Share

Chapter 5 - Persembunyian

“Aku harus segera menemukan cara untuk melarikan diri, mereka begitu banyak?"

Semakin jauh Richard berjalan, semakin banyak orang yang tidak dikenal mengikutinya secara diam-diam dari belakang. Jika ia tidak segera keluar dari perangkap ini mungkin ia tidak akan bisa keluar hidup-hidup.

Mencoba memutar otak—melihat jalanan sekitar yang tampak begitu ramai orang berlalu lalang. Tampak ada sebuah acara festival yang sedang berlangsung hingga membuat jalan tampak di penuhi dengan orang-orang yang mengenakan baju yang cukup unik.

Saat Richard merasa yakin akan rencana pelarian dirinya. Ia mulai berlari di antara banyak orang yang berlalu di piring jalan trotoar. Hal ini bisa membuat mereka terkecoh akan keberadaan dirinya di antara ratusan orang. 

Richard mempercepat langkahnya agar membuat para preman yang merupakan orang suruhan pemilik toko emas itu tidak bisa melihatnya. Rencananya berhasil membuat para preman itu jauh dari pandangan matanya.

Hari ini adalah malam natal. Akan ada sebuah karnaval yang setiap tahun digelar untuk merayakan natal. Banyak orang yang sudah menanti parade dengan berbagai kejutan di dalamnya.

Saat para preman itu sibuk mencari keberadaannya, Richard bergegas masuk ke sebuah jalan sempit yang diapit antara dua gedung tinggi. Ia sangat kenal dengan jalan tikus di sekitar sana. Jalan ini bisa mengatakannya langsung ke jalan dimana tempat ia mendapatkan Ramen gratis malam itu. Mungkin restoran Ramen itu menjadi tempat aman untuk dirinya bersembunyi.

“Akhirnya …”

Richard bisa bernafas lega setelah menemukan kedai Ramen milik pria tua yang sudah memberikannya makan gratis. Ia segera berlari mendekat sebelum para preman itu melihat dirinya. Berharap jika pintu kedai tidak dikunci oleh pemilik, karena saat ini Richard tidak memiliki tempat aman untuk bersembunyi kecuali kedai ramen yang sudah tampak usang ini.

Perlahan Richard membuka pintu. Matanya berkaca-kaca saat melihat sosok pria tua yang sedang menyapu di dalam, wajah Sang kakek tampak bingung dengan kehadiran Richard.

“Kau lagi? Mau apa kau kesini? Tidak ada ramen gratis, aku bisa rugi!” toloknya dengan keras.

“Berikan aku semangkuk ramen! Kali ini aku akan membayarnya!” ucap Richard.

“Benarkah!”

Awalnya Sang pemilik kedai tampak ragu, namun ia tersenyum sambil menatap Richat dengan lekat sambil berkata, “Masuklah! Akan segera aku buatkan!”

Sang pemilik kedai ramen langsung berjalan masuk ke dalam dapur untuk membuatkan semangkuk ramen.

Richard tersenyum lega lantaran pemilik kedai akhirnya mau menerima kedatangannya. Richard duduk di tempat yang saat pada malam pertama ia makan ramen secara gratis. Ini kedua kalinya ia masuk ke dalam kedai ramen yang masih tak sepi. Tampaknya ia menjadi pelanggan pertama yang membeli ramen.

“Kenapa kedaimu selalu sepi?” tanya Richard.

“Apa kau tidak lihat? Bahkan sebagian besar ruko disini bangkrut karena mall di depan jalan.” jawabnya dengan tangan yang sibuk membuat adonan mie.

“Kenapa anda tidak membuka kedai di dalam mall?” tanya Richard.

“Aku tidak punya banyak uang. Lagi pulang aku ini sudah terlalu tua untuk mendapatkan banyak pelanggan. Kenapa wajahmu pucat?” tanyanya langsung mengalihkan topik pembicaraan.

“Sebenarnya aku sedang dikejar-kejar oleh preman,” ucap Richard.

“Apa kau sengaja masuk kedalam kedai ini untuk bersembunyi?”

“Maafkan saya,” ucap Richard penuh penyesalah.

Namun tidak ada tempat lain yang bisa menjadi tempat persembunyiannya.

Sang kakek hanya berdehem dengan tatapan sinis. Sikapnya yang galak namun ia sebenarnya ia begitu peduli pada orang asing. Suasana menjadi hening saat Sang Kakek mulai fokus memasak mie yang dimasukkan ke dalam panci besar.

Melihat kemahiran tangan kakek itu, membuat Richard merasa sangat terpesona dan dia pantas mendapatkan sebuah penghormatan. Kakek itu mengingatkannya pada seseorang yang pernah mengasuhnya saat ia masih kecil. Namun dia sudah meninggal sejak lama.

Namun tiba-tiba terlintas dipikiran Richard akan koin emas yang membuatnya di kejar oleh para preman dari toko emas. Koin yang memiliki bentuk unik, seakan di buat sejak sangat lama, ada sedikit kemungkinan kakek pemilik kedai mengetahui tentang koin emas miliknya.

“Aku ingin bertanya padamu …,” 

“Apa …?”

Sambil menunjukan koin emas tersebut di atas meja kepada Sang kakek, “Ini …”

Sang kakek terdiam beberapa saat sambil menatap lekat-lekat koin emas itu. Jika dilihat dari ekspresi wajahnya, ia seakan-akan mengetahui sesuatu.

“Bagaimana kau bisa menemukan koin ini?” tanyanya dengan wajah yang sangat serius.

“Kenapa? Apa kau mengetahui sesuatu tentang koin itu?” tanya Richard.

Sang kakek kembali terdiam menetap Richard dengan penuh tatapan misterius. Tangannya mengembalikan koin itu pada Richard, lalu memberikan semangkuk ramen sambil berkata, “Tampaknya memang sudah ditakdirkan koin itu padamu …”

Kata-kata Sang Kakek membuat salah satu alis Richard terangkat—ia heran dan bingung, apa yang dimaksud dengan takdir untuknya?.

“Takdir? Apa maksudmu?”

“Koin itu adalah Coin dewa. Aku pernah mendengarnya saat aku muda.Tidak aku sangat diumurku yang sudah mendekati kematian bisa melihatnya secara langsung.” ucap Sang kakek terkekeh—berjalan memutar menghampiri Richard hingga duduk di sampingnya.

“God’s Coin? Apa maksudnya?” tanya Richard.

“Koin yang bisa merubah takdir hidupmu …” jawabnya.

“Merubah takdir hidup?”

Richard semakin tidak bisa memahami setiap jawaban yang tidak masuk akal dari Sang kakek. Di zaman yang sudah modern ini bagaimana ada sebuah hal-hal mistis yang tidak masuk akal. Sudah jelas ini hanyalah sebuah koin emas bisa. Namun jika kembali dipikirkan, alasan mengapa dirinya tiba-tiba dikejar oleh beberapa preman setelah keluar dari toko emas, kemungkinan besar jika pemilik toko emas juga mengetahui tentang koin emas yang kini berada di tangannya.

“Iya. Kau bisa menukar hidupmu hanya dengan koin ini. Kau menjadi manusia yang terpilih bisa mendapatkan kesempatan yang tidak bisa didapatkan oleh sembarang orang.” ucapnya.

“Menukarkan hidupku dengan orang lain?” tanya Richard.

“Iya. Ini adalah kesempatan yang tidak akan pernah kau dapatkan. Jadi jaga koin dewa itu sampai kau bertemu dengan seseorang yang bisa kau tukar hidupnya denganmu.”

Suara-suara mengerikan terdengar jelas ditelinga Sang kakek yang melirik ke arah jendela—melihat beberapa orang asing tampak melihat-lihat ke arah kedai miliknya. Sepertinya mereka preman yang sedang berusaha menemukan keberadaan Richard saat ini.

“Sebaiknya kau harus segera pergi, mereka menemukan tempat ini,” bisik Sang kakek.

Sontak membuat Richard langsung panik—merundukkan kepalanya sambil menyembunyikan koin emas itu di dalam saku jaket bagian dalam. Ia melihat para preman tampak sudah mulai mengerubungi kedai ramen, situasi yang sangat berbahaya untuk nyawanya saat ini.

“Sial, mereka sudah di sini! Aku harus bagaimana?”

“Pergilah ke belakang dapur! Disana kau akan menemukan pintu di bawah lantai, jika kamu melewati jalan di bawah tanah akan langsung menembus taman kota. Pergilah ke pelabuhan, temukan orang bernama Mr. Hudson dan bilang padanya kau anak Mr. Nakamura. Dia akan membawamu pergi. Ingat berhati-hatilah …” bisiknya sambil merangkul leher Richard dengan erat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status