"Katakan!!"Dorrr!!Aaron terkejut dengan suara tembakan dan pria berjubah tiba-tiba ambruk di hadapannya dengan luka tembak di keningnya. Aaron menjauhkan tubuhnya dari pria yang kini berlumuran darah."Sial!!" umpat Aaron."James kalian bereskan kekacauan ini." Ucapannya di sambungan teleponnya tanpa menunggu seseorang menjawab perkataannya kini telah putus.Aaron dengan cepat meninggalkan lorong kampus. kali ini ia ingin tahu apa yang terjadi dengan Cia dan siapa sebenarnya Amar yang tiba-tiba datang, bukan untuk kali ini saja tapi juga untuk kesekian kalinya Amar akan hadir di saat yang tepat."Tuan anda tidak apa-apa?" tanya salah satu pengawal Aaron."Antar aku ke kantor, tapi sebelum itu kita kerumah Cia." Kata Aaron tanpa menoleh kearah supir sekaligus pengawalnya. Tiga puluh menit mobil telah berhenti di depan rumah sederhana milik Cia, tidak ada pergerakan yang mencurigakan namun ada hal yang membuat Aaron mengepalkan tangannya. Cia begitu terlihat bahagia saat bersama deng
Pertemuan tanpa sengaja di salah satu parkiran supermarket mampu membuat hati Cia kembali terluka bibirnya mengatakan benci namun jauh di dalam hatinya ia sangat mencintai Aaron. setelah menyelesaikan pekerjaannya Cia hanya duduk memperhatikan rumah sederhana yang ia tinggali seorang diri, keinginan untuk meninggalkan rumah yang kini telah ia tempati sudah ia pikirkan jauh sebelum ibunya meninggal. namun cinta dan perhatian Aaron dan bukti jika kerusakan yang terjadi di rumahnya bukanlah Aaron pelakunya melainkan orang lain, namun sayangnya cinta yang di miliki Cia telah menghancurkan segalanya sang ibu telah meninggal dan cintanya telah kandas tidak mungkin ia akan tetap bertahan dengan kehidupannya saat ini. "Apakah aku harus menyerah?" ucapnya lirih."Cia!" suara seseorang memanggilnya di barengi dengan suara ketukan pintu menyadarkan Cia yang telah duduk di ruang makan, wajahnya yang berada di atas meja mendongak karena terkejut. dengan langkah panjang Cia kearah pintu untuk meli
Cia Hanya berdiam diri di salah satu kamar tamu yang mewah milik Aaron. Cia merebahkan tubuhnya yang terasa lelah setalah semalaman harus begadang karena membuat pesanan kue yang jumlahnya tidak sedikit. bukan hanya itu namun pekerjaan lain yang harus ia pikirkan sebelum ia kembali kuliah namun semuanya akan hilang setelah ia tinggal di kediaman pribadi Aaron laki-laki yang membuatnya seperti tahanan. bahkan saat ini ia pun selalu diikuti oleh seorang wanita yang selalu siaga di belakangnya, tidak tahu harus berterima kasih atau bahagia atau sebaliknya melihat sikap Aaron padanya saat ini."Nona sudah malam, sudah waktunya ada untuk makan malam." Kata wanita dengan seragam hitam dengan rambut yang di kuncir kuda dan alat yang selalu menempel di telinganya dan senjata yang tidak pernah lepas dari balik bajunya membuat Cia merasa takut jika harus berdekatan dengan anak buah Aaron."Apa!! sudah malam?" Cia yang terkejut jika waktu sudah malam, ia hanya merebahkan tubuhnya hanya beberapa
"Tuan Cia melarikan diri." "Apa. bagaimana bisa Cia melarikan diri?" geram Aaron. mendengar kabar jika Cia melarikan diri."Aaarrggghhh!! Cia." Aaron memukul pintu mobil dengan keras, tidak memperdulikan jika tangannya terluka akibat pukulannya yang cukup keras."Apa yang akan kita lakukan sekarang? Cia atau markas yang akan kamu selamatkan terlebih dulu?" pertanyaan terlontar dari Rion yang berada di sampingnya. Aaron tidak akan gegabah untuk menyelamatkan Cia, ia yakin saat ini Amar akan menjaganya. walau ia mengunakan Cia sebagai senjata untuk memancingnya keluar. sebagai ketua ia tidak akan gegabah untuk meninggalkan keadaan yang saat ini genting karena ulah Amar."Kita ke markas sekarang." Ucap Aaron tanpa memperdulikan anak buahnya ia lebih dulu masuk kedalam mobil dan melajukan dengan kecepatan penuh.****Aaron menghentikan mobilnya tepat di depan bangunan yang terlebih seperti gudang jika tampak dari luar berbeda saat melihat keadaan di dalamnya. Aaron menghela napasnya mel
