"Ameera!!""Jaga ucapanmu! Kamu pikir siapa dirimu hah!" Kemarahan Aaron tidak terbendung lagi, saat wanita yang sangat ia cintai mendapatkan perlakuan tidak baik. "Aaron, kamu lupa dengan janjimu? Kamu bilang akan menikahi aku. Tapi apa yang aku dapatkan sekarang? Kamu akan menikahi wanita seperti dia, kamu jahat Aaron!" Ameera memukul Aaron, beruntung Agam tidak ada bersama dengan mereka, mati lebih dulu meminta pada pelayan untuk membawanya pergi lebih dulu sebelum pembicara yang penting."Janji? Kamu bicara apa Ameera, aku menyelamatkan dirimu. Janji yang aku ucapkan bukan untukmu Ameera, tapi untuk Cia wanita yang aku cintai.""Cia duduklah, aku ingin kamu mendengar langsung dariku," Aaron menarik napasnya sebelum ia memulai mengatakan yang sebenarnya pada Cia. Mengingat pernikahannya yang hanya menghitung jam, Aaron dengan tegas mengatakan siapa Ameera sebenarnya."Ameera, Aku tidak tahu sampai kapan kamu akan membohongi keluargaku. Terlebih pada wanita yang akan aku nikahi ta
"Aaron Ramsey, kau harus mati!!" suara menggelar bersamaan dengan suara dan teriakan para tamu undangan. Aaron berlari membawa tubuh Cia meninggalkan pelaminan, di ikuti dengan kedua orang tuanya."Sayang kamu tetap disini, jangan meninggalkan tempat ini sebelum aku datang. Kamu akan aman bersama orang tuaku," ucap Aaron menangkup wajah Cia yang terlihat pucat."A– Aaron, aku takut," Cia menggenggam tangan Aaron erat. "Jangan takut, semua akan baik-baik saja. Tetaplah bersama dengan Mama dan ayah," Aaron mengecup kening Cia dan beralih pada kedua orang tuanya."Pergilah, ayah akan menjaga istri dan Mama. Mereka akan aman bersama dengan ayah," ucap David."Ayah aku menyiapkan berapa pengawal disini, lagi pula tempat ini tidak ada yang tahu selain Rion dan James." "Pergilah, selesaikan semuanya dan kembali bersama kami secepatnya." "Mama tahu semuanya, pergilah nak," Aaron meninggalkan kedua orang tuanya bersama dengan wanita yang baru saja menjadi istrinya. Ia kembali keluar denga
"Cia bangun sayang, bukankah hari ini pertama masuk sekolah? Lihatlah sudah jam enam pagi," Sinta membangunkan putri tunggalnya yang terlihat bermalas-malasan di atas tempat tidur, sebagai seorang ibu dirinya menyadari betapa lelah putrinya yang harus membantunya bekerja paruh waktu. Gedebug !!! "Argh!!"Terdengar suara benda jatuh diiringi suara teriakan membuat Sinta kembali ke dalam kamar putrinya. Tanpa mengetuk pintu, Sinta menghambur kedalam kamar. Terlihat Cia yang mengelus bokongnya yang terasa sakit, hal yang membuat Sinta tersenyum melihat putrinya yang mengerucutkan bibirnya. "Sayang. Kenapa kamu sampai jatuh nak?"Sinta mendekati Cia yang masih mengelus bagian yang terasa sakit. "Tidak. Bu, uem.. tadi Cia hanya terburu-buru jadi tidak liat jika kakiku terlilit selimut." Ucap Cia. Dan bergegas meninggalkan ibunya yang dengan setia menunggunya di kamar dan membantunya bersiap. "Cia, Cia selalu seperti ini,"ucapnya dengan gelengan kepala."Sayang, sebaiknya kamu memakai
Setelah mendapat perintah dari sekertaris yang bernama Jessika. Cia bersama temanya berlari mengelilingi lapangan basket. Berapa siswa memandang Cia dan Anna yang berlari dengan membawa bunga untuk di berikan pada pria yang di jumpainya setiap mencapai putaran. "Cia, kau kenapa?" Anna melihat wajah Cia yang terlihat pucat. "Aku, tidak apa-apa,"Ucapnya dengan suara pelan. Saat putaran terakhir dan bunga terakhir yang akan di berikan pada orang tanpa sengaja. Cia menabrak punggung pria yang di depannya. "Kak, ini untuk m– u," Ucapnya dengan terbata-bata, tidak berapa lama tubuh Cia ambruk dalam pelukan pria yang tidak lain adalah Aaron. "Kenapa harus ketemu dia terus, benar-benar membuat sial," ucapnya dalam hati. Namun dengan sigap ia membawa Cia ke ruang UKS untuk mendapat perawatan. "Dok, kenapa dengan gadis itu?" tanya Rion yang berada di samping Aaron. "Dia, hanya kelelahan dan sepertinya dia memiliki mag. Itu sebabnya dia pingsan karena perutnya kosong," Ucap dokter yang ber
