Sore harinya, setelah selesai bekerja—sebelum para rentenir kembali datang, Richard bergegas untuk pergi ke toko emas. Semalaman ia tidak bisa tidur dengan tenang memikirkan koin yang secara tidak sengaja ia temukan. Harapannya semakin membesar jika yang ia temukan memang betul sebuah koin emas. Jika memang benar, maka coin itu akan bisa sedikit membantunya untuk bertahan hidup.
Sesampainya di toko perhiasaan, Richard disambut oleh penjaga toko dengan tatapan sinis dan penuh kecurigaan. Mungkin karena pakaian yang ia kenakan dan kewaspadaannya terhadap para rentenir yang mungkin bisa mengikutinya. Richard hanya berubah berhati-hati dan waspada, tapi tampaknya pria paruh baya yang memiliki wajah autentik dengan mata yang sipit, menatapnya dengan intens.“Ada yang bisa saya bantu?”“Bisakah anda memeriksakan logam ini?” tanya Richard sambil memberikan koin tersebut pada penjaga toko.Pria bermata sipit itu masih terdiam menatap dengan kecurigaan seakan sedang mengatakan jika Pria yang mengenakan mantel berwarna hitam dan topi hitam mungkin seorang penjahat yang berniat mencuri di tokonya. Namun kecurigaannya perlahan mereda saat melihat sebuah logam emas berbentuk koin yang tampak begitu unik. Rasa penasaran membuat nya langsung memakai kacamata agar bisa melihatnya dengan jelas.“Bagaimana ada bisa mendapatkan ini?”“Kau tidak perlu tahu. Apakah logam itu emas?” tanya Richard.Pria pemilik toko tampak tidak terima dengan jawab sarkas Richard hingga kemudian kembali meletakkan koin itu sambil berkata, “Bukan, ini hanya logam biasa.”“Apa? Apa anda yakin?”“Tentu. Tapi jika dilihat koin ini tampak sangat unik. Apa anda mendapatkanya dari pacar barang antik? Atau pasar gelap? Ini seperti uang zaman dinasti …” ucapnya tampak begitu bersemangat saat menatap kembali koin tersebut.Namun Richard langsung merampas koin itu dari tangan pria bermata sipit yang sudah bersikap tidak sopan dengannya hanya karena melihat penampilannya.“Bukan urusanmu.” ucap sinis Richard yang kemudian membalikkan tubuhnya—melangkah untuk pergi mencari toko lain.“Bisakah kau menjualnya padaku?”Pertanyaan tersebut seketika membuat Richard menghentikan langkahnya—terdiam beberapa saat. Tampaknya pria itu seakan mengetahui tentang koin unik yang ada di tangannya saat ini. Hal itu menandakan jika koin emas yang ia temukan bukanlah sembarang koin biasa.Richard membalikkan kembali tubuhnya sambil berkata, “Kenapa? Kenapa saya harus menjualnya pada anda?”“Saya seorang kolektor barang antik. Ini pertama kalinya saya melihat koin logam emas seunik itu? Jika kau menjualnya padaku, akan aku berikan harga yang kau mau.” ucap pria pemilik toko dengan begitu santai dan tenang.Namun sikap pria itu membuat Richard merasa ada yang tidak beres dan sedikit mengganjal. Pria bermata sipit itu sangat mencurigakan. Toko emas yang Richard datangi bukalah sebuah toko yang besar. Hanya sebuah toko emas kecil yang sederhana. Memang ia melihat beberapa barang-barang antik yang terpajang di setiap sudut dan dinding toko. Namun entah mengapa perasaannya seakan mengatakan pada dirinya sendiri untuk tidak ikut campur dengan seseorang yang terlihat tenang, rapi dan sederhana.“Sepertinya yang anda katakan benar. Di sini banyak sekali barang-barang antik. Tapi saya tidak akan menjualnya” ucap Richard.Pemilik toko itu tampak menyeringai sambil berkata,“Bukankah anda datang karena membutuhkan uang? Jika koin itu adalah emas, kau akan menjualnya padaku bukan?”“Ya, memang benar. Tapi sepertinya aku mengurungkan niatku.” ucap Richard dengan nada meledek untuk memprovokasikan pemilik toko itu.“Saya akan berikan 1 juta dolar jika kau menjualnya pada saya,” ucap pria pemilik toko, mencoba menawarkan sejumlah uang yang begitu besar hanya untuk sebuah logam lama yang tampak tidak berharga.Hal itu membuat kedua mata Richard membesar—terkejut mendengar jumlah nominal uang yang ditawarkan. Beberapa saat ia sempat terlena dengan uang, namun instingnya seakan mendorongnya untuk tidak dengan mudah memberikan coin itu pada pemilik toko. Sungguh sangat mustahil seorang pemilik toko emas sederhana memiliki uang sebanyak itu. Kecurigaan Richard semakin kuat jika pemilik toko bukankan orang biasa.