"Aku akan memberikan Cia padamu, jika kamu menyerahkan kursi kekuasaan itu padaku. bagaimana?" "Hahaha.. kamu berani meminta kursiku? Amar Quennel putra angkat Rainer Quennel seorang pria tua yang memiliki ambisi untuk menduduki kursi ketua. dengan berbagai cara untuk menyingkirkan diriku, bahkan tidak segan-segan mengunakan dirimu untuk melawanku. Amar, kamu tidak tahu siapa ayah angkat kamu jadi lebih baik kamu dengarkan apa yang aku katakan padamu," Aaron menghentikan ucapannya menatap datar laki-laki di depannya yang terkejut dengan kata yang di lontarkan olehnya."K– kamu?" Amar menggeleng cepat senyum getir dan kekecewaan yang terlihat dari sorot matanya. tidak mampu ia sembunyikan dari Aaron."Kenapa kamu terkejut mendengar kata-kata ku? Amar aku tahu siapa kamu yang sebenarnya, kamu tidak usah berpura-pura lagi di hadapanku." Kata Aaron ekspresi yang datar dan tenang membuat Amar menatap dingin padanya. ingatannya kembali dengan kejadian dua puluh tahun yang lalu dimana ia me
"Tidurlah," satu kata yang diucapkan oleh Aaron pada Cia. wanita yang ini berada dalam gendongannya. Aaron meninggalkan kediaman Amar yang disewa olehnya untuk menyekap Cia. namun pada saat Aaron berada di ambang pintu tiba-tiba berapa pengawal dari Amar menyerangnya secara bertubi-tubi, dengan sigap Aron menghindar untuk melindungi Cia yang terbangun karena pergerakannya."A– Aaron," ucapnya terbata."Jangan takut, tidak akan terjadi apapun padamu." Kata Aaron mendekap tubuh Cia dengan erat. Aaron menatap dingin empat pria di depannya dengan tatapan dan seringai menyeramkan."Majulah kalian bersama. aku tidak ada waktu jika harus meladeni kalian satu-satu." Kata Aaron dingin. tatapannya tidak lagi teduh dan menghangat pada pengawal Amar. saat melihat sofa kecil Aaron berlahan mendekat menidurkan tubuh Cia yang bergetar karena takut."Aku tidak mau jauh dari kamu Aaron. aku takut mereka melukaiku dan juga kamu," ucap Cia lirih. tangannya tidak melepaskan genggaman pergelangan tangan A
Sementara itu Rion yang saat ini memilih untuk menemui Kinanti yang terbaring di rumah sakit. Sudah lama ia mencoba untuk menyembunyikan perasaannya terhadap Kinanti. Wanita yang di pilih menjadi pengawal rahasia Cia walau berapa kali harus mengalami percobaan pembunuhan, namun dengan kepandaian yang ia miliki mampu melepaskan diri dari para musuh yang ingin menyingkirkan dirinya dan untuk mendapatkan Cia sebagai senjata untuk menyerang Aaron. Rion menatap wanita yang kini terbaring lemah di atas tempat tidur pasien wajahnya yang pucat tidak menutupi kecantikannya yang alami. "Kamu ada disini?" suara lirih namun terdengar lembut menyadarkan lamunan Rion."Apakah kedatanganku mengganggumu?" tanya Rion."T– tidak, ada apa?" "Kenapa kamu balik bertanya? aku ingin melihat kondisi kamu. Tapi kamu bertanya padaku." Kata Aaron. Ia menarik kursi dan duduk di samping tempat tidur."Aku tidak apa-apa, bagaimana dengan Cia apakah dia mengalami luka? aku tidak tahu apa yang terjadi jika Cia tid
Di tempat yang berbeda seorang laki-laki menatap rumah mewah yang menjadi saksi bisu pertumbuhan dirinya bahkan sejak dia kecil hingga saat ini rumah mewah yang di tempati oleh ayah angkatnya menjadi rumah ternyaman untuknya. Namun saat ini ia merasa sesuatu yang sulit ia ungkapan dalam kata-kata. Sesaat ia terdiam sampai seseorang menyadarkan dari lamunan."Tuan muda, anda di tunggu oleh Tuan besar di ruang kerja." Kata salah satu pria yang berbadan besar. Tuan muda adalan panggilan untuknya. Sejak kecil saat ia datang di kediaman Rainer Quennel seorang mafia yang terkenal dengan kelicikan dan ambisi dimana ia akan melakukan apapun demi tujuannya tercapai. Tidak peduli jika akan menghabisi nyawa orang lain sekalipun."Hum," Amar melangkah dengan cepat untuk menemui ayah angkatnya. Banyak hal yang ingin ia ketahui tentang kejadian yang merenggut nyawa kedua orang tuanya."Halo boy, kamu sudah datang? Kamu tahu ayah sudah lama menunggu kamu. Tapi kamu lambat dua puluh menit. Cepatlah