Pagi yang cerah, seperti biasa kesibukan terlihat di kediaman Cia. Sinta bunya yang berjualan kue di kios yang berada tidak jauh dari tempat tinggalnya, kini sudah disibukkan berbagai bahan kue yang siap untuk di olah. "Ibu, apakah ada pesanan hari ini? Kenapa ibu sibuk sepagi ini?" tanya Cia yang tengah menyiapkan sarapan pagi. "Iya, sayang. Kau tau ibu Rosa memesan banyak kue hari ini, katanya nanti malam ada acara arisan,"Cia menganggukkan kepalanya, kue buatan ibunya memang terkenal enak, itu sebabnya banyak orang yang memesan kue padanya. "Biar Cia bantu Bu," ucap Cia. "Tidak perlu sayang, bukankah kau harus sekolah? Ingat jangan kesiangan seperti kemarin, Ibu tidak ingin kau pergi tanpa sarapan di rumah," kata Sinta mengingatkan putrinya agar tidak terjadi seperti kemarin, dengan lembut membelai rambut putrinya. "Baik Bu,"Cia meninggalkan ibunya yang tengah menyiapkan bahan kue yang akan di buatnya. Di kamar, setelah membersihkan tubuhnya dan memakai seragam sekolahnya. Ci
Hari berlalu dengan cepatnya. Dua bulan sudah Cia sekolah di Maria School, selama itu juga tiada hari tanpa bully yang di terimanya. Walau lelah dan rasa sakit yang di rasakan. Namun tidak membuatnya untuk menyerah. Tepat hari ini dimana para siswa melakukan kegiatan di luar sekolah. Semua siswa baik itu laki-laki ataupun perempuan berdiri di tengah-tengah lapangan. "Pengumuman!"Suara Rion membuat para siswa berdiri tegak dan memusatkan pandangan dan telinga mereka. "Hari ini, bertepatan dengan hari jadi Maria School, maka dari pihak sekolah mengadakan kegiatan belajar di luar ruangan," ucapan Rion terhenti ketika teriakan siswa yang memenuhi lapangan. "Horeee!!"Teriak semua siswa, namun tidak dengan tiga gadis yang berada paling belakang. "Cia, apakah kau akan mengikuti acara belajar di luar ruangan ini?" tanya Anna, namun di jawab dengan gelengan kepala oleh Cia bersama Cika bersamaan. "Diam semua!"Suara teriakan Rion kembali terdengar kali ini lebih tegas dan seketika suar
Aaron mencari kunci di dalam tas, untuk membuka gembok pintu gudang. Tidak berapa lama akhirnya dia berhasil membukanya. Suasana yang gelap membuat Aaron kesulitan mencari keberadaan Cia. "Sialll!! Kenapa gelap begini. Bukankah masih siang?"ucap Aaron, langkah kakinya semakin jauh kedalam namun ia tidak menemukan keberadaan Cia. Karena kondisi yang gelap membuat Aaron kesulitan untuk bergerak. Kakinya yang melangkah ke balik tumpukan bola basket yang sudah tidak terpakai. Setelah mencari keberadaan Cia di gudang tidak ada, Aaron berniat keluar namun saat kakinya melangkah tiba-tiba tersandung sesuatu di bawahnya. "Apa ini?" Aaron kembali menyalakan lampu ponselnya. Alangkah terkejutnya saat melihat kebawah tubuh Cia tergeletak tidak berdaya. "Cia!" Seru Aaron saat melihat wajah gadis yaang tergeletak tidak sadarkan diri dengan tubuh yang basah. "Cia, bangun!"Aaron memanggil Cia. Hingga berapa kali menepuk pipinya namun tidak ada respon darinya. Entah dari mana ide yang muncul d
Sinta yang memasuki kamar putri tunggalnya. Banyak pertanyaan yang ingin dia tanyakan tentang semalam yang dia di antar oleh seorang lelaki. Saat Sinta melihat Cia yang sudah rapi dengan seragam sekolah, Sinta mendekati."Sayang, ada yang ingin ibu tanyakan padamu?"Cia menoleh pada ibunya yang tengah duduk di pinggir tempat tidur. "Apa ibu akan menanyakan tentang semalam?" Ucap Cia. "Iya sayang, katakan kenapa kamu di antar oleh pria itu?" Cia tersenyum memandang wajah ibunya. "Bu, dia kak Aaron. Ketua osis di sekolah Cia. Dan untuk alasan kenapa Cia pulang terlambat itu karena Cia ada tugas di luar urusan sekolah Bu, maaf tidak bisa memberikan kabar pada ibu,"Pengakuan Cia membuat Sinta mengerutkan keningnya. "Katakan Cia?" Sinta yang penasaran, akhirnya mendesak Cia untuk menceritakannya. "Bu, hari ini sekolah Cia sedang merayakan hari jadi Maria School. Sehingga para siswa akan melakukan pelajaran di luar ruangan, dan untuk acaranya nanti malam,"Cia menyentuh tangan Sinta le