Share

Nyatakan Cinta

Kak Erlan kembali menanyakan apakah aku mau jadi pacarnya? Aku bingung dan tak tahu harus jawab apa.

"Kok diam, Dee?" tanyanya sambil mengelus punggung tanganku.

Refleks aku melihat padanya. Kak Erlan mengunci pandanganku. Seperti mencari jawaban dari manik hitamku.

"Shasa!" Aku langsung menarik tanganku yang dari tadi dielus-elus Kak Erlan.

Saat aku menoleh ternyata Fina dan Wulan, teman sekelas dan satu komplek dengan.

"Hao Fin, Lan," sahutku sambil tersenyum.

Mereka berdua pasti akan mengintrogasiku habis-habisan karena melihat aku berdua dengan cowok di halte seperti ini.

"Kamu ngapain di sini, Sha?" tanya Fina kemudian.

"Tumben banget nongkrong di halte," Wulan ikutan bertanya.

"Aku —" Belum sempet menjawab pertanyaannya, Wulan dan Fina langsung beralih pada Kak Erlan yang duduk di sebelahku. 

"Ini siapa Sha?" tanya Wulan dengan memasang senyum manis.

"Iya, Shasa enggak asik nih, punya temen ganteng enggak dikenalin sama kita!" Fina ikutan cengar-cengir pada Kak Erlan.

Kak Erlan terlihat cukup tenang dan tersenyum pada mereka. Padahal aku sedang kebingungan kasih jawaban jika mereka bertanya siapa Kak Erlan ini.

"Ini Kak Erlan," ucapku memperkenalkan Erlan pada mereka.

Fina dan Wulan bergantian bersalaman dengan Kak Erlan.

"Kakak ini mahluk dari planet mana?"  Fina mulai absurd. 

Kak Erlan terlihat bingung dengan pertanyaan Fina.

"Mana ada manusia planet ganteng kebangetan kek gini, Marimar!" sela Wulan. "Manusia planet itu alien yang mukanya enggak berbentuk," lanjut Wulan lagi.

"Soalnya di bumi aku baru nemuin yang model begini," kata Fina lagi.

"Kalian berdua apaan, sih," potongku menghentikan perdebatan mereka.

"Fina tuh, kebiasaan enggak bisa lihat yang bening dikit," sindir Wulan.

"Kamu juga sama, wew!" balas Fina.

"Kamu dari mana Sha, berduaan sama Kak Erlan?" tanya Wulan, sepertinya mereka beneran penasaran.

"Tadi kakak abis antar Delisa cari buku." Kak Erlan menjawab pertanyaan Wulan. 

"Ohh!" seru mereka bersamaan.

"Besok gantian anterin aku, ya, Kak," ucap Wulan dan langsung mendapat toyoran dari Fina.

"Kalian berdua dari mana?" Gantian Kak Erlan yang bertanya pada mereka.

"Latihan paskbira di sekolah," jawab Fina.

"Latihan yang giat. Biar jadi paskibraka tingkat Nasional," ucap Kak Erlan.

"Ahsiapp!" sahut Fina dan Wulan bersamaan.

"Ayok pulang Fin, aku capek banget, nih!" ajak Wulan.

"Skuylah," sahut Fina. "Kak, kita pulang dulu, ya," pamit Fina pada Kak Erlan.

"Hati-hati, ya," sahut Erlan sambil tersenyum.

"Sha, kita duluan, ya." Gantian mereka pamit padaku.

"Iya, sampai nanti," sahutku.

"Temen-temen Kamu lucu, ya," ungkap Kak Erlan saat Fina dan Wulan sudah meninggalkan kami.

"Emang mereka badut apa dibilang lucu!" Kak Erlan malah terkekeh mendengar protesku.

"Kak, aku pulang, ya," kataku sambil berdiri. Kak Erlan malah menarik tanganku sehingga membuatku terduduk di pangkuannya.

Muka kami saling berhadapan dengan jarak yang begitu dekat. Ia mengunci netra, detak jantungku seperti alunan musik disco, berada di posisi seperti ini.

Aku mendorong dada Kak Erlan, lalu kembali berdiri. Sementara senyum tak lepas dari wajahnya.

"Maaf ya," ucapnya tulus.

"Aku pulang dulu, takut keburu hujan," pamitku lagi.

"Yakin enggak mau kakak antar sampai rumah?"

"Enggak usah Kak, sudah deket kok."

"Hati-hati, ya."

"Kakak juga hati-hati pulangnya. Kabarin kalau sudah sampai rumah."

"Dee, kamu masih punya hutang sama kakak." Mendengar ucapan Kak Erlan aku yang akan melangkah kembali menoleh padanya.

"Hutang apa Kak?" tanyaku bingung.

"Mau jadi pacarku apa enggak?"

Tanpa memedulikan ucapan Kak Erlan aku langsung berlari kecil meninggalkannya. Setelah menyebrang aku menoleh padanya. Ia masih berdiri di halte dan tersenyum manis untukku.

***

Baru saja akan memejamkan mata, pintu kamarku diketuk.

"Dek ...." Suara Bang Reno memanggil.

"Sebentar, Bang," sahutku kemudian beranjak untuk membukakan pintu.

"Lagi ngapain?," tanya Bang Reno begitu muncul di balik pintu.

"Mau tidur," jawabku kembali berjalan ke tempat tidur.

"Tumben amat masih sore sudah mau tidur!" Bang Reno ikutan naik ke tempat tidurku.

"Cape, Bang," kataku. "Abang ngapain ke sini? Tumben amat, pasti ada maunya!" Tebakku membuat Bang Reno mengacak rambutku pelan.

"Emang enggak boleh abang masuk ke kamar adeknya?" 

"Enggak ada larangannya juga, sih. Tapi —" Tiba-tiba Bang Reno menutup wajahku dengan bantal.

"Abang!!" 

Bang Reno malah terkekeh geli. Dari dulu ia memang paling senang menggangguku. Kata Bunda sewaktu aku lahir ia sering merasa cemburu. Mungkin karena jarak kelahiran kami yang lumayan jauh. 

Walau cemburu ia tetap perhatian denganku. Bila Bunda sedang sibuk dan aku menangis Bang Reno langsung menghampiri dan berusaha mendiamkan tangisku.

Sampai sekarang pun Bang Reno masih seperti itu. Sering sekali mengajakku bertengkar tapi di balik itu semua ia sangat sayang dan perhatian denganku.

"Abang tadi dari mana?" tanyaku.

"Biasa jemput Siska," jawabnya percaya diri.

"Siska siapa lagi?" 

"Gebetan baru, dong!" jawabnya. "Nih orangnya." Bang Reno menunjukkan foto seorang gadis yang ada di ponselnya.

"Masih cantikkan aku," kataku yang membuat Bang Reno mendengus sebal.

"Cantikkan kamu, tapi banyakkan dia," ejek Bang Reno padaku.

"Dasar Abang durhaka!" umpatku sambil mencubit pinggangnya.

"Sakit Dek!" Bang Reno merintih sambil mencoba melepaskan tanganku yang mencubitnya.

"Bang, kalau aku punya temen dekat boleh enggak?" tanyaku hati-hati.

"Temen dekat gimana dulu, nih. Cewek atau cowok?" Bang Reno malah balik bertanya.

"Itu kek Abang sama Siska," jawabku pelan.

"Kamu baru ditembak cowok, ya?" tanya Bang Reno penuh selidik.

"Ishh, apaan, sih Abang!" Refleks aku menutup wajah Bang Reno dengan bantal.

"Nah, kan. Suruh ke rumah itu cowok kalau suka sama kamu," kata Bang Reno. "Kalau sampai abang nemuin kamu janjian di pinggir jalan sama cowok. Bakal abang hajar itu cowok!" 

Meski mengucapkannya sambil tersenyum aku tahu Bang Reno tidak sedang main-main. Aku paham karena ia tidak mau adiknya kenapa-napa. Ia hanya ingin melindungiku.

"Sudah sana Bang, aku mau istirahat," ucapku sambil mendorong tubuh Bang Reno.

"Dih, enggak sopan banget punya Adik. Masa bang sendiri diusir-usir," ujar Bang Reno.

Aku terus mendorong tubuhnya sampai keluar kamar, dan langsung menutup pintu. Meski pun masih terdengar suara protes bang Reno dari luar.

"Awas, Dek. Besok sekolah enggak abang anterin!" teriak Bang Reno.

"Biarin nanti aku minta anter ayah aja," sahutku dari dalam sambil terkekeh geli membayangkan wajah Bang Reno.

Sepertinya Bang Reno sudah beranjak ke kamar. Tidak ada lagi suara gaduh di luar kamar. Ponsel yang aku letakkan di nakas berdering. Panggilan masuk dari Kak Erlan.

"Dee, maaf baru kasih kabar. Tadi ponselku kehabisan daya," ucap Kak Erlan begitu panggilan tersambung.

"Iya, Kak. Enggak apa-apa," sahutku.

"Kamu lagi apa?"

"Baru mau tidur. Barusan abis ngobrol sama abang."

"Pasti abis ngobrolin aku, ya?"

"Dih, percaya diri sekali anda!"

Terdengar kekehan kecil dari sebarang.

"Kapan kakak dikenalin sama keluarga kamu?"

"Belum saatnya."

"Memang kapan saatnya?"

"Kalau Kakak sudah siap meminangku!"

Refleks aku langsung menutup mulut dengan punggung tangan, begitu menyadari apa yang baru saja aku ucapkan.

"Jadi maunya langsung dilamar, ya. Oke kapan pun kakak siap buat ngelamar kamu."

"Dih, Kakak, apaan, sih. Aku cuma bercanda kok. Enggak serius."

"Emang enggak mau diseriusin?"

Gawat ini, aku terjebak ucapanku sendiri. Padahal aku cuma bercanda. Kenapa Kak Erlan jadi tanggapinnya serius.

"Kak, Sudah dulu, ya. Aku ngantuk mau tidur." Akhirnya aku mengalihkan pembicaraan. Walau sejujurnya aku masih ingin berlama-lama ngobrol dengannya.

"Doain kakak lulus kuliah langsung dapat kerja, jadi bisa langsung halalin kamu." Apa yang dikatakan Kak Erlan barusan mampu membuat desiran halus di hatiku.

Cinta, apa mungkin kau datang tanpa permisi. Kau hadir hanya dari sebuah kebersamaan dalam dunia maya. Yang di dalamnya tercipta sebuah asa berharap untuk nyata.

Cinta online mungkin menjadi cinta abadi dan selamanya, biarlah waktu yang menjawabnya.


Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status