“Satu juta dolar? Wow, sungguh menakjubkan!” ucap Richard dengan nada bicara yang datar tanpa ekspresi.Raut wajah pemilik toko terlihat kesal—terpancing dengan ucapan Richard yang sengaja meledek keseriusannya.“Kau sungguh yakin dengan ucapanmu?” tanyanya.“Apa itu sebuah ancaman?” Richard bertanya balik.Pemilik toko tiba-tiba tertawa terbahak-bahak seperti sedang menonton sesuatu yang sangat lucu padahal situasi saat ini tidaklah lucu melainkan penuh dengan ketegangan. Seperti sebuah perang dingin. Saling menyerang secara halus namun bisa melukai lawan.“Anda ini pria yang lucu ya …, saya suka dengan sikapmu.” ucap pemilik toko—masih terkekeh—menghapus air mata lantaran tertawa terlalu keras hingga air matanya keluar.Ekspresi wajahnya bisa begitu cepat berubah seperti seorang psikopat yang sering muncul dalam sebuah film. Aura gelap dan dingin mulai memenuhi ruangan saat pria pemilik toko itu terdiam sambil menatap lurus ke arah Richard. Tubuhnya merinding saat merasakan perasaan yang tidak nyaman. Mungkin ekspresi wajahRichard tampak begitu tenang. Namun tatapan matanya yang gemetaran—membuat tangannya pun ikut gemetaran.“Saya menawarkan anda uang yang cukup besar, tapi anda menolaknya? Uang sebesar itu bisa merubah hidup anda jauh lebih nyaman, bukan? Mungkin ini bisa menjadi kesempatan anda untuk merubah kehidupan anda? Saya yakin orang seperti anda tidak pernah melihat uang sebanyak itu, bukan?”“Tidak. Terima kasih atas kebaikan anda. Tapi sepertinya saya tidak akan menjual koin ini.” ucap Richard, merubah nada bicara jauh lebih sopan karena rasa takut.“Baiklah. Jika itu yang anda pilih. Semoga hari anda menyenangkan.” ucapnya sambil tersenyum penuh misteri.Richard terdiam beberapa saat mencoba memahami cara senyum dan tatapan pemilik toko itu yang membuatnya merasa seperti ada sesuatu yang menyeramkan. Sebelum terjadi sesuatu pada dirinya, Richard bergegas untuk pergi karena perasaan tidak nyaman yang begitu kuat seakan sedang ingin mengincar nyawanya.Pemilik toko langsung mengambil ponsel—menghubungi seseorang. Wajahnya tampak begitu serius seakan sedang merencanakan sesuatu untuk membalas pria asing yang sudah meremehkannya.“Dia sudah keluar, cepat tangkap! Ingat harus tangkap dia hidup-hidup!”Sambungan telepon pun langsung dimatikan setelah menurunkan perintah pada anak buah yang ia milik.Benar seperti dugaan Richard, jika pria bermata sipit itu memang bukanlah orang biasa. Penampilannya yang begitu sederhana sebagai seorang pejuang barang antik, barang bekas dan emas hanya sebuah penyamaran yang sempurna untuk menutupi identitas aslinya.Firasat buruk Richard benar terjadi.Saat Richard sudah berhasil keluar dari toko emas itu, beberapa orang secara diam-diam mengikutinya. Mungkin karena memiliki beberapa pengalaman selalu di serang oleh para rentenir secara diam-diam dari belakang, ia menjadi memiliki sedikit kepekaan terhadap situasi pengejaran.“Sial, kenapa mereka begitu banyak? Ada apa dengan koin emas ini?” gumam Richard berusaha untuk tetap tenang sambil menyusun rencana untuk melarikan diri.Mendengar suara Hanabi membuat Richard spoton langsung melepaskan pelukannya. Wajah Sarah yang masih tampak sangat terkejut, langsung menundukkan kepalanya—melanhkah jauh karena takut pada Hanabi yang merupakan istri dari majikannya.Hanabi masih terdiam menatap sinis setelah apa yang ia lihat dengan kedua matanya. Tidak ada kata yang bisa diucapkan lagi melihat kelakukan suami yang tidak pernah berubah walau kehilangan ingatan.“Kau sungguh hebat ya, baru saja keluar dari rumah sakit, berani-beraninya kau berpelukan dengan pelayan di depan mataku? KAU SUDAH GILA YA!”Sarah membentak—melupakan seluruh emosinya, dirinya merasa tidak dihargai sebagai seorang istri. Sarah melangkah dengan cepat ke arah Sarah, tanpa memberikan peringatan apapun, ia langsung memberikan sebuah tamparan yang sangat keras hingga Sarah tersungkur di lantai.“APA YANG KAU LAKUKAN?!”Richard terkejut melihat Sarah yang di tampar oleh wanita gila yang datang dengan penuh emosi. Tanpa sadar, Richard langsung meng
