya? Mengapa secepat ini Axel mendatanginya di apartemennya?"Mana Salwa?" tanyanya datar.Regan menatap intens lelaki itu. Wajahnya sama sekali tidak memancarkan aura persahabatan."Dia ada di kamarku," sahut Regan gugup. Di benaknya terbayang sesuatu yang mengerikan bakal menimpanya sebentar lagi.Axel menerobos masuk. Tubuhnya bersinggungan dengan tubuh Regan yang kekar. Gesekan badan yang seketika menimbulkan bara api yang sebentar lagi berkobar.Lelaki itu memasuki kamar Regan dengan tak sabar. Matanya langsung tertuju pada sesosok tubuh yang tergolek di pembaringan. Tubuh berbalut selimut yang tengah tertidur lelap.Axel memindai wajah putrinya yang terlihat sedikit pucat. Batinnya menjerit. Di rabanya kening gadis itu. Terasa panas menjalar di kulit telapak tangannya. Tampaknya ia menderita demam seusai peristiwa yang di alaminya tadi malam.Lelaki
Bab 89Masih dengan menggendong putrinya, Axel berlari kecil dari halaman parkir rumah sakit menuju ruang IGD. Kedatangannya di sambut oleh para medis yang langsung merebahkan gadis itu di brankar dan membawanya masuk ke dalam ruangan.Axel berdiri terpaku menatap putrinya hingga bayangan gadis itu lenyap di balik pintu. Di sandarkannya tubuhnya yang mendadak gemetar di dinding. Rasa penyesalan begitu mendalam lantaran telah gagal menjaga putrinya.Dulu ia gagal menjaga kehormatan Winnie dan Airin, karena dirinya sendiri yang tak bisa menahan hasrat lelakinya. Apalagi saat ia tinggal satu atap dengan Winnie. Lantas sekarang?"Kenapa kamu harus mengalami kejadian serupa dengan ibumu, Nak?" desah lelaki itu. Sudut matanya meluncur setitik air bening.Masih terngiang-ngiang ucapan Bunda Khadijah tempo hari. Perempuan renta itu jauh-jauh hari sudah memperingatkannya, agar Regan dan Salwa sebaiknya tidak tinggal satu atap lagi karena status mereka yang sudah berubah menjadi sepasang kekasi
Bab 90 "Pulang? Pulang kemana, Om? Daddy Regan belum datang...." Axel menatap putrinya dalam-dalam. Perasaannya campur aduk. Sebenarnya ia tak tega memisahkan kedua insan ini. Tapi membiarkan keduanya tinggal satu atap juga bukan solusi. Tidak menutup kemungkinan peristiwa seperti malam itu bakal terjadi lagi. Axel tak bisa membayangkan. Dia dan Regan sama-sama lelaki. Dan Axel tahu persis, bagaimana gairah lelaki seusia mereka. Dia harus mencegah, sebelum semuanya terlambat. Bagaimanapun sejarah yang melatarbelakangi kelahirannya, Salwa tetaplah darah dagingnya. Dan Axel berkewajiban untuk melindunginya. "Pagi ini kamu pulang ke apartemen Daddy dulu ya. Regan masih ada kegiatan. Dia tak bisa menjemput kamu...." "Tak biasanya seperti ini. Biasanya daddy Regan akan selalu menyediakan waktu untukku, sesibuk apapun," keluh Salwa. Dia menatap layar ponselnya yang masih menyala. Tak ada pesan atau panggilan dari lelaki itu. Axel hanya mengangkat bahu. "Mana Daddy tahu. Kami kan tidak
Bab 91Langkahnya perlahan mendekati jendela kamarnya. Di balik kaca ia mengintip pemandangan kota nan indah. Kota metropolitan dengan segala dinamikanya. Apartemen yang memjadi tempat tinggal Axel ini merupakan kawasan ekslusif dengan nilai investasi yang sangat fantastis. Hanya orang-orang yang memiliki kedudukan penting saja yang bisa tinggal disini.Sistem keamanannya pun sangat ketat. Tidak sembarang orang bisa masuk ke tempat ini dengan mudah, kecuali penghuni apartemen itu sendiri. Meskipun begitu, Axel tetap memberikan pengawalan ekstra untuk Salwa.Salwa tersenyum miris. Sejak keluarga Gunadi Wijaya mengetahui ia adalah putri biologis Axel, saat itu pula ia merasa gerak-geriknya seperti ada yang mengawasi. Menjadi anggota keluarga konglomerat yang tak di akui, justru membuat keamanannya terancam.Seandainya ia tahu lebih awal, tidak mungkin ia sudi berurusan dengan mereka. Lebih baik ia selamanya tinggal di panti asuhan dan menemani bunda Khadijah seumur hidupnya, menjadi sese