Tatapan Claire terdiam beberapa detik saat ia baru teringat akan suatu hal di kepalanya. Tangan dengan spontan langsung menepuk keningnya sendiri dan berkata, “Ah! Aku lupa. Sarah … wanita itu, wanita yang sedang dicari … aku baru ingat, dia sudah bekerja menjadi pelayan di rumah tuan Bryant ‘kan? Kenapa aku bisa melupakan itu?” John hanya menatap heran dengan kepanikan yang sedang Claire hadapi. Dirinya yang hanya bertugas sebagai pengawal jadi ia tidak begitu mengetahui semua yang terjadi. “Aku harus segera memberitahukan tuan Bryant.” Claire bergegas untuk kembali masuk kedalam ruangan namun John langsung mencegahnya. “Jangan!” “Kenapa?” “Kau tidak ingat. Tuan Bryant butuh waktu sendiri. Biarkan diri sendiri, besok aku akan memberitahukannya. Kau sibukan bukan, sudah sana cepat pergi.” ucap John. Claire merasa perkataan John memang benar. SItuasi saat ini yang terasa gaduh membuatnya sedikit kerepotan hingga ia menjadi sulit untuk berkonsentrasi. perfeksionis adalah sebuah k
Kedua bola mata John berputar saat dirinya di tatap begitu dekat oleh sosok Bryant yang tidak pernah melakukan hal itu. Bryant yang ia kenal sebelum terjadinya kecelakan, dia sosok yang sangat menjaga jarak. Mungkin karena otaknya terbentuk hingga hilang ingatan membuat sikap Bryant sedikit berubah. Richard langsung menjauhkan dirinya saat menyadari John yang merasa tidak nyaman dengan sikapnya. Dirinya lagi-lagi kehilangan akal untuk tidak bersikap ceroboh yang memicu kecurigaan. John adalah orang terdekat Bryant, dia pasti sangat memahami sifat dan kebiasaan Bryant. “Iya … Anda kehilangan koin itu,” jawab John. “APA?!” Secara tidak sadar Bryant berteriak karena terkejut akan nyatakan jika alasan Bryant hampir membunuhnya karena dia telah kehilangan koin yang begitu berharga. Sudah dipastikan jika Bryant memiliki alasan kuat mengapa dia begitu menginginkan koin dewa itu di saat hidupnya begitu sempurna. “Tapi … apa kau tahu tentang koin itu? Kau pernah melihat bentuknya seperti a
Hanabi baru saja bangun, ia terus memegangi kepalanya yang terasa sakit karena efek terlalu banyak minum wine. Terkadang ia selalu menekankan pada dirinya sendiri untuk segera berhenti minum namun saat dirinya berada di dalam tekanan, tanpa sadar bawa nafsu membawanya untuk kembali minum-minum walau pada akhirnya ia kembali menyesali perbuatannya sendiri.Tiba-tiba pintu kamar terbuka. Pelayan Katy masuk bersama dengan seorang dokter membuat Hanabi bingung.“Pagi. Nyona Hanabi. Anda sudah bangun,”“Pagi. Ada apa?” tanya Hanabi masih belum menyadari lukanya.“Tuan Bryant memanggil Dokter Smith untuk mengobati kaki anda yang terluka.”“Kaki?”
Setelah menyelesaikan susunan acara pernikahan, Hanabi sampai di depan kediaman rumah Bryant. Rumah mewah bergaya neoklasik yang begitu megah berukuran sekitar 25.000 kaki persegi. Hamparan taman hijau hingga ada kolam renang sepanjang 75 kaki. Semuanya berlatar belakang pemandangan panorama pusat kota Los Angeles dan Samudra Pasifik. Rumah yang luasnya 2 kali lipat dari rumah milik ayahnya. Saat melihatnya membuat Hanabi mulai memahami mengapa sikap Bryant begitu angkuh dan banyak sekali dari kelompok-kelompok mafia banyak yang segan dengan kelompok Laputa. “Pelayan …!” Satu panggilan yang bisa membuat beberapa pelayan rumah langsung bergegas menghampiri Bryant.
“Bantu aku untuk duduk …,”“Baik.”John segera membantu Richard untuk duduk bersandar pada tempat tidur yang otomatis menyesuaikan posisi Richard.“Ngomong-ngomong, seperti apa hubunganku dengan Hanabi? Dia bilang kami menikah karena kerja sama bisnis? Apa itu benar? Kami menikah bukan karena saling cinta?” tanya Richard.“Benar, Tuan. Aku memang tidak tahu pasti. Tapi saat itu anda bilang pada saya, jika hanya Hanabi yang boleh menikah dengan anda.”“Eh?”Mendengar jawaban aneh itu membuat Richard mengerutkan keningnya. Jawaban yang tidak masuk akal yang sekali lagi ia